1 Perhitungan Biaya Proses Budidaya Jarak Pagar Pada Tahun 2007 PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BIJI JARAK PAGAR (Rp/kg)
Tabel 4-1 Perhitungan Biaya Proses Budidaya Jarak Pagar Pada Tahun 2007 PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BIJI JARAK PAGAR (Rp/kg)
1. Asumsi Dasar
Yield (kg/ha/thn) 5.000,00 Lifetime (thn)
30,00 Jumlah pohon/ha
2.500,00 Life probability (%)
75,00 Kebutuhan Air (liter/pohon/minggu)
1,00 Harga air (Rp/meter kubik)
2.000,00 Harga karung (Rp/buah)
500,00 Kapasitas karung (kg/karung)
20,00 Perkiraan biaya transport (Rp/ton @5km)
2. Asumsi Biaya
2.1. Biaya Sewa Lahan (Rp/ha/thn) 200.000,00
2.2. Biaya-biaya Tenaga kerja
Upah Hari/Orang Kerja (8 jam kerja) 20.000,00 HOK Pengolahan Awal (Erliza dkk)
25,00 HOK Pengendalian Gulma
10,00 HOK Pemupukan
12,00 HOK Pengendalian Hama dan Penyakit
10,00 HOK Penanaman
15,00 Total HOK
72,00 Hari Orang Jam Panen/ton biji kering (India)
125,00 Produktivitas Panen (kg/orang/hari)
Total Biaya Tenaga Kerja 1.440.000,00
2.3. Biaya Bibit
Kebutuhan Bibit (Setek) 3.333,33 Harga Bibit (Rp/Setek)
Total Biaya Bibit 5.000.000,00
2.4. Biaya Pupuk dan Pestisida
Kebutuhan Pupuk kandang (kg/lobang) – Deptan 2,00 Harga Pupuk Kandang (Rp/kg)
300,00 Kebutuhan Pupuk Urea (kg/lobang)
0,02 Harga Pupuk Urea (Rp/kg)
1,200.00 Kebutuhan Pupuk SP36 (kg/lobang)
0,06 Harga Pupuk SP36 (Rp/kg)
2.500,00 Kebutuhan Pupuk KCL (kg/lobang)
1/83 Harga Pupuk KCl (Rp/kg)
3.000,00 Pestisida (kg/ha)
1,00 Harga Pestisida (Rp/kg)
Total Biaya Pupuk dan Pestisida 2.110.000,00
2.5. Biaya Irigasi 1.200.000,00
2.6. Total Biaya Awal (Rp/ha) 9.950.000,00
2.7. Biaya Panen (Rp/kg) 312,50
2.8. Biaya Panen (Rp/ton) 312.500,00
2.9. Biaya Panen (Rp/ha/thn) 1.562.500,00
2.10. Amortisasi (Rp/thn) 331.666,67
2.11. Biaya Tanaman Tahunan (Rp/ha/thn) 4.950.000,00
2.12. Total Biaya Tahunan (Rp/ha/thn) 6.844.166,67
2.13. Biaya Produksi (Rp/kg) 1.368,83
2.14. Profit Margin Petani (25 %) (Rp/ha/thn)
2.15. Biaya Karung 125.000,00
2.16. Biaya Transpor Kebun-Pabrik 250.000,00
3. Harga jual Biji Jarak Pagar (Rp/kg) 1.786,04
3.1. Harga Beli Timnas (Rp/kg) 500,00
3.2. Profit/Loss (Rp/kg) (1.286,04)
Sumber : Perhitungan Wisnu A. Martono (2006)
Keterangan : Dalam perhitungannya, Wisnu mengambil basis yield 5 ton/hektar/tahun walaupun yield tersebut belum dibuktikan di lahan kritis di Indonesia. Namun basis yield tersebut diambil dengan alasan bahwa Wisnu menganggap yield sebesar 10-15 ton/hektar/tahun di lahan kritis di Indonesia (seperti yang ada di dalam publikasi-publikasi sebelumnya) terlalu optimis dan belum terbukti.
4.3 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar
Proses produksi biodiesel berbasis jarak pagar sudah dilakukan oleh beberapa instansi, baik dari kalangan pemerintah ataupun dari kalangan swasta. Melalui Departemen Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Indonesia mendirikan prototype pabrik biodiesel yang
didirikan di Jawa Tengah 64 . Sedangkan dari kalangan swasta, proses produksi biodiesel pernah dilakukan PT. EAI. Namun sayangnya hal ini tidak berlangsung lama karena PT.
EAI sulit mendapatkan biji jarak pagar sebagai bahan baku proses produksinya. Berdasarkan Gambar 4-1, dapat dilihat bahwa proses produksi biodiesel merupakan campuran antara FAME dan solar. Karena proses produksi solar adalah suatu proses yang given (telah disediakan pemerintah), maka jika berkaitan dengan proses produksi biodiesel, penelitian ini hanya membahas bagaimana proses produksi FAME.
Gambar 4-1 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar
Biji Jarak
Biodiesel Pagar
Crude Jatropa
Fatty Acid Methyl
Curcas Oil (CJO)
Ester (FAME)
Sumber : Production of biodiesel from jatropha curcas oil by using pilot biodiesel plant yang ditulis oleh D.Ramesh, A.Samapathrajan, P.Venkatachalam.
Pabrik biodiesel berbasis jarak pagar didirikan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lengkong, Kelurahan Mertasinga, Kecamatan Cilacap Utara, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Keterangan :
= Dipress manual dengan mesin press
= Direaksikan dengan zat additif
= Dicampur dengan BBM Solar
4.3.1 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI
Pusat Riset Teknologi Kelautan Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP RI bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Cilacap mendirikan prototype pabrik biodiesel berbasis jarak pagar, berlokasi di TPI Lengkong. Operasional prototype pabrik biodiesel ini berada di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cilacap yang berada langsung di bawah koordinasi Departemen Kelautan dan Perikanan RI.
Operasional prototype ini merupakan kegiatan riset untuk mengetahui bagaimana potensi pemanfaatan biodiesel dalam menggerakkan mesin kapal sebagai upaya untuk mengatasi kelangkaan solar yang saat ini digunakan nelayan. Kegiatan ini meliputi pembuatan minyak jarak pagar; pembuatan biodiesel dari minyak jarak pagar; kajian mesin pembuat biodiesel; kajian performansi mesin kapal yang sesuai dengan biodiesel.
Keberadaan prototype ini merupakan langkah awal dalam mensosialisasikan biodiesel pada masyarakat di Kabupaten Cilacap. Tujuan akhir dari dibangunnya prototype pabrik biodiesel ini adalah membentuk suatu desa nelayan yang mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energinya sendiri. Prototype pabrik biodiesel ini melakukan satu kali proses produksi FAME pada Januari 2006 lalu output dicampur dengan solar. Kemudian biodiesel B10 sebanyak 80 liter ini diujicobakan pada salah satu kapal nelayan untuk kegiatan
operasional menangkap ikan di laut pada bulan Juli sampai dengan September 2006 65 .
Biodiesel B10 merupakan biodiesel dengan komposisi antara 10% FAME dan 90% solar.
Mesin produksi di prototype ini terdiri dari : Genset 30 KVA untuk pemanas pada proses pembuatan biodiesel sebanyak 1 unit; mesin press biji jarak pagar sebanyak 1 unit; tangki proses pembuatan biodiesel sebanyak 2 unit; tangki penyimpanan biodiesel sebanyak 1 unit. Skema proses produksi FAME oleh prototype pabrik biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 4-2 .
Gambar 4-2 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Oleh DKP RI
Sumber : Foto peneliti yang diambil dari papan penunjuk yang ada di lokasi.
4.3.2 Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Oleh PT. Energi Alternatif Indonesia (PT. EAI)
PT. EAI pernah melakukan proses produksi biodiesel dengan biji jarak pagar sebagai input proses produksi. Namun hal ini tidak dapat berlangsung lama dikarenakan tidak adanya jaminan pasokan dari petani jarak pagar. Akibatnya, PT. EAI lebih memilih untuk menggunakan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (untuk selanjutnya akan PT. EAI pernah melakukan proses produksi biodiesel dengan biji jarak pagar sebagai input proses produksi. Namun hal ini tidak dapat berlangsung lama dikarenakan tidak adanya jaminan pasokan dari petani jarak pagar. Akibatnya, PT. EAI lebih memilih untuk menggunakan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (untuk selanjutnya akan
4.4 Perhitungan Biaya Proses Produksi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Pada Tahun 2007
Menurut Wisnu A. Martono, pembuatan FAME berbasis CPO sama dengan pembuatan FAME berbasis minyak jarak pagar atau Crude Jatropha Curcas Oil (untuk
selanjutnya akan disebut CJO) 66 . Bahan tambahan yang digunakan pun sama, yaitu zat additif dan zat katalisator. Karena itu, untuk perhitungan biaya proses produksi biodiesel
berbasis jarak pagar atau perhitungan biaya proses produksi FAME berbasis CJO dalam penelitian ini, digunakan data biaya proses produksi FAME dari PT. EAI yang diolah kembali oleh peneliti. Biaya proses produksi dengan kapasitas output 800 liter FAME yang dihasilkan dalam 4 kali proses produksi dalam sehari bisa dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4-2 memperhitungkan biaya proses produksi FAME berbasis CJO yang memiliki kapasitas output 800 liter FAME dalam sehari.
Tabel 4-2 Perhitungan Biaya Proses Produksi FAME Berbasis CJO (Dengan Harga Input Yang Seharusnya) Pada Tahun 2007
Jenis
Jumlah Unit
(Rp/Unit)
Total (Rp)
Biaya Input Biji Jarak Pagar
6.358,30 Biaya Alat
3,56 kg
115,38 Biaya Additif (methanol)
840,00 Biaya Katalisator (NaOH)
0,2 liter
0,91 Biaya Minyak Tanah
0,00035 liter
100,00 Biaya Air Pencuci
0,04 liter
10,40 Biaya Tenaga Kerja
1 liter
73,00 Biaya Energi (Listrik)
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter) 7.526,79
Sumber :Wisnu A. Martono dan PT. EAI yang diolah oleh peneliti.
Martono, Op. Cit.
Keterangan : Asumsi : 6 hari kerja dalam 1 minggu, 52 minggu dalam 1 tahun, maka 312 hari kerja dalam 1 tahun. Biaya alat : biaya investasi awal Rp. 1.000.000.000,00; scrap value 10%; lifetime mesin 25 tahun; kapasitas
produksi 1.000 liter FAME/hari, maka kapasitas produksi 312 kiloliter FAME/tahun.
depr esiasi ( Rp / thn )
25 = Rp. 115 , 38 .
Perhitungan biaya alat =
kapasitas ( liter / thn )
Minyak tanah digunakan untuk steam pemanas. Harga per unit air pencuci dihitung dengan menggunakan asumsi harga air yang dikenakan oleh Thames Pam Jaya
(TPJ) di Jakarta Utara, yaitu Rp. 10.400,00 per m 3 (= 1000 liter), maka Rp. 10,40 per liter.
Perhitungan tenaga kerja per orang : Rp. 700.000,00 per bulan (24 hari kerja);
Rp. 29.200,00 per hari kerja (4 kali produksi); Rp. 7.300,00 per produksi (menghasilkan 200 liter FAME); Rp. 36,50 per liter FAME.
Listrik digunakan untuk pengaduk yang menggunakan motor; Perhitungan listrik : daya = 3 kw; faktor beban = 0.6; waktu = 4 jam; KWH = Rp. 800,00; Perhitungan biaya listrik = 3 X 0,6 X 4 X 800 = Rp. 5.760,00 (menghasilkan 200 liter FAME); maka Rp. 28,80 per liter FAME.
4.5 Perhitungan Harga Jual Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Pada Tahun 2007
Sebenarnya ada tiga tanaman yang dapat digunakan sebagai input proses produksi biodiesel, yaitu kelapa sawit, bunga matahari, dan jarak pagar. Namun, hanya kelapa sawit dan jarak pagar yang berpotensi untuk proses produksi biodiesel di Indonesia karena bunga matahari belum dibudidayakan di Indonesia. Dari dua pilihan input yang ada, terdapat suatu karakteristik utama yang membedakan keduanya, yaitu kelapa sawit merupakan tanaman pangan sedangkan jarak pagar merupakan tanaman non pangan.
Bila dilihat dari sisi produsen biodiesel, minyak nabati yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai input biodiesel adalah tanaman non pangan karena harga minyak tanaman pangan (edible oil), seperti minyak kelapa sawit, ditentukan tingkat permintaan di sektor pangan nasional atau dunia yang terus meningkat, sehingga harga edible oil pun terus meningkat. Di lain sisi, komposisi biaya input dalam biaya proses produksi biodiesel mencapai 60%-80% maka sebaiknya input yang menjadi tulang punggung industri biodiesel adalah minyak nonpangan misalnya jarak pagar, kapuk randu, nimba, Bila dilihat dari sisi produsen biodiesel, minyak nabati yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai input biodiesel adalah tanaman non pangan karena harga minyak tanaman pangan (edible oil), seperti minyak kelapa sawit, ditentukan tingkat permintaan di sektor pangan nasional atau dunia yang terus meningkat, sehingga harga edible oil pun terus meningkat. Di lain sisi, komposisi biaya input dalam biaya proses produksi biodiesel mencapai 60%-80% maka sebaiknya input yang menjadi tulang punggung industri biodiesel adalah minyak nonpangan misalnya jarak pagar, kapuk randu, nimba,
nasional untuk kebutuhan industri oleokimia, dan ekspor CPO. Selain itu diproyeksikan jika dalam jangka panjang jumlah persediaan kelapa sawit yang akan dikonsumsi untuk produksi pangan berkurang maka dapat menimbulkan masalah krisis pangan dan kelaparan. Hal ini didukung pernyataan Kepala UN-Energy Mats Karlsson di New York, yang mengatakan bahwa tingginya konsumsi BBN berbasis kelapa sawit di pasar dunia
akan berdampak buruk bagi negara-negara miskin 68 . Selain itu, penanaman kelapa sawit membutuhkan suatu areal khusus yang mungkin akan menimbulkan masalah ‘perebutan’
lahan antara hutan dengan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini memfokuskan pada perhitungan harga jual biodiesel berbasis jarak pagar.
Sejak tahun 2006 Pertamina menjual biodiesel B5 dengan nama ‘bio solar’ 69 . Karena itu, harga jual biodiesel pada tahun 2007 dalam penelitian ini diasumsikan
biodiesel B5 70 . Ada dua perhitungan harga jual biodiesel, yang pertama menggunakan
harga solar disubsidi 72 , sedangkan kedua dengan harga solar yang tidak disubsidi .
4.5.1 Perhitungan Harga Jual Biodiesel Berbasis Jarak Pagar (Dengan Harga Input Yang Ditetapkan Pemerintah) Pada Tahun 2007
Pemerintah mengeluarkan PP No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengatur komposisi sumber energi dalam energy mix di Indonesia. Sebagai implementasi PP tersebut, dikeluarkan KepPres No. 10 Tahun 2006 yang mengatur tentang pengentasan kemiskinan dan produksi BBN. Diharapkan bahwa produksi BBN dapat
67 Prakoso, 68 loc. cit. 69 Humaniora dalam Media Indonesia , 10 Mei, 2007, hal. 12.
‘Bio solar’ yang dijual Pertamina merupakan biodiesel yang menggunakan FAME berbasis kelapa sawit, bukan berbasis jarak pagar.
71 Biodiesel B5 merupakan biodiesel dengan komposisi 95% solar dan 5% FAME. Hal ini sesuai dengan Perpres Nomor 55/2005, tanggal 30 September 2005. 72 Berdasarkan keterangan dari Ditjen Migas, diketahui bahwa subsidi solar yang diberikan pemerintah adalah sebesar
Rp. 1.130,87 dari Rp. 5.430,87 pada tahun 2006 dengan asumsi exchange rate Rp 9.900,00 untuk 1 US$ dan ICP 57 US$ untuk 1 bbl.
menjadi salah satu jalan dalam mengentaskan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat. Bersamaan KepPres tersebut, pemerintah membentuk TimNas BBN.
Timnas BBN menetapkan bahwa harga jual biodiesel pada tahun 2007 adalah Rp. 4.300,00 per liter karena harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga jual solar (yang disubsidi) di pasar sehingga konsumen diharapkan akan beralih dari solar menjadi biodiesel. Harga biodiesel tersebut akan berimplikasi pada harga biji jarak pagar yang ditetapkan sebesar Rp. 500,00 per kg sehingga produsen yang memproduksi biodiesel dapat membeli biji jarak pagar dengan harga Rp. 500.00 per kg dari petani jarak pagar.
Tabel 4-3 memperlihatkan perhitungan biaya proses produksi FAME berbasis CJO. Berdasarkan hasil yang didapat di Tabel 4-3 dapat dilakukan perhitungan harga jual biodiesel B5 berbasis CJO. Perhitungan ini ditunjukkan dalam Tabel 4-4.
Tabel 4-3 Perhitungan Biaya Proses Produksi FAME Berbasis CJO (Dengan Harga Input Yang Ditetapkan Pemerintah) Pada Tahun 2007
Jenis
Jumlah Unit
Rp/Unit
Total
1.780,00 Biaya Alat
Biaya Input Biji Jarak Pagar (Rp/liter)
3,56 kg
115,38 Biaya Additif (methanol)
840,00 Biaya Katalisator (NaOH)
0,2 liter
0,91 Biaya Minyak Tanah
0,00035 liter
100,00 Biaya Air Pencuci
0,04 liter
10,40 Biaya Tenaga Kerja
1 liter
73,00 Biaya Energi (Listrik)
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter) 2.948,49
Sumber :Wisnu A. Martono dan PT. EAI yang diolah oleh peneliti.
Keterangan : Asumsi : 6 hari kerja dalam 1 minggu, 52 minggu dalam 1 tahun, maka 312 hari kerja dalam 1 tahun.
Biaya alat : biaya investasi awal Rp. 1.000.000.000,00; scrap value 10%; lifetime mesin 25 tahun; kapasitas produksi 1.000 liter FAME/hari, maka kapasitas produksi 312 kiloliter FAME/tahun.
depr esiasi ( Rp / thn )
25 = Rp. 115 , 38 .
Perhitungan biaya alat =
kapasitas ( liter / thn )
Minyak tanah digunakan untuk steam pemanas. Harga per unit air pencuci dihitung dengan menggunakan asumsi harga air yang dikenakan oleh Thames Pam Jaya
(TPJ) di Jakarta Utara, yaitu Rp. 10.400,00 per m 3 (= 1000 liter), maka Rp. 10,40 per liter.
Perhitungan tenaga kerja per orang : Rp. 700.000,00 per bulan (24 hari kerja);
Rp. 29.200,00 per hari kerja (4 kali produksi); Rp. 7.300,00 per produksi (menghasilkan 200 liter FAME); Rp. 36,50 per liter FAME.
Listrik digunakan untuk pengaduk yang menggunakan motor; Perhitungan listrik : daya = 3 kw; faktor beban = 0.6; waktu = 4 jam; KWH = Rp. 800,00; Perhitungan biaya listrik = 3 X 0,6 X 4 X 800 = Rp. 5.760,00 (menghasilkan
200 liter FAME); maka Rp. 28,80 per liter FAME.
Tabel 4-4 Perhitungan Harga Jual Biodiesel B5 (Dengan Harga Input Yang Ditetapkan Pemerintah) Pada Tahun 2007
Jenis
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter)
(PPN 10%) (Rp/liter) 294,85 294,85 (PBBKB 5%) (Rp/liter)
147,42 147,42 Profit Margin 35% dari biaya produksi FAME (Rp/liter)
Harga Grosir FAME (Rp/Liter) 3.538,19 3.538,19
Profit Margin Distributor 5% dari harga grosir (Rp/liter) 176,91 176,91
Harga Jual FAME (Rp/Liter) 3.715,10 3.715,10 Harga Komponen 5% FAME (Rp/liter)
Harga Solar (Rp/liter)
Harga Komponen 95% Solar (Rp/liter)
5.159,33 Harga Jual Biodiesel B5 (Rp/liter)
Sumber : Perhitungan peneliti
Keterangan : Harga solar A menggunakan harga solar yang disubsidi pemerintah sedangkan harga solar B menggunakan harga
solar yang tidak disubsidi Pemerintah; Biaya distribusi diasumsikan tidak ada karena distributor atau konsumen langsung mengambil ke pabrik produsen.
Tabel 4-4 menggunakan harga solar pada Oktober 2005 karena pada saat itu pemerintah meningkatkan harga BBM akibat naiknya harga minyak mentah di pasar dunia. Jika tidak ada upaya pengurangan konsumsi BBM, sedangkan harga minyak bumi meningkat dan jumlah cadangan minyak bumi menurun, maka momentum seperti Perpres No. 55/2005 Tanggal 30 September 2005 dikhawatirkan terulang lagi. Melambungnya harga kebutuhan pokok, kekurangan persediaan makanan, merupakan contoh dari efek Tabel 4-4 menggunakan harga solar pada Oktober 2005 karena pada saat itu pemerintah meningkatkan harga BBM akibat naiknya harga minyak mentah di pasar dunia. Jika tidak ada upaya pengurangan konsumsi BBM, sedangkan harga minyak bumi meningkat dan jumlah cadangan minyak bumi menurun, maka momentum seperti Perpres No. 55/2005 Tanggal 30 September 2005 dikhawatirkan terulang lagi. Melambungnya harga kebutuhan pokok, kekurangan persediaan makanan, merupakan contoh dari efek
4.5.2 Perhitungan Harga Jual Biodiesel Berbasis Jarak Pagar (Dengan Harga Input Yang Seharusnya) Pada Tahun 2007
Harga jual biodiesel yang seharusnya adalah harga jual yang telah memperhitungkan biaya produksi input. Biaya produksi FAME berbasis jarak pagar (dapat dilihat pada Tabel 4-2) merupakan biaya produksi input dalam proses produksi biodiesel. Akibatnya, harga jual biodiesel yang seharusnya adalah harga jual yang memperhitungkan biaya produksi (harga) input biji jarak pagar. Tabel 4-5 akan menunjukkan perhitungan ini.
Tabel 4-5 Perhitungan Harga Jual Biodiesel B5 (Dengan Harga Input Yang Seharusnya) Pada Tahun 2007
Jenis A B
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter)
(PPN 10%) (Rp/liter) 752,68 752,68 (PBBKB 5%) (Rp/liter)
376,34 376,34 Profit Margin 35% dari biaya produksi FAME (Rp/liter)
Harga Grosir FAME (Rp/Liter) 9.032,15 9.032,15
Profit Margin Distributor 5% dari harga grosir (Rp/liter) 451,61 451,61
Harga Jual FAME (Rp/Liter) 9.483,76 9.483,76 Harga Komponen 5% FAME (Rp/liter)
Harga Solar (Rp/liter)
Harga Komponen 95% Solar (Rp/liter)
5.159,33 Harga Jual Biodiesel B5 (Rp/liter)
Sumber : Perhitungan peneliti.
Keterangan : Harga solar A menggunakan harga solar yang disubsidi pemerintah sedangkan harga solar B menggunakan harga
solar yang tidak disubsidi Pemerintah; Biaya distribusi diasumsikan tidak ada karena distributor atau konsumen langsung mengambil ke pabrik produsen.
Berdasarkan Tabel 4-5, harga jual biodiesel pada tahun 2007 yang seharusnya adalah Rp. 4.559,19 per liter agar tidak merugikan petani jarak pagar karena harga ini telah Berdasarkan Tabel 4-5, harga jual biodiesel pada tahun 2007 yang seharusnya adalah Rp. 4.559,19 per liter agar tidak merugikan petani jarak pagar karena harga ini telah
4.6 Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Pada Tahun 2015
Pemerintah mengeluarkan Inpres No.1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar Lain. Inpres ini ditindaklanjuti dengan pembentukan TimNas BBN yang bertugas menyusun blue print dan road map pengembangan BBN. Blue print ini merupakan acuan strategis dalam penyediaan dan pemanfaatan BBN, termasuk di dalamnya road map yang merupakan peta langkah dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diinginkan dalam jangka waktu 2006 –2025. Road map dibagi menjadi tiga periode, yaitu 2006 –2010 (jangka pendek), 2011–2015 (jangka menengah), dan 2016 –2025 (jangka panjang). Blue print dan road map disusun untuk dijadikan acuan pihak yang berkepentingan dalam rangka mewujudkan tujuan pengembangan BBN, untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang yakni penyediaan dan pemanfaaaan biofuel dalam energy mix nasional.
Berdasarkan road map , diketahui bahwa periode jangka pendek digunakan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi produksi biodiesel, sedangkan dalam periode jangka menengah direncanakan komersialisasi hasil penelitian teknologi produksi biodiesel dan memprogramkan penghapusan subsidi solar dan pengenaan pajak lingkungan terhadap solar sebesar 10%. Road map tersebut menetapkan target konsumsi biodiesel B15
pada tahun 2015 sebesar 3% dari 73 energy mix . Secara khusus, road map menargetkan bahwa 15% dari konsumsi solar pada tahun 2015 akan disubstitusi oleh biodiesel B15.
Yang dimaksud dengan biodiesel B15 adalah suatu jenis BBN dimana satu liter biodiesel ini berasal dari campuran 85% solar dengan 15% FAME.
Peran biodiesel sebagai substitusi solar diperlukan mengingat jumlah konsumsi solar untuk sektor transportasi, industri, dan listrik di Indonesia dari tahun 1990 –2004 cenderung mengalami peningkatan, bahkan pertumbuhan konsumsi ini hingga di atas 10% per tahun. Konsumsi domestik solar hanya mengalami penurunan selama dua periode, yaitu pada periode 1993/1994 dan periode 1997/1998. Hal ini ditunjukkan oleh Tabel 4-6.
Tabel 4-6 Data Historis Konsumsi Domestik Solar Indonesia (1990 – 2004)
No Tahun
Jumlah (KL)
Sumber : CEIC Database yang dipublikasikan oleh IMF
Keterangan : - ADO : Automotive Diesel Oil (solar untuk sektor transportasi) - IDO : Industrial Diesel Oil (solar untuk sektor industri) - EDO : Electricity Diesel Oil (solar untuk sektor listrik)
Dengan Tabel 4-6 dan software Microsoft Excel, didapat trend line yang memproyeksikan model yang merepresentasikan data tersebut, yaitu y = 904288x + 10 7
dimana y menggambarkan jumlah konsumsi domestik solar Indonesia untuk semua sektor, sedangkan x adalah 1,2,3,… untuk tahun 1990,1991,1992,… Bentuk trend line yang memproyeksikan model yang dapat merepresentasikan data historis konsumsi domestik solar dari tahun 1990 –2004 ditunjukkan dalam Gambar 4-3. Model ini dipilih atas dimana y menggambarkan jumlah konsumsi domestik solar Indonesia untuk semua sektor, sedangkan x adalah 1,2,3,… untuk tahun 1990,1991,1992,… Bentuk trend line yang memproyeksikan model yang dapat merepresentasikan data historis konsumsi domestik solar dari tahun 1990 –2004 ditunjukkan dalam Gambar 4-3. Model ini dipilih atas
konsumsi domestik solar tahun 2005 –2015. Hasil proyeksi ini ditampilkan pada Tabel 4-7.
Gambar 4-3 Jumlah Konsumsi Solar Untuk Semua Sektor (1990 – 2004)
Konsumsi Solar Semua Sektor
Linear (Series1)
y = 904288x + 1E+07
Tabel 4-7 Data Historis Dan Proyeksi Konsumsi Domestik Solar Untuk Semua Sektor (1990 – 2015)
Tahun Jumlah (KL)
Tahun
Jumlah (KL)
Sumber : CEIC Database yang dipublikasikan oleh IMF dan diolah kembali oleh peneliti
Setelah mengetahui jumlah konsumsi solar tahun 2015 dan dengan berdasarkan program pemanfaatan biodiesel B15 sebesar 15% dari konsumsi solar pada tahun 2015 (sesuai dengan blue print pengembangan BBN) dapat diketahui jumlah biodiesel yang diperlukan untuk semua sektor sebagai substitusi solar pada tahun 2015.
Salah satu komponen biodiesel adalah FAME. FAME di Indonesia berupa FAME berbasis CPO atau CJO. FAME berbasis CPO merupakan input biodiesel berbasis CPO, sedangkan FAME berbasis CJO merupakan input biodiesel berbasis CJO. Karena tidak ada dasar perhitungan yang menjelaskan komposisi biodiesel berbasis CPO dan CJO dari total biodiesel yang dikonsumsi, maka penelitian ini mengasumsikan 50% total biodiesel adalah berbasis CPO dan 50% lainnya berbasis CJO. Atas dasar perhitungan itu, dapat dihitung jumlah biodiesel berbasis CJO tahun 2015. Perhitungan mendapatkan jumlah biodiesel berbasis CJO tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4-4.
Gambar 4-4 Perhitungan Jumlah Biodiesel B15 Berbasis CJO Pada Tahun 2015
Konsumsi solar tahun 2015 : 33.511.488
50% Kelapa sawit :
50% Jarak pagar :
Jumlah adalah dalam satuan KL.
Setelah mengetahui jumlah biodiesel berbasis CJO untuk substitusi solar pada tahun 2015, peneliti menghitung berapa jumlah subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk dapat menyediakan biodiesel sebagai perwujudan program biodiesel sesuai blue print pengembangan BBN. Peneliti merekomendasikan dua kebijakan.
4.6.1 Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Produsen Pada Tahun 2015
Kebijakan pertama adalah subsidi diberikan pada petani jarak pagar yang memasok biji jarak pagar bagi produsen biodiesel. Hal ini akan ditunjukkan pada Gambar 4-5.
Gambar 4-5 Formula Perhitungan Subsidi Petani Jarak Pagar Pada Tahun 2015
1 liter biodiesel berbasis jarak pagar
15% FAME : 0,15 liter 85% Solar :
0,85 liter
CJO : 0,15 liter
CJO : 0,1335 kg
Biji jarak pagar : 0,534 kg
Subsidi : Rp. 580,00 per liter
Keterangan : Satu liter biodiesel pada tahun 2015 adalah B15 yang merupakan campuran antara 15% FAME dengan 85% solar.
Satu liter minyak jarak pagar (CJO) akan menghasilkan satu liter FAME jika CJO direaksikan dengan zat additif.
Untuk mengkonversi satuan liter dari CJO ke satuan kg dari CJO dibutuhkan densitas dari minyak, maka densitas untuk CJO adalah 0,890 kg/liter. 1 kg biji jarak pagar memiliki rendemen minyak sebesar 25% sehingga 1 kg biji jarak pagar dapat menghasilkan 250 g atau 0,25 kg minyak jarak pagar (CJO). Besaran subsidi yang diberikan pada satu kg biji jarak pagar didapat dari selisih antara harga biji jarak pagar per kg yang seharusnya dengan harga biji jarak pagar per kg yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar Rp. 1.086,04 per kg (=Rp. 1.786,04 – Rp. 700,00.)
Jumlah biji jarak pagar yang diperlukan untuk satu liter biodiesel adalah 0,534 kg, maka subsidi biji jarak pagar yang diperlukan untuk satu liter biodiesel adalah Rp. 580,00.
Pada tahun 2007 harga biji jarak pagar ditetapkan sebesar Rp 500,00 per kg karena pada tingkat harga ini akan diperoleh harga jual biodiesel sebesar Rp 4.300,00 per liter. Dapat dilihat dari tahun 2007, menurut pemerintah, komposisi harga input (biji jarak pagar) adalah 11,63% dari harga jual outputnya (biodiesel). Sementara itu, harga jual solar
domestik pada tahun 2015 adalah Rp 5.430,87 per liter 74 . Namun, sesuai dengan blue print pengembangan BBN, pemerintah akan mengenakan pajak lingkungan terhadap solar
sebesar 10% pada tahun 2015, maka harga jual solar di pasar menjadi Rp. 5.973,96 per liter. Akibatnya, harga biji jarak pagar pada tahun 2015 akan ditetapkan pemerintah pada harga Rp 700,00 (= 11,63% X Rp. 5.973,96).
Petani memiliki opportunity cost jika menanam jarak pagar karena mereka mengorbankan pilihan untuk menanam tanaman pangan, seperti ketela pohon dan jagung, yang memiliki harga tanaman lebih tinggi di pasar ketimbang biaya penanamannya. Sedangkan, harga jarak pagar yang ditetapkan pemerintah lebih rendah di pasar ketimbang biaya penanamannya. Akibatnya, pemerintah harus mensubsidi petani jarak pagar karena petani akan mengalami kerugian jika biji jarak pagar dibeli dengan harga yang ditetapkan.
Petani jarak pagar selaku penjual (pemasok) biji jarak pagar berada dalam situasi pasar monopsoni, karena outputnya (biji jarak pagar) merupakan tanaman non pangan yang hanya dapat dikonsumsi oleh produsen biodiesel. Situasi ini membuat petani jarak pagar
Asumsi yang digunakan adalah exchange rate Rp 9.900,00 untuk 1 US $ dan ICP 57 US $ untuk 1 bbl pada tahun 2015.
tidak memiliki pilihan lain untuk menjual outputnya. Mau tidak mau atau suka tidak suka, petani jarak pagar harus bersedia menjual outputnya dengan harga yang ditetapkan kendati harga ini tidak memperhitungkan biaya produksi biji jarak pagar, yaitu Rp. 1.786,04 per
kg 75 . Apabila pemerintah tidak mensubsidi petani jarak pagar, namun petani diharuskan menanam jarak pagar, petani akan menanggung kerugian. Supaya petani tidak rugi dan
program ini dapat berjalan, pemerintah harus mensubsidi petani sebagai kompensasi dari kerugian petani. Dengan jumlah biodiesel sebanyak 2.513.361,6 kilo liter maka besaran subsidi ini adalah 2.513.361.600 X Rp. 580,00, yaitu sebesar Rp. 1.457.749.728.000,00.
Setelah pemerintah mensubsidi petani jarak pagar, masalah belum tentu selesai dan tidak ada jaminan bahwa masyarakat akan bersedia beralih dari solar menjadi biodiesel. Menurut TimNas BBN, masyarakat bersedia beralih dari solar menjadi biodiesel jika harga jual biodiesel lebih rendah atau sama dengan harga jual solar pada tahun 2015. Untuk mengetahui harga jual biodiesel, diperlukan biaya proses produksi FAME berbasis CJO dengan harga biji jarak pagar yang ditetapkan pada tingkat harga Rp. 700,00. Biaya proses produksi FAME dan harga biodiesel ditunjukkan oleh Tabel 4-8 dan 4-9.
Tabel 4-8 Perhitungan Biaya Proses Produksi FAME Berbasis CJO (Dengan Harga Input yang Ditetapkan Pemerintah) Pada Tahun 2015
Jenis
Jumlah Unit Rp/Unit
Total
Biaya Input Biji Jarak Pagar (Rp/liter)
700,00 2.492,00 Biaya Alat
115,38 Biaya Additif (methanol)
840,00 Biaya Katalisator (NaOH)
0,91 Biaya Minyak Tanah
100,00 Biaya Air Pencuci
10,40 Biaya Tenaga Kerja
73,00 Biaya Energi (Listrik)
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter) 3.660,49
Sumber :Wisnu A. Martono dan PT. EAI yang diolah oleh peneliti.
Asumsi yang digunakan dalam kebijakan ini adalah harga input biji jarak pagar dan biaya produksi biodiesel pada tahun 2015 sama dengan tahun 2007.
Keterangan : Asumsi : 6 hari kerja dalam 1 minggu, 52 minggu dalam 1 tahun, maka 312 hari kerja dalam 1 tahun.
Biaya alat : biaya investasi awal Rp. 1.000.000.000,00; scrap value 10%; lifetime mesin 25 tahun; kapasitas produksi 1.000 liter FAME/hari, maka kapasitas produksi 312 kiloliter FAME/tahun.
depr esiasi ( Rp / thn )
25 = Rp. 115 , 38 .
Perhitungan biaya alat =
kapasitas ( liter / thn )
Minyak tanah digunakan untuk steam pemanas. Harga per unit air pencuci dihitung dengan menggunakan asumsi harga air yang dikenakan oleh Thames Pam Jaya
(TPJ) di Jakarta Utara, yaitu Rp. 10.400,00 per m 3 (= 1000 liter), maka Rp. 10,40 per liter.
Perhitungan tenaga kerja per orang : Rp. 700.000,00 per bulan (24 hari kerja);
Rp. 29.200,00 per hari kerja (4 kali produksi); Rp. 7.300,00 per produksi (menghasilkan 200 liter FAME); Rp. 36,50 per liter FAME.
Listrik digunakan untuk pengaduk yang menggunakan motor; Perhitungan listrik : daya = 3 kw; faktor beban = 0.6; waktu = 4 jam; KWH = Rp. 800,00; Perhitungan biaya listrik = 3 X 0,6 X 4 X 800 = Rp. 5.760,00 (menghasilkan 200 liter FAME); maka Rp. 28,80 per liter FAME.
Tabel 4-9 Perhitungan Harga Jual Biodiesel B15 (Dengan Harga Input yang Ditetapkan Pemerintah) Pada Tahun 2015
Jenis
Harga
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter)
(PPN 10%) (Rp/liter)
(PBBKB 5%) (Rp/liter)
Profit Margin 35% dari biaya produksi FAME (Rp/liter)
Harga Grosir FAME (Rp/Liter)
Profit Margin Distributor 5% dari harga grosir (Rp/liter)
Harga Jual FAME (Rp/Liter)
Harga Komponen 15% FAME (Rp/liter)
Harga Solar (Rp/liter)
Harga Komponen 85% Solar (Rp/liter)
Harga Jual Biodiesel B15 (Rp/liter)
Dapat dilihat dalam Tabel 4-9, pada tahun 2015 harga jual biodiesel adalah Rp. 5.769,70 per liter dan ternyata harga jual ini relatif rendah dari harga jual solar yang sebesar Rp. 5.973,96 per liter. Jika harga jual biodiesel lebih rendah daripada harga jual solar akan berpotensi mengakibatkan perbedaan harga antara biodiesel dengan solar dan Dapat dilihat dalam Tabel 4-9, pada tahun 2015 harga jual biodiesel adalah Rp. 5.769,70 per liter dan ternyata harga jual ini relatif rendah dari harga jual solar yang sebesar Rp. 5.973,96 per liter. Jika harga jual biodiesel lebih rendah daripada harga jual solar akan berpotensi mengakibatkan perbedaan harga antara biodiesel dengan solar dan
Dengan jumlah biodiesel sebanyak 2.513.361,6 kilo liter, jumlah perbedaan antara harga jual solar dengan biodiesel adalah Rp. 513.379.240.000,00. Setelah melalui perhitungan, diketahui jika pemerintah memberikan subsidi kepada petani jarak pagar maka jumlah total subsidi yang harus dianggarkan untuk dapat menyediakan 2.513.361,6 kilo liter biodiesel pada tahun 2015 adalah Rp. 1.457.749.728.000,00 – Rp. 513.379.240.000,00 = Rp. 944.370.488.000,00.
Gambar 4-6 Formula Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Petani Jarak Pagar Pada Tahun 2015
Harga jual solar :
Harga jual biodiesel :
Rp. 5.973,96
Rp. 5.769,70
Selisih harga jual : Rp. 204,26 per liter
Pendapatan pemerintah dari perbedaan harga jual : Rp. 204,26 per liter
Subsidi kepada petani jarak pagar :
Rp. 375,74 per liter
Pengeluaran pemerintah untuk subsidi petani jarak pagar : Rp. 580,00 per liter
4.6.2 Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Konsumen Pada Tahun 2015
Kebijakan yang kedua adalah subsidi diberikan kepada masyarakat selaku konsumen dari biodiesel. Tujuan dari kebijakan ini adalah supaya perbedaan antara harga yang seharusnya (yang telah memperhitungkan biaya produksi) dari biodiesel dengan harga solar tidak memberatkan masyarakat, namun program biodiesel sebagai substitusi dari 15% konsumsi solar pada tahun 2015 tetap dapat dilaksanakan.
Biaya produksi FAME berbasis jarak pagar yang merupakan salah satu komponen perhitungan harga jual biodiesel telah ditunjukkan dalam Tabel 4-2. Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung harga jual biodiesel yang memperhitungkan biaya produksi yang seharusnya pada tahun 2015. Harga jual ini diperlihatkan pada Tabel 4-10.
Tabel 4-10 Perhitungan Harga Jual Biodiesel B15 Yang Seharusnya Pada Tahun 2015
Jenis
Harga
Biaya Produksi FAME (Rp/Liter)
(PPN 10%) (Rp/liter)
(PBBKB 5%) (Rp/liter)
Profit Margin 35% dari biaya produksi FAME (Rp/liter)
Harga Grosir FAME (Rp/Liter)
Profit Margin Distributor 5% dari harga grosir (Rp/liter)
Harga Jual FAME (Rp/Liter)
Harga Komponen 15% FAME (Rp/liter)
Harga Solar (Rp/liter)
Harga Komponen 85% Solar (Rp/liter)
Harga Jual Biodiesel B15 (Rp/liter)
Sumber : Perhitungan peneliti.
Keterangan : Biaya distribusi diasumsikan tidak ada karena distributor atau konsumen langsung mengambil ke pabrik produsen.
Pada Tabel 4-10 dapat dilihat harga jual yang seharusnya dari biodiesel pada tahun 2015 adalah Rp. 6.500,43 per liter. Menurut TimNas BBN, masyarakat bersedia beralih Pada Tabel 4-10 dapat dilihat harga jual yang seharusnya dari biodiesel pada tahun 2015 adalah Rp. 6.500,43 per liter. Menurut TimNas BBN, masyarakat bersedia beralih
Perhitungan subsidi dijelaskan dengan formula sebagai berikut : (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4-7 berikut ini).
Perbedaan antara harga jual biodiesel yang seharusnya dengan harga jual solar adalah Rp. 6.500,43 – Rp. 5.973,96 yaitu sebesar Rp. 526,47 per liter.
Perbedaan harga inilah yang merupakan besaran subsidi kepada konsumen. Diketahui bahwa jumlah biodiesel yang harus disediakan supaya program biodiesel ini
dapat dilaksanakan adalah 2.513.361,6 kilo liter. Maka total subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk dapat menyediakan 2.513.361,6 kilo liter biodiesel pada tahun 2015 adalah Rp. 526,47 X 2.513.361.600 liter, yaitu sebesar Rp.
Gambar 4-7 Formula Perhitungan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Kepada Konsumen Pada Tahun 2015
Harga jual biodiesel yang
Harga jual solar :
seharusnya : Rp. 6.500,43
Rp. 5.973,96
Perbedaan harga jual : Rp. 526,47 per liter
Subsidi kepada konsumen : Rp. 526,47 per liter
4.6.3 Pemilihan Kebijakan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Pada Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 4-11 di bawah ini dapat dilihat pada tahun 2015 jumlah subsidi biodiesel berbasis jarak pagar kepada petani jarak pagar lebih rendah daripada jumlah subsidi kepada konsumen. Oleh karena itu, peneliti menyarankan jika pemerintah ingin mendorong penggunaan biodiesel sebagai substitusi solar pada tahun 2015 maka sepatutnya pemerintah memberikan subsidi pada petani jarak pagar.
Tabel 4-11 Pilihan Kebijakan Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar Pada Tahun 2015
No Skenario Bahan Bakar
Jumlah Subsidi
Jumlah Bahan Bakar
(Rp)
(KL)
1. Subsidi petani jarak pagar*
2.513.361,6 Biodiesel
2. Subsidi konsumen**
2.513.361,6 Biodiesel
Sumber : Perhitungan peneliti
Keterangan : * = Merujuk pada Gambar 4-6 halaman 78. ** = Merujuk pada Gambar 4-7 halaman 80.
4.7 Subsidi Biodiesel Berbasis Jarak Pagar VS Subsidi Solar Pada Tahun 2015
Berkaitan dengan besaran subsidi, peneliti ingin membandingkan jumlah subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk biodiesel pada tahun 2015 (sesuai dengan blue print pengembangan BBN) dengan jumlah subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk solar jika program biodiesel ini tidak dijalankan.
Perbandingan antara subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk biodiesel pada tahun 2015 jika biodiesel mensubstitusi 15% dari jumlah konsumsi solar dengan subsidi yang harus dianggarkan pemerintah jika biodiesel tidak digunakan untuk mensubstitusi 15% dari jumlah konsumsi solar ditunjukkan dalam Tabel 4-12. Telah Perbandingan antara subsidi yang harus dianggarkan pemerintah untuk biodiesel pada tahun 2015 jika biodiesel mensubstitusi 15% dari jumlah konsumsi solar dengan subsidi yang harus dianggarkan pemerintah jika biodiesel tidak digunakan untuk mensubstitusi 15% dari jumlah konsumsi solar ditunjukkan dalam Tabel 4-12. Telah