12 Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar VS Subsidi Solar Pada Tahun 2015

Tabel 4-12 Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar VS Subsidi Solar Pada Tahun 2015

No Skenario Bahan Bakar

Jumlah Subsidi

Jumlah Bahan Bakar

(Rp)

(KL)

1) Program biodiesel subsidi petani jarak pagar*** 944.370.488.000,00 – X 2.513.361,6 Biodiesel

2) Program non biodiesel (Solar) ****

0+X

2.513.361,6 Solar

Sumber : Perhitungan peneliti

Keterangan : X = biaya eksternalitas yang timbul akibat pemakaian bahan bakar. *** = Merujuk pada Tabel 4-11 halaman 81. **** = Merujuk pada blue print pengembangan BBN yang disusun TimNas BBN.

Berdasarkan Tabel 4-12 dapat dilihat secara moneter jumlah subsidi biodiesel berbasis jarak pagar kepada petani jarak pagar akan memberatkan pemerintah karena pemerintah harus menganggarkan subsidi untuk biodiesel di saat pemerintah sudah menghapus subsidi untuk solar. Jika hanya mempertimbangkan hal ini saja, tentu pemerintah akan lebih memilih untuk melaksanakan “Program Non Biodiesel”. Namun

masih ada hal lain yang perlu dijadikan sebagai pertimbangan pemerintah dalam menentukan program mana yang akan dijalankan. Pertimbangan itu berkaitan dengan sustainable development di Indonesia. Dengan mengingat hal apa yang melatarbelakangi “Program Biodiesel”, maka pemerintah harus tetap memilih untuk menjalankan program

ini. Peningkatan penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar memiliki makna yang lebih mendalam daripada hanya sekedar energi (bahan bakar) yang digunakan untuk menggerakkan mesin.

Pemerintah memang sudah tidak menganggarkan subsidi untuk solar, namun emisi dari proses pembakaran solar berpotensi menghasilkan biaya eksternalitas. Sebenarnya Pemerintah memang sudah tidak menganggarkan subsidi untuk solar, namun emisi dari proses pembakaran solar berpotensi menghasilkan biaya eksternalitas. Sebenarnya

Dalam Tabel 4-12, biaya eksternalitas ini dilambangkan dengan variabel X. Timbulnya X akan mengurangi besaran jumlah subsidi untuk biodiesel berbasis jarak pagar yang diberikan kepada petani jarak pagar, sedangkan di sisi yang lain, timbulnya X akan menambahkan besaran jumlah subsidi untuk solar. Pengurangan atau penambahan variabel

X pada kedua jenis subsidi ini akan membuat kedua jumlah subsidi ini pada akhirnya akan berada pada suatu besaran angka yang sama jika dikaitkan dengan konsep sustainable development .

Satu alasan yang mungkin masih menjadi penghalang bagi pemerintah untuk meningkatkan konsumsi biodiesel yaitu decision maker dalam pemerintahan masih memiliki mindset atau pemikiran bahwa biodiesel sebagai energi alternatif dari solar harus memiliki harga jual yang lebih rendah daripada harga jual solar. Namun, setelah melalui berbagai riset, diketahui bahwa harga jual biodiesel tidak bisa lebih rendah daripada harga jual solar karena tingginya biaya proses produksi biodiesel. Telah diketahui bahwa biodiesel merupakan campuran antara FAME dengan solar. Yang menyebabkan tingginya biaya proses produksi biodiesel adalah karena tingginya biaya yang diperlukan dalam produksi FAME, baik FAME berbasis kelapa sawit maupun berbasis jarak pagar, dan juga Satu alasan yang mungkin masih menjadi penghalang bagi pemerintah untuk meningkatkan konsumsi biodiesel yaitu decision maker dalam pemerintahan masih memiliki mindset atau pemikiran bahwa biodiesel sebagai energi alternatif dari solar harus memiliki harga jual yang lebih rendah daripada harga jual solar. Namun, setelah melalui berbagai riset, diketahui bahwa harga jual biodiesel tidak bisa lebih rendah daripada harga jual solar karena tingginya biaya proses produksi biodiesel. Telah diketahui bahwa biodiesel merupakan campuran antara FAME dengan solar. Yang menyebabkan tingginya biaya proses produksi biodiesel adalah karena tingginya biaya yang diperlukan dalam produksi FAME, baik FAME berbasis kelapa sawit maupun berbasis jarak pagar, dan juga

Pemerintah tetap akan melaksanakan “Program Biodiesel” jika para decision maker dalam pemerintahan dapat merubah mindset mereka tentang harga biodiesel yang relatif

murah menjadi mindset yang menganggap bahwa biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang berpotensi mendukung tercapainya sustainable development dalam jangka panjang.

Berkaitan dengan konsep sustainable development , biodiesel dapat dikatakan sebagai energi yang memiliki competitive advantage dari sisi lingkungan apabila dibandingkan dengan BBM. Kelebihannya yaitu biodiesel bersifat “ pro planet, pro job, pro growth ” (dengan syarat pemerintah bersedia menganggarkan subsidi untuk pelaksanaan program biodiesel pada tahun 2015). Ketiga sifat itu merupakan cerminan dari ketiga dimensi dalam konsep sustainable development. “Pro planet” merupakan cerminan dari dimensi lingkungan, “pro job” adalah cerminan dari dimensi sosial, dan “pro growth” merupakan cerminan dari dimensi ekonomi. Mengapa biodiesel dikatakan sebagai energi alternatif yang “ pro planet, pro job, pro growth ”? Penjelasannya adalah sebagai berikut.

Maksud dari “pro planet” adalah biodiesel merupakan energi yang memiliki sifat competitive advantage dari dimensi lingkungan, yaitu ramah lingkungan sehingga energi

ini tidak merusak lingkungan. Biodiesel memiliki sifat biodegradable (dapat diuraikan secara alami). Untuk sektor transportasi darat, biodiesel tidak mengeluarkan zat-zat beracun yang biasa dihasilkan oleh proses pembakaran solar yang dipakai kendaraan

bermotor, seperti CO 2 , CO, HC, NOX, SPM, dan debu. Seluruh zat tersebut menyebabkan gangguan pernapasan, kanker, bahkan kemandulan 76 . Untuk sektor kelautan, biodiesel

relatif lebih cepat diuraikan jika dibandingkan dengan solar di lingkungan perairan.

Merry Magdalena, “BBM Itu Bisa Dari Singkong, Minyak Jarak, Atau Kelapa Sawit,” Sinar Harapan , 28 Maret, 2005.

Biodiesel bersifat relatif kurang toksik dibandingkan solar sehingga menjadi keuntungan yang potensial dari dimensi lingkungan.

Apabila jumlah konsumsi solar semakin banyak maka kandungan zat-zat beracun itu juga akan ikut meningkat di dalam udara. Emisi CO 2 saat ini sudah terlalu banyak sehingga tidak dapat diserap semua oleh tumbuhan yang ada di seluruh permukaan bumi. Idealnya, emisi atau kandungan CO 2 di permukaan bumi tak boleh melebihi ambang batas, yaitu sebesar 0,03%. Data hasil pemantauan yang dilaporkan pada tahun 1994 mencatat bahwa emisi CO 2 di permukaan bumi telah melebihi ambang batas, yakni mendekati

0,04% 77 . Keadaan inilah yang menimbulkan ‘dampak rumah kaca’ ( greenhouse effect ), yang menyebabkan terjadinya fenome na ‘pemanasan global’ ( global warming ) dimana

suhu bumi akan semakin meningkat dan udara menjadi semakin panas sehingga kualitas lingkungan dapat menurun. Biaya kerugian yang timbul karena kualitas lingkungan yang menurun ini merupakan biaya eksternalitas sebagai akibat dari proses pembakaran solar.

Secara umum, sifat biodiesel yang ramah lingkungan jika dibandingkan dengan solar, seperti biodegradable , renewable (dapat diperbarui), dan mampu mengeliminasi efek rumah kaca merupakan nilai terpenting yang harus dikemukakan sebagai alasan dari

penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar 78 . Sesuai dengan fungsi produksi Q = F (K,L), setiap proses produksi memerlukan

dua input yang berupa capital (modal) dan labor (tenaga kerja) untuk dapat menghasilkan output 79 . Akibatnya, proses produksi biodiesel akan berpeluang untuk membuka lapangan

pekerjaan baru sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran. Masyarakat yang menjadi pengangguran sebelum dilakukannya proses produksi biodiesel dapat menjadi tenaga kerja pada proses budidaya jarak pagar ataupun pada proses produksi biodiesel. Hal ini menjelaskan sifat biodiesel yang berupa “pro job”.

78 Syarief, Op. Cit., hal. 54. 79 Hambali, Op. Cit., hal. 122. Pindyck,

Op. Cit., hal. 178.

Sifat biodiesel yang selanjutnya adalah “pro growth”. Sifat ini memiliki kaitan yang erat dengan sifat “pro job”. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa biodiesel dapat mengurangi tingkat pengangguran. Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja, maka pendapatan per kapita di Indonesia dapat lebih merata sehingga daya beli masyarakat secara keseluruhan dapat meningkat. Situasi ini akan berujung pada meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional. Keadaan inilah yang menjelaskan sifat dari biodiesel yang berupa “pro growth”.

Biodiesel dapat meringankan perubahan iklim yang saat ini telah menuju global warming , dan juga secara signifikan biodiesel dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dalam hal mengurangi tingkat pengangguran sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Penggunaan biodiesel memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable development) karena pembangunan di bidang energi merupakan salah satu bagian dari sustainable development .

Peran energi dalam pembangunan nasional adalah mendukung pembangunan ekonomi melalui proses industrialisasi, transportasi, dan kebutuhan rumah tangga. Energi berperan penting dalam sustainable development , maka pelaksanaan pembangunan energi dilaksanakan melalui pendekatan terpadu terhadap pembangunan, pelestarian, daya dukung ( carrying capacity ) dan fungsi lingkungan, keterpaduan seluruh sektor dalam pemanfaatan seluruh potensi kekayaan alam, dan sumber daya manusia. Pengalihan energi dari BBM jadi BBN merupakan hal penting karena pengalihan ini adalah kunci yang akan membawa Indonesia menuju suatu situasi yang dinamakan energy security (ketahanan energi).