Sistem Partisipatif dan Penguatan Peran Masyarakat Sipil

G. Sistem Partisipatif dan Penguatan Peran Masyarakat Sipil

Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Sumarto, 2004).

Sistem partisipatif merupakan arah baru pembangunan yang berisi strategi memadukan pertumbuhan dengan pemerataan. Arah baru pembangunan diwujudkan dalam bentuk (1) upaya pemihakan diwujudkan dalam pemihakan kepada yang lemah dan pem- berdayaan masyarakat; (2) pemantapan otonomi dan desentralisasi; Sistem partisipatif merupakan arah baru pembangunan yang berisi strategi memadukan pertumbuhan dengan pemerataan. Arah baru pembangunan diwujudkan dalam bentuk (1) upaya pemihakan diwujudkan dalam pemihakan kepada yang lemah dan pem- berdayaan masyarakat; (2) pemantapan otonomi dan desentralisasi;

Penguatan kelembagaan tersebut dilakukan melalui pem- bangunan yang partisipatif untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dan kemampuan aparat dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintahan yang berorientasi pada kepentingan rakyat (good governance). Prinsip pembangunan yang partisipatif yang kini diterapkan sebagai manajemen pembangunan nasional pada tingkat implementatif telah mengembangkan suatu model pembangunan yang berbasis pada rakyat. Mekanisme ini mencakup perencanaan pembangunan, yaitu melalui mekanisme perencanaan alir bawah (bottom-up) yang kemudian dimanifestasikan dalam kebijakan di tingkat pemerintah daerah (Sumodiningrat, 1999).

Kebijakan pembangunan partisipatif ini bertujuan untuk me- nentukan arah dan bentuk pembangunan yang benar-benar menyentuh kepentingan dan kebutuhan rakyat. Untuk itu dibutuhkan kapasitas masyarakat yang memadai agar dapat memahami kepentingannya. Pembangunan partisipatif ini dapat terealisasi apabila baik pemerintah maupun masyarakat dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang berdimensi kerakyatan.

Untuk merealisasikan partisipasi masyarakat dalam pembangunan diperlukan pemberdayaan masyarakat. Kebijakan ini penting untuk diambil mengingat selama lebih dari 30 tahun, masyarakat tidak terlibat secara aktif dalam pembangunan. Masyarakat telah terbiasa dengan peran pemerintah yang dominan dalam pembangunan sehingga masyarakat pada saat ini mengalami kegagapan apabila harus menentukan apa yang menjadi kepentingan mereka.

Kebijakan pemberdayaan dapat dipilah dalam tiga kelompok. Pertama, kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran, tetapi memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi rakyat. Kedua, kebijakan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi produktif kelompok sasaran tertentu. Ketiga, kebijakan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya khusus.

Pembangunan partisipatif merupakan kebutuhan untuk

OTONOMI DAERAH MASALAH, PEMBERDAYAAN, DAN KONFLIK

menjawab berbagai kompleksitas dan tuntutan masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk memaksimalkan, menjadikan sesuatu yang masih bersifat potensial menjadi nyata. Pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dicapai dengan mengupayakan masyarakat memiliki kemampuan untuk memaksimalkan potensi politik, sosial, ekonomi dan kultural yang ada pada mereka menjadi riil ekonomi secara mandiri, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara ekonomi dan sosial.

Program pertumbuhan ekonomi yang dijalankan di masa Orde Bru lebih dari 30 tahun disadari tidak dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi yang dihadapi masyarakat. Untuk itu diperlukan strategi yang memadukan antara pertumbuhan dan pemerataan, yang didasarkan pada tiga arah: a) pemihakan dan pemberdayaan masyarakat, b) pemantapan ekonomi dan pendelegasian wewenang dan pengelolaan pembangunan di daerah dan peranserta masyarakat, c) modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran lokal.

Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis pada keikutsertaan atau keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam pembangunan masa depan yang bersumber pada pemberdayaan masyarakat. Untuk itulah peningkatan kapasitas masyarakat berarti mengupayakan penguatan peran masyarakat sipil. Penguatan peran masyarakat sipil merupakan keharusan karena pembangunan manusia dalam pembangunan di Indonesia terutama sejak rezim Orde Baru tidak pernah menjadi indikator keberhasilan pembangunan. Padahal, pembangunan merupakan upaya memanifestasikan kemampuan manusia dalam menentukan yang terbaik bagi dirinya. Pembangunan lebih menyangkut pengembangan daya kreasi dan kepercayaan diri, serta kesungguhan partisipasi masyarakat.

Dokumen yang terkait

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PERBANDINGAN BUDIDAYA "AIR LIUR" SARANG BURUNG WALET ANTARA TEKNIK MODERN DAN TEKNIK KONVENSIONAL (Studi Pada Sarang Burung Burung Walet di Daerah Sidayu Kabupaten Gresik)

6 108 9

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Hubungan Anggaran Penjualan Dengan Pendapatan Opersi Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

3 53 74

Kontrol Yuridis PTUN dalam Menyelesaikan Sengketa Tata UsahaNegara di Tingkat Daerah

0 0 25