INTERVAL NILAI INTERVAL NILAI

INTERVAL NILAI INTERVAL NILAI

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa masih rendahnya pemahaman konsep magnet siswa. Maka dari itu diperlukan suatu pembaharuan pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran. Dengan model Pembelajaran Quantum diharapkan pemahaman konsep magnet siswa akan mengalami peningkatan. Data awal nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir pra siklus, dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 2. Hasil Tes Awal

Keterangan

Ujian Awal

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Rata-rata nilai

Siswa belajar tuntas

Analisis hasil nilai pemahaman konsep pra-siklus siswa kelas V SD Negeri 1 Petir, diperoleh nilai rata-rata pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA khususnya magnet adalah 57,86. Hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan yaitu sebesar

62 (KKM). Sedangkan besarnya persentase siswa tuntas pada pemahaman konsep magnet pra-siklus pada materi magnet sebesar 47,22%.

Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep magnet siswa masih rendah. Maka dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas

V SD Negeri 1 Petir khususnya dalam materi magnet.

Tindakan siklus I dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 29 April dan 30 April 2011. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

a) Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti yang sekaligus sebagai guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi magnet kelas V dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum yang disusun 2 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan 2 jam pelajaran. Pertemuan pertama tentang benda magnetis dan non magnetis, dan pertemuan kedua tentang benda yang dapat ditembus magnet.

b) Menyusun Lembar Kerja Siswa.

c) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran.

d) Membuat lembar observasi siswa. e)

Setiap kali akan melaksanakan pembelajaran, peneliti menata, mempersiapkan, dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga dapat mempermudah terciptanya suasana model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran IPA.

2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan

a) Pertemuan I

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 29 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Pada pertemuan pertama ini terdiri dari 3 indikator, yaitu mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan benda nonmagnetis, merumuskan hasil diskusi benda magnetis dan benda

benda magnetis dan benda nonmagnetis. Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan denga materi yang akan dipelajari yaitu tentang gaya magnet. Apersepsi pada pembelajaran IPA siklus I pertemuan I ini adalah siswa diajak menyanyikan lagu yang berjudul “Magnet” yang dinyanyikan versi “Layang-layang”. Lagu ini berisi tentang benda-benda yang bisa ditarik oleh magnet serta bahan pembuatannya. Setelah siswa sedikit mengetahui/mengingat mengenai magnet, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini.

Siswa memperhatikan cerita guru tentang asal-usul magnet. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pengertian magnet. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penggolongan magnet berdasarkan asal dan kekuatannya. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Siswa diberi lembar kerja oleh guru. Siswa mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang maksud pembelajaran dan tugas kelompok. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan tentang benda magnetis dan nonmagnetis. Setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan yang ada di lembar kerja. Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.

Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward (hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Kemudian meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.

Siswa secara bersama-sama mengidentifikasi pengertian benda magnetis dan benda nonmagnetis. Siswa bersama guru menyimpulkan Siswa secara bersama-sama mengidentifikasi pengertian benda magnetis dan benda nonmagnetis. Siswa bersama guru menyimpulkan

Siswa secara bersama-sama mengulang pengertian benda magnetis dan benda nonmagnetis. Siswa diberi kesempatan menanyakan hal yang belum jelas tentang materi yang telah dipelajari. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa mencatat hal-hal yang penting. Siswa mengerjakan tes akhir. Siswa diberi motivasi agar lebih giat belajar. Siswa bersama guru mengakhiri pembelajaran.

Pada pertemuan pertama ini siswa masih kebingungan untuk melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum. Sehingga dalam melaksanakan pembelajaran siswa kurang menunjukkan keaktifan dan dalam melakukan percobaan masih memerlukan bimbingan dan masih timbul banyak pertanyaan dari siswa mengenai langkah-langkah percobaan dan cara merangkai alat dan bahan yang harus mereka lakukan.

b) Pertemuan II

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 30 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 3 indikator, yaitu menyebutkan benda-benda yang dapat ditembus oleh gaya magnet, menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan, dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai benda-benda yang dapat ditembus oleh gaya magnet.

Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan denga materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai benda magnetis dan benda nonmagnetis.

magnetis serta benda-benda yang termasuk benda magnetis dan nonmagnetis, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang kutub-kutub magnet. Guru memberikan pertanyaan pancingan tentang sifat-sifat magnet. Siswa menyebutkan sifat-sifat magnet. siswa satu-persatu maju ke depan kelas menuliskan sifat-sifat magnet di papan tulis. Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang magnet mempunyai gaya tolak dan gaya tarik magnet. Salah satu siswa mencoba di depan kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Siswa diberi lembar kerja oleh guru. Siswa mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan percobaan. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

Siswa memulai melaksanakan percobaan. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan tentang gaya magnet dapat menembus benda. Setiap siswa dalam kelompok mencoba mempraktekkan benda yang dapat ditembus magnet, yaitu dengan cara meletakkan isi klip di atas benda yang akan ditenbus gaya magnet seperti ketras, plastik, buku, meja dan kain. Kemudian magnet diletakkan di bawah benda tersebut. Setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan yang ada di lembar kerja. Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.

Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward (hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.

Pada akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai kekuatan gaya magnet dalam menembus benda. Guru Pada akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai kekuatan gaya magnet dalam menembus benda. Guru

Pada pertemuan kedua ini beberapa siswa mengalami peningkatan dalam hal antusias dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Selain itu siswa juga sedikit mampu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran serta mampu melaksanakan percobaan yang ditunjukkan dengan berkurangnya bimbingan yang diberikan guru dan sedikitnya pertanyaan dari siswa mengenai langkah-langkah penelitian dan perangkaian alat dan bahan.

3) Tahap Observasi/Pengamatan

Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran Quantum. Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, dan dokumentasi yang berupa foto.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran IPA materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa tentang gaya magnet.

Pada pertemuan I siklus I, siswa sudah masuk semua sehingga tidak ada yang terlambat. Saat pembelajaran dimulai, siswa menunjukkan kurangnya kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. Susana pembelajaran

pembelajaran. Apabila guru memberikan pertanyaan, siswa takut menjawab dan kalau menjawab hanya berbisik-bisik. Siswa juga tidak berani maju apabila diperintah guru menulis di papan tulis. Setelah pembelajaran berjalan lama siswa mulai terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran. Pada saat guru memancing suatu permasalahan yaitu tentang gaya magnet yang terjadi dalam sehari-hari siswa aktif dalam menjawab dan dengan suara yang sedikit lantang. Ketika guru mengajak siswa membentuk kelompok siswa masih bingung tetapi siswa terlihat antusias. Dalam berkelompok dan mulai membaca petunjuk percobaan dengan dibimbing guru, siswa masih merasa bingung dalam melakukan percobaan. Sehingga beberapa siswa dalam kelompok tersebut sering bertanya mengenai cara melakukan percobaan. Ketika melakukan percobaan masih banyak terjadi hal-hal yang mengganggu kegiatan perobaan seperti bermain sendiri dengan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan, bercerita sendiri, bahkan pasif tidak melakukan kegiatan apapun. Hal tersebut mengakibatkan kelompok-kelompok tersebut kehilangan waktu banyak untuk sesuatu yang tidak bermanfaat dan saat waktu percobaan habis, kelompok-kelompok tersebut pun belum selesa i dalam bereksperimen.

Pada pertemuan II siklus I tidak jauh berbeda dengan pertemuan I. tetapi ada sedikit peningkatan yaitu mengenai kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan aktivitas siswa dalam berkelompok. Beberapa siswa sudah menunjukkan semangatnya untuk melakukan percobaan dan juga beberapa siswa lain hanya bermain sendiri, mengobrol, pasif (jarang melakukan kegiatan). Akan tetapi, secara kelompok siswa sudah sedikit meningkat dalam melakukan percobaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah berkurangnya pertanyaan siswa tentang cara melakukan percobaan dan percobaan pun dapat berjalan baik dengan berkurangnya bimbingan guru terhadap kelompok. Selain itu, juga adanya peningkatan nilai tes formatif.

rata pemahaman konsep magnet siswa pada siklus I adalah 72,9. Pada siklus I ini masih ada siswa yang belum memenuhi kriteria minimum yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 8 siswa atau 22,22% dari jumlah siswa kelas V. Sedangkan siswa yang tuntas atau melebihi KKM sebanyak 28 siswa atau 77,78%.

Pencapaian keberhasilan nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan dalam tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Siklus I

Dari Tabel 3 hasil rekapitulasi nilai tes pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir siklus I yang telah diterangkan di atas dapat disajikan dalam gambar 10 di bawah ini:

37-44 45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-92 93-100

Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Siklus I

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 10, dapat diketahui bahwa pada siklus I ini siswa yang mendapatkan nilai pemahaman konsep antara 37-44 sebanyak 2 siswa atau 5,56%, yang mendapat nilai antara 45-52 sebanyak

1 siswa atau 2,78%, yang mendapat nilai antara 53-60 sebanyak 5 siswa atau 13,89%, yang mendapat nilai antara 61-68 sebanyak 8 siswa atau 22,22%, yang mendapat nilai antara 69-76 sebanyak 5 siswa atau 13,89%, yang mendapat nilai antara 77-84 sebanyak 8 siswa atau 22,22%, yang mendapat nilai antara 85-92 sebanyak 6 siswa atau 16,67%, dan yang mendapat nilai antara 93-100 sebanyak 1 siswa atau 2,78%.

Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V pada Tes Awal dan Tes Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir

Keterangan

Tes Awal

Siklus I

Nilai terendah

30 40

Nilai tertinggi

92 100

Rata-rata nilai

57,86

72,9

Siswa belajar tuntas

INTERVAL NILAI

siswa pada tes siklus I tabel 4 dapat disimpulkan bahwa persentase nilai tes siswa yang tuntas naik 33,34% dengan nilai batas tuntas (KKM) 62 ke atas, siswa yang tuntas belajar di siklus I sebesar 77,78% yang semula pada tes awal hanya terdapat 47,22% siswa yang mencapai batas tuntas. Besarnya nilai terendah yang diperoleh siswa pada saat tes awal sebesar 30 dan pada siklus I menjadi 40. Untuk nilai tertinggi terdapat kenaikan dari

92 menjadi 100, dan nilai rata-rata kelas yang pada tes awal sebesar 57,86 naik pada tes siklus I menjadi 72,9.

4) Tahap Refleksi

Data-data yang diperoleh dari observasi di atas, dianalisis untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan dari sebelum tindakan (pra siklus) dan setelah tindakan yaitu siklus I.

Berdasarkan tabel 1 dan 3, dapat dibuat perbandingan nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir sebelum diterapkannya model pembelajaran Quantum dan setelah diterapkannya model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran IPA (siklus I). Berikut dituliskan pada tabel 4 yaitu tabel perbandingan pra siklus dan siklus I sebagai berikut:

Tabel 5. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Antara Sebelum dan Setelah Siklus I

No

Uraian

Siswa yang Tuntas

Siswa yang Belum Tuntas

Tes Awal Siklus I

Berdasarkan tabel 5 di atas, agar lebih jelas tentang meningkatnya pemahaman konsep siswa dari pra siklus (tes awal) ke siklus I digambarkan dalam gambar 11 sebagai berikut:

Tes Awal

Siklus I

Tes Awal Siklus I

Gambar 11. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa

antara Pra-Siklus dan Siklus I

Berdasarkan tabel 5 dan gambar 11 di atas, dapat dikemukakan bahwa setelah dilaksanakannya siklus I, pemahaman konsep magnet siswa mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit. Pada kegiatan pra siklus (tes awal) hanya ada 17 siswa atau 47,22% dari jumlah siswa kelas V yang memiliki pemahaman konsep magnet yang sudah melebihi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan setelah dilaksanakan siklus I, jumlah siswa yang memiliki pemahaman konsep magnet yang sudah mencapai kriteria ketuntasan bertambah 11 siswa yaitu menjadi 28 siswa atau 77,78% dari jumlah siswa kelas V.

Berdasarkan uraian di atas, telah ada peningkatan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir yaitu dari 47,22% menjadi 77,78%. Jadi, pemahaman konsep magnet siswa mengalami kenaikan sebesar 30,56%. Akan tetapi, peningkatan ini masih belum maksimal, masih ada siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Sehingga diperlukan adanya tindakan penelitian siklus II.

Beberapa tindakan perlu direfleksikan ke dalam tindakan selanjutnya (siklus II) agar pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model

FREKUENSI

PEMAHAMAN KONSEP MAGNET

magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir. Beberapa hal tersebut antara lain berupa:

1) Guru harus lebih mempersiapkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik lagi.

2) Guru harus memeriksa terlabih dahulu kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3) Guru harus mempersiapkan media pembelajaran atau alat dan bahan eksperimen sesuai dengan tujuan pembelajaran, kemampuan siswa, dan lebih mudah digunakan dalam kegiatan eksperimen.

4) Guru menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan bahasa yang lebih mudah dipahami siswa dan dengan langkah-langkah yang lebih sederhana.

5) Guru harus memberi petunjuk yang jelas saat kegiatan percobaan sehingga tidak menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa.

6) Guru harus selalu mengajak siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

7) Guru selalu menciptakan suasana yang harmonis antar siswa seperti

bekerja sama saat melaksanakan percobaan.

8) Guru lebih memperjelas dalam mendemonstrasikan hasil percobaan sehingga siswa lebih jelas dalam menerimanya dan mudah dalam memahaminya.

9) Pengelolaan percobaan harus lebih diperbaiki baik dalam persiapan maupun pelaksanaan serta penyampaian hasil akhirnya.

10) Untuk mengurangi aktivitas siswa yang negatif dalam kelompok seperti bermain sendiri, maka setiap kelompok hendaknya dibentuk lebih kecil jumlahnya dari pada siklus I, yaitu 3-4 siswa tiap kelompok.

Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka pada siklus II ini akan diadakan tindakan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit. Karena pada siklus I sudah ada peningkatan tetapi kurang maksimal, pada siklus II ini lebih memaksimalkan dan lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 02 Pomah1 Petir. Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu minggu yaitu pada tanggal 6 Mei dan 7 Mei 2011 dengan kompetensi dasar “Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)”. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas siklus-siklus dan tiap siklus terdiri atas 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

a) Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPA dengan materi gaya magnet kelas V dengan menggunakan model pembelajaran Quantum yang disusun 2 kali pertemuan dan masing- masing pertemuan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pertemuan pertama tentang jarak benda ke magnet dapat mempengaruhi kekuatan gaya magnet dan pertemuan kedua tentang cara membuat magnet.

b) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi dengan mengacu pada hasil refleksi pada siklus I. Sehingga dalam penyusunan akan menjadi lebih baik sesuai yang diharapkan.

c) Membentuk kelompok yang heterogen dan tiap kelompok terdiri dari

4 siswa. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan banyak membuang waktu untuk membentuk kelompok.

d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan percobaan.

e) Membuat lembar observasi/ pengamatan siswa.

f) Sebelum

melaksanakan

pembelajaran,

peneliti menata, mempersiapkan, dan mengatur ruangan sebaik mungkin sehingga

Quantum dalam pembelajaran IPA.

2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan

1) Pertemuan I

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Mei 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Pada pertemuan pertama ini terdiri dari 3 indikator, yaitu mengidentifikasi sifat kutub magnet, melakukan percobaan jarak magnet dengan benda magnetik mempengaruhi kekuatan gaya magnet,dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai jarak magnet dengan benda magnetik mempengaruhi kekuatan gaya magnet.

Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan denga materi yang akan dipelajari yaitu tentang gaya magnet. Apersepsi pada pembelajaran IPA siklus II pertemuan I ini adalah siswa diajak bernyanyi dengan judul lagu “Gaya Magnet” yang dinyanyikan versi lagu “Anak Gembala”. Lagu ini berisi tentang sifat gaya magnet yaitu dapat menarik benda yang terbuat dari logam. Setelah siswa telah sedikit banyak mengingat mengenai sifat-sifat gaya magnet yang pernah diajarkan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini. Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang bentuk-bentuk magnet. Salah satu siswa maju ke depan menunjukkan bentuk magnet yang ditanyakan guru. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang bentuk-bentuk magnet. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang kegunaan bentuk-bentuk magnet tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti bentuk batang digunakan pada dinamo sepeda, bentuk magnet jarum digunakan pada kompas. Siswa dipancing pertanyaan oleh guru tentang sifat-sifat magnet. Siswa memperhatikan Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan denga materi yang akan dipelajari yaitu tentang gaya magnet. Apersepsi pada pembelajaran IPA siklus II pertemuan I ini adalah siswa diajak bernyanyi dengan judul lagu “Gaya Magnet” yang dinyanyikan versi lagu “Anak Gembala”. Lagu ini berisi tentang sifat gaya magnet yaitu dapat menarik benda yang terbuat dari logam. Setelah siswa telah sedikit banyak mengingat mengenai sifat-sifat gaya magnet yang pernah diajarkan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini. Siswa memperhatikan demonstrasi guru tentang bentuk-bentuk magnet. Salah satu siswa maju ke depan menunjukkan bentuk magnet yang ditanyakan guru. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang bentuk-bentuk magnet. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang kegunaan bentuk-bentuk magnet tersebut dalam kehidupan sehari-hari seperti bentuk batang digunakan pada dinamo sepeda, bentuk magnet jarum digunakan pada kompas. Siswa dipancing pertanyaan oleh guru tentang sifat-sifat magnet. Siswa memperhatikan

Gambar 12. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan

tidak senama

Siswa membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan diberi nama dengan nama bentuk magnet. Pada siklus II pertemuan pertama ini semua siswa masuk sekolah, sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana. Setelah siswa selesai membentuk kelompok dan sudah berada dalam kelompoknya masing-masing, guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berisi beberapa hal yang harus dilakukan siswa dalam melakukan percobaan. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang disusun guru untuk pelaksanaan siklus II ini lebih mudah dan lebih sederhana untuk dilakukan oleh siswa, serta terdapat sedikit perbedaan pada kegiatan-kegiatan percobaannya. Guru menjelaskan petunjuk pelaksanaan percobaan dengan lebih jelas dan meminta tiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang dibawa oleh tiap kelompok dari rumah.

Siswa memulai melaksanakan percobaan. Siswa melakukan percobaan tentang jarak benda dengan magnet dapat mempengaruhi kekuatan gaya magnet. Pada percobaan ini, siswa melakukan percobaan dengan alt dan bahan berupa penggaris panjang, magnet dan isi klip. Caranya dengan menaruh magnet pada skala nol kemudian menaruh isi klip pada skala 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5.

Pada percobaan pertemuan pertama siklus II ini, guru membimbing satu per satu kelompok dan percobaan sampai selesai, tetapi guru juga mengurangi bimbingan tersebut. Guru terus memberikan semangat kepada siswa untuk selalu aktif dalam berkelompok. Pada kegiatan Pada percobaan pertemuan pertama siklus II ini, guru membimbing satu per satu kelompok dan percobaan sampai selesai, tetapi guru juga mengurangi bimbingan tersebut. Guru terus memberikan semangat kepada siswa untuk selalu aktif dalam berkelompok. Pada kegiatan

Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward (hadiah) bagi kelompok yang paling baik. Kemudian meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan.

Pada akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan dan materi yang telah dipelajari yaitu mengenai sifat-sifat gaya magnet. Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang dimengerti. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa dalam memahami pelajaran yang baru saja dipelajari, guru memberikan tes formatif yang dikerjakan saat itu juga kemudian dikumpulkan. Setelah selesai evaluasi, guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dan mengingatkan untuk giat belajar.

Pada siklus II pertemuan pertama ini, siswa sudah terlihat aktif dan antusias dalam pembelajaran. Model pembelajaran Quantum sudah berjalan sesuai yang diharapkan peneliti walaupun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki lagi.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pertemuan II pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 7 Mei 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit).

Pada pertemuan kedua ini terdiri dari 3 indikator, yaitu menjelaskan pengertian magnet alam dan buatan, merumuskan kesimpulan hasil percobaan cara membuat magnet, dan melakukan percobaan membuat magnet.

Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa satu persatu. Guru melakukan apersepsi untuk membuka ingatan siswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai sifat-sifat gaya magnet. Setelah siswa teringat mengenai sifat-sifat gaya magnet, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang pengelompokkan magnet berdasarkan asalnya. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian magnet alam dan magnet buatan. Siswa maju ke depan menuliskan pengertian magnet alam dam magnet buatan di papan tulis. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang cara membuat magnet. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen. Pada pertemuam II ini semua siswa berangkat sehingga dapat dibentuk kelompok dengan 4 siswa tiap kelompok. Sehingga ada 9 kelompok. Siswa diberi lembar kerja siswa (LKS) oleh guru. Guru menjelaskan petunjuk pelaksanaan percobaan dengan jelas dan meminta tiap kelompok menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

Siswa secara berkelompok melakukan percobaan cara membuat magnet. Ada 3 cara membuat magnet yang dilakukan siswa yaitu dengan didekatkan, digosok searah, dan dialiri listrik (elektromagnetik).

13 berikut ini:

Gambar 13. Membuat magnet dengan didekatkan

Gambar di atas menunjukkan bahwa dengan menempelkan benda- benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet, besi atau baja tersebut akan menjadi bersifat magnet dan dapat menarik benda lain. Cara pembuatan magnet dengan digosok searah dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini:

Gambar 14. Membuat magnet dengan digosok searah

Pada kegiatan kedua ini siswa membuat magnet dengan digosok, yaitu menggosok-gosokkan batang besi pada magnet secara searah saja. Kemudian besi tersebut didekatkan pada isi klip, maka isi klip tersebut akan menempel pada batang besi. Kegiatan ketiga siswa melakukan percobaan

dialiri listrik (elektromagnetik). Cara pembuatan magnet dengan dialiri listrik dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini:

Gambar 15. Membuat magnet dengan dialiri listrik (elektromagnetik)

Gambar di atas menunjukkan bahwa paku yang dialiri listrik bersifat magnet yaitu ditunjukkan dengan isi klip yang menempel pada ujung paku tersebut. Pada percobaan ini, guru membimbing satu per satu kelompok dan satu per satu percobaan sampai selesai dengan intensitas yang lebih sedikit sambil menilai aktivitas siswa dalam berkelompok. Guru juga selalu menciptakan suasana yang harmonis dan akrab serta mendorong siswa untuk selalu aktif mengikuti kegiatan kelompoknya. Setiap kelompok berdiskusi membuat kesimpulan yang ada di lembar kerja. Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas. Guru mengajak siswa untuk memberikan tanggapan pada kelompok yang maju. Guru memberikan penguatan bagi siswa yang mempresentasikan yaitu berupa pujian dan memberikan reward (hadiah) yaitu tepuk tangan bagi kelompok yang paling baik. Meminta siswa untuk mengumpulkan laporan hasil percobaan. Kemudian guru menjelaskan cara menghilangkan sifat kemagnetan pada batang besi yang telah bersifat magnet pada percobaan tersebut yaitu dengan cara dibanting, dipukul, dan dibakar. Tetapi yang didemonstrasikan hanya dibanting dan dipukul saja. Siswa secara bersama-sama mengidentifikasi cara-cara membuat magnet. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil percobaan. Siswa bersama guru mengulang hasil percobaan tentang cara membuat magnet. Siswa secara bersama-sama mengulang cara-cara membuat magnet.

Pada akhir pembelajaran, siswa diberi kesempatan menanyakan hal yang belum jelas tentang materi yang telah dipelajari. Siswa bersama Pada akhir pembelajaran, siswa diberi kesempatan menanyakan hal yang belum jelas tentang materi yang telah dipelajari. Siswa bersama

Pada pertemuan kedua ini semua siswa mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi pada aktivitas siswa selama pembelajaran yaitu mengenai keaktifan saat mengikuti pembelajaran, berani bertanya dan menjawab, dan lain-lain. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada pemahaman konsep siswa tentang materi magnet dibuktikan dari hasil tes yang dikerjakan oleh siswa.

3) Tahap Observasi/Pengamatan

Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada siklus II, observasi dilakukan oleh guru yang juga sebagai peneliti kepada siswa pada pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran Quantum . Observasi ini difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, penilaian kegiatan percobaan, dan dokumentasi yang berupa foto.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Quantum materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa pada materi gaya magnet.

Pada pertemuan I siklus II, siswa sudah masuk semua sehingga tidak ada yang terlambat. Saat pembelajaran dimulai, siswa menunjukkan kesiapan yang cukup untuk mengikuti pembelajaran. Susana pembelajaran ini sangat menyenangkan. Sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, seperti bertanya apabila kurang jelas mengenai materi yang sedang

menjawab pertanyaan tersebut dengan mengacungkan jari terlebih dahulu dan dengan suara yang lantang dan jelas. Siswa juga sudah berani maju menuliskan jawaban yang ditanyakan oleh guru. Pada saat guru memancing suatu permasalahan yaitu tentang kegunaan gaya magnet yang terjadi dalam sehari-hari, siswa aktif dalam menjawab dan dengan suara yang lantang. Begitu guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan tentang sifat-sifatmagnet dan cara membuat magnet, siswa langsung berkelompok dan meminta lembar kegiatannya. Setelah berkelompok dan mulai mempelajari langkah-langkah percobaan, siswa langsung memulai percobaan karena mereka sudah merasa jelas dengan alat dan bahan yang dibutuhkan dan cara bekerjanya walaupun ada satu atau dua percobaan dan kelompok yang masih perlu bimbingan guru. Dalam melakukan kegiatan percobaan, hampir semua siswa aktif dalam kelompok. Pada saat kegiatan kelompok siswa masih terdengar ramai karena jumlah siswa yang banyak. Tetapi siswa dapat menyelesaikan percobaan dengan baik dan tepat waktu. Pada percobaan di pertemuan I siklus II ini sudah lebih baik dari pada siklus sebelumnya.

Pada pertemuan II siklus II tidak jauh berbeda dengan pertemuan I tetapi mengalami perubahan yang cukup berarti. Antara pertemuan I dan II pada siklus II, mengalami peningkatan pada keseriusan, keaktifan, dan kesiapan siswa dalam melakukan percobaan, dan hubungan kerja yang saling bertanggung jawab. Hal tersebut ditunjukkan dengan sudah berkurangnya pertanyaan siswa tentang langkah-langkah percobaan dan percobaan dapat berjalan baik dengan berkurangnya bimbingan guru terhadap kelompok.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata- rata pemahaman konsep materi gaya magnet siswa pada siklus II pertemuan I adalah 81,87 dan pertemuan II adalah 88,09. Dan nilai rata- rata pada siklus II adalah sebesar 84,98. Pada siklus II pertemuan pertama masih ada 1 siswa yang belum memenuhi kriteria minimum, tetati pada Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata- rata pemahaman konsep materi gaya magnet siswa pada siklus II pertemuan I adalah 81,87 dan pertemuan II adalah 88,09. Dan nilai rata- rata pada siklus II adalah sebesar 84,98. Pada siklus II pertemuan pertama masih ada 1 siswa yang belum memenuhi kriteria minimum, tetati pada

Pencapaian keberhasilan nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir pada siklus II berdasarkan pada uraian di atas dapat dinyatakan dalam tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Siklus II

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat disajikan dalam bentuk gambar

16 sebagai berikut:

61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100

Gambar 16. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa

Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II

Berdasarkan tabel 6 dan gambar 16, dapat diketahui bahwa pada siklus II ini siswa yang mendapatkan nilai pemahaman konsep antara 61-

65 sebanyak 1 siswa atau 2,78%, yang mendapat nilai antara 66-70 sebanyak 3 siswa atau 8,33%, yang mendapat nilai antara 76-80 sebanyak

6 siswa atau 16,67%, yang mendapat nilai antara 81-85 sebanyak 11 siswa atau 30,56%, yang mendapat nilai antara 86-90 sebanyak 6 siswa atau 16,67%, yang mendapat nilai antara 91-95 sebanyak 3 siswa atau 8,33%, dan yang mendapat nilai antara 96-100 sebanyak 6 siswa atau 16,67%.

Tabel 7. Perkembangan Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa pada Tes Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 1

Petir

Keterangan

Tes Awal

Siklus I

Siklus II

Nilai terendah

30 40 62,5 Nilai tertinggi

92 100

100 Rata-rata nilai

57,86

72,9

84,98 Siswa belajar tuntas

INTERVAL NILAI

pada tes awal, tes siklus I, dan tes siklus II tabel 7 dapat disimpulkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa pada tes awal 30, pada siklus I naik menjadi 40, dan pada siklus II naik lagi menjadi 62,5. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada tes awal sebesar 92, dan pada siklus I dan siklus

II naik menjadi 100. Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu dari tes awal sebesar 57,86, siklus I sebesar 72,9, dan pada siklus II naik menjadi 84,98. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 62) pada tes awal 47,22%, tes siklus I 77,78%, setelah dilakukan refleksi terdapat 8 siswa yang tidak tuntas (nilai tes dibawah 62), namun secara keseluruhan sudah meningkat pemahaman konsepnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II semua siswa sudah mencapai ketuntasan.

4) Refleksi

Data-data observasi yang telah diperoleh, kemudian dianalisis untuk mengetahui perkembangan hasil penelitian. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan dalam hal pemahaman konsep siswa. Berdasarkan tabel 4 dan 6 dapat dibuat perbandingan nilai pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir setelah diterapkannya model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran IPA siklus I dan setelah dilaksanakannya pembelajaran pada siklus II. Berikut dituliskan pada tabel 7 yaitu tabel perbandingan dari siklus I, dan siklus II sebagai berikut:

Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Siklus I dan Siklus II

No

Uraian

Siswa yang Tuntas

Siswa yang Belum Tuntas

Siklus I Siklus II

Berdasarkan tabel 8 di atas, pada siklus II mengalami kenaikan pemahaman konsep siswa yang sangat bagus. Untuk lebih jelas tentang perkembangan pemahaman konsep siswa dari siklus I dan dilanjutkan ke siklus II digambarkan dalam gambar 17 sebagai berikut:

Siklus I Siklus II

Siklus I

Siklus II

Gambar 17. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet Siswa

Kelas V antara Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan tabel 8 dan gambar 17 di atas, dapat dikemukakan bahwa setelah dilaksanakannya siklus II jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep sudah sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Pada pelaksanaan siklus I, jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep magnet dan nilai tes lebih tinggi atau

FREKUENSI