Skema Peran NGO, CSO dan Donor dalam Pemberdayaan Masyarakat

Gambar 4. Skema Peran NGO, CSO dan Donor dalam Pemberdayaan Masyarakat

Sumber: Pheni Chalid, 2005 Kasus busung lapar menghentak kesadaran kita bahwa begitu

parah pengabaian yang terjadi atas masyarakat yang seharusnya mendapat perhatian. Ironisnya lagi, Indonesia bukan tidak pernah melakukan intervensi terhadap pemberantasan kemiskinan. Berbagai program penanggulangan kemiskinan telah banyak dilaksanakan tetapi pada kenyataannya tidak banyak membawa perubahan yang berarti. Padahal, dana yang dikeluarkan untuk program tersebut sangat besar jumlahnya. Hal ini terjadi karena penanggulangan kemiskinan hanya diperlakukan sebagai proyek. Pola orientasi proyek ini menyebabkan tingginya mis-use dan mistargetting program.

Program-program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah sehubungan dengan penanggulangan dampak krisis ekonomi dimaksudkan untuk menggalang partisipasi masyarakat mulai dari tingkat desa hingga pemerintah pusat. Hanya saja di masa itu, baik pemerintah dan masyarakat belum terbiasa untuk mengelola program dari tingkat perencanaan hingga monitoring secara bottom- up. Pemerintah mengalami kebingungan manakala masyarakat diminta untuk terlibat, karena biasanya pemerintah daerah melakukan berbagai program dengan petunjuk dari pusat yang lazim disebut juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis).

Demikian pula dengan masyarakat, masyarakat yang tidak pernah terlibat dalam pembangunan selama ini merasa gagap tatkala keterlibatannya menjadi syarat utama dalam pelaksanaan program. Karena itu, berbagai program JPS seperti misalnya Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) cendrung difokuskan pada pembangunan fisik, pengerasan jalan, pembangunan MCK, pembuatan bronjong tebing, perbaikan saluran pembuangan dan sebagainya. Dan ironisnya, kualitas pembangunan tersebut seringkali tidak sesuai dengan bestek. Demikian pula dengan keterlibatan masyarakat, partisipasi seringkali diartikan dengan mengambil tenaga kerja dari masyarakat. Penyerapan tenaga kerja dari masyarakat seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga kualitas kerja menjadi kurang memadai.

Kendala lain yang dialami dalam program pemberdayaan adalah persepsi yang mengakar bahwa pemerintah memiliki kewenangan dalam pelaksanaan pembangunan dan rakyat diposisikan sebagai pihak yang tidak mengerti dan diharapkan menerima begitu saja pembangunan yang dilaksanakan. Sementara itu, masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa pemerintahlah yang harus mengurus segala kebutuhan masyarakat dengan cara melakukan pem- bangunan. Maka, partisipasi merupakan hal yang tidak lazim bagi masyarakat, bahkan dianggap merepotkan. Dengan kata lain, masyarakat menganggap, bahwa jika pemerintah akan melakukan pembangunan, sebaiknya pembangunan tersebut dilakukan tanpa merepotkan masyarakat. Persepsi seperti inilah yang seringkali menjadi kendala terbesar dalam menumbuhkan partisipasi.

Hal yang sama juga dialami oleh LSM yang melakukan upaya- upaya pemberdayaan masyarakat dengan metode pendampingan. Upaya membangunan partisipasi dan kemandirian sangat banyak dilakukan oleh LSM. Berbagai pendekatan dilakukan. Istilah-istilah Community Base Economic Development atau Pemberdayaan Komunitas Berbasis Pengembangan Ekonomi merupakan program yang paling banyak dilakukan karena dilandasi oleh pemahaman bahwa kemampuan ekonomi merupakan determinasi utama dalam mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan.

OTONOMI DAERAH MASALAH, PEMBERDAYAAN, DAN KONFLIK

Pendekatan ini kemudian menjadi kurang menampakkan hasil karena cara pandang yang digunakan kurang memperhituingkan aspek lain dalam membangun berusaha. Tidak semua masyarakat yang kekurangan secara ekonomi disebabkan karena ketiadaan modal, tetapi lebih karena kekurang mampuan dalam manajemen dan ketiadaan semangat enterpreneurship. Selain itu, masyarakat dampingan cenderung bergantung kepada LSM yang memfasilitasi dan mendampingi mereka. Ketergantungan tersebut muncul karena tidak jarang LSM pendamping memberikan modal berupa modal kerja seperti dana bergulir yang diperoleh dari Organisasi atau LSM Internasional.

Modal kerja seringkali tidak efektif karena tidak adanya rasa memiliki karena modal tersebut bukan modal kerja yang dikumpulkan dengan susah payah. Karena modal tersebut diperoleh dari lembaga yang menurut pendapat masyarakat diperuntukkan untuk membagikan uangnya kepada mereka. Maka, penggunaannya seringkali tidak efektif dan belum tentu dipergunakan untuk modal usahanya.

Karenanya, pada saat muncul kesadaran bahwa memaksimal- kan potensi lebih ditentukan oleh kelompok, maka muncul pendekatan baru yaitu Community Base Organization (CBO) atau pengembangan komunitas berbasis organisasi. Artinya, pengaturan organisasi yang baik, dan kesadaran terhadap pentingnya distribusi kerja dalam komunitas menjadikan masyarakat dapat bekerjasama dalam hal perencanaan program. Karena itu, asumsi bahwa masya- rakat yang tidak berdaya belum tentu disebabkan oleh ketiadaan modal mulai mendominasi kesadaran organisasi masyarakat sipil. Seringkali, kultur dunia usaha dan etos kerja serta kesadaran untuk keluar dari kemiskinanlah yang tidak dimiliki masyarakat sehingga terdapat kelompok masyarakat yang tidak mampu keluar dari belenggu kemiskinan. Sebaliknya, mereka yang memiliki semangat usaha justru dapat memutus mata rantai kemiskinan, bahkan tanpa bantuan dari siapapun.

Kendala yang dialami dalam melaksanakan program pember- dayaan masyarakat yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil seringkali disebabkan oleh keterbatasan dalam kontinuitas sumber Kendala yang dialami dalam melaksanakan program pember- dayaan masyarakat yang dilakukan oleh organisasi masyarakat sipil seringkali disebabkan oleh keterbatasan dalam kontinuitas sumber

Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan menjadi faktor penting terutama dalam mengarahkan pembangunan yang berkeadilan dan menyentuh kepentingan rakyat banyak. Tetapi, partisipasi masyarakat dalam pembangunan hingga saat ini masih belum menunjukkan kemajuan yang memadai untuk merancang dan merencanakan pembangunan, melaksanakan dan memonitor hasil- hasil pembangunan. Untuk itu, gerakan masyarakat sipil masih harus terus melakukan revitalisasi gerakan. Dengan kata lain, masyarakat sipil hendaklah menjadi pelindung yang kuat terhadap dominasi negara atau penyeimbang kehendak negara agar tujuan-tujuan pembangunan dapat terus diarahkan pada upaya penghapusan kemiskinan, mencapai keadilan yang seluas-luasnya dan upaya penyelamatan lingkungan dalam proses pembangunan.

Pemerintahan yang terlanjur kooptatif dan sarat dengan kepentingan politik tertentu dan di sisi lain didapati masyarakat yang apatis dan tidak partisipatif membutuhkan perlakuan yang berbeda. Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas menjadi agenda yang mendesak untuk dilakukan mengingat keterlibatan masyarakat

OTONOMI DAERAH MASALAH, PEMBERDAYAAN, DAN KONFLIK

daerah dalam pembangunan sangat penting. Persoalan masyarakat lokal menjadi pertimbangan utama dalam menetukan kebijakan kebijakan di daerah. Dengan cara ini demokrasi lokal dan kesejah- teraan masyarakat di daerah yang menjadi cita-cita desentralisasi dan otonomi daerah akan dapat diwujudkan.

Sementara itu, pemerintah harus didorong oleh organisasi non birokrasi dari luar untuk menghasilkan regulasi-regulasi yang pro- rakyat. Peran strategis inilah yang seharusnya diambil oleh lembaga donor, NGO, CSO dan lembaga mediasi dalam implementasi desentralisasi dan otonomi daerah. Pemberdayaan masyarakat merupakan isu nasional untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Selayaknya intervensi bagi pemberdayaan masyarakat menjadi prioritas bagi lembaga mediasi yang melakukan kerjasama dengan NGO dan CSO. Penguatan peran masyarakat sipil akan menjadi penentu apakah otonomi daerah akan mengalami kemajuan, stag- nan, atau malah mundur. Dengan kata lain harus ada institusi mediasi yang membangkitkan potensi dari dalam dan melakukan tekanan dari luar sistim, Capacity from Within, Pressure from Without.

Catatan: 14 Harian Kompas, 6 November 2004.

15 Kecelakaan kerja sangat sering terjadi di industri pemasok fast food karena penggunaan pisau yang sangat tajam. Setiap tahun, diperkirakan satu dari tiga pekerja pengepakan daging dari sekitar 43.000 pekerja laki-laki dan perempuan cedera di tempat kerja, dan menderita sakit akibat pekerjaan di pabrik.

Ratusan kasus kecelakaan kerja dan sakit yang disebabkan kondisi kerja tidak sepenuhnya terakomodasi. Eric Schlosser, Fast Food Nation; What The All-American Meal Is Doing to the World,(London: Allen Lane The Penguin, Press, 2001), hal. 172. 16 Harian Kompas, 24 November 2004. 17 Peter Hagul, op.cit., hal. 10.

OTONOMI DAERAH MASALAH, PEMBERDAYAAN, DAN KONFLIK

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PERBANDINGAN BUDIDAYA "AIR LIUR" SARANG BURUNG WALET ANTARA TEKNIK MODERN DAN TEKNIK KONVENSIONAL (Studi Pada Sarang Burung Burung Walet di Daerah Sidayu Kabupaten Gresik)

6 108 9

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Hubungan Anggaran Penjualan Dengan Pendapatan Opersi Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

3 53 74

Kontrol Yuridis PTUN dalam Menyelesaikan Sengketa Tata UsahaNegara di Tingkat Daerah

0 0 25