Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengurutkan data kedalam pola kategori, dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
24
Metode Analisis Data menggunakan Analisis Data Kualitatif Normatif. Hal ini dilakukan untuk menemukan gejala, ciri-ciri dan
fenomena dari munculnya pokok permasalahan. Kemudian hasil analisis tersebut diuraikan dengan cara deskriptif dan ditarik suatu
kesimpulan yang disusun dalam Penulisan Hukum.
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam bentuk Tesis, yang uraiannya disampaikan dalam bab-bab, dimana antara bab yang
satu dengan bab yang lain merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dimana tiap bab masih terbagi lagi menjadi sub bab, hal
ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan lebih jelas dan mudah dipahami.
Bab I berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran,
metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II menguraikan tentang tinjauan pustaka yang pada intinya
merupakan landasan teoritis untuk menganalisis masalah yang disajikan. Bab ini pada intinya berisi kerangka pemikiran atau teori-
teori yang berkaitan dengan pokok permaslahan yang diteliti, akan tetapi bukan merupakan pembahasan terhadap masalah yang
dirumuskan dalam bab pendahuluan.
24
Lexi Melong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002 hal.103
Bab III berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari semua data yang diperoleh di lapangan dan dibahas dengan
menggunakan landasan teoritis dari bab kedua atau bab tinjauan pustaka sebagai bahan analisa serta difokuskan pada pokok
permasalahannya. Bab IV adalah penutup dan terbagi dalam dua sub bagian yaitu
kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari hasil penelitian dan pembahasan atau dengan kata lain kesimpulan merupakan
jawaban bagi permasalahan yang dirumuskan, uraian dari kesimpulan, diarahkan dan disusun menurut urutan permasalahan. Dari kesimpulan
itu dicoba diberikan saran sebagai upaya yang dapat di tempuh atau tindak lanjut dari penelitian yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Akad Menurut Hukum Islam 1. Pengertian Akad
Secara etimologis perjanjian dalam bahasa Arab diistilahkan dengan Mu’ahadah Ittifa’, atau akad. Dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan kontrak, perjanjian atau persetujuan yang artinya adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
seseorang lain atau lebih.
25
Dalam Al-Qur’an sendiri setidaknya ada 2 dua istilah yang berkaitan dengan perjanjian
26
, yaitu kata akad al-aqadu dan kata ‘ahd al-‘ahdu, Al-Qur’an memakai kata pertama dalam arti perikatan atau
perjanjian
27
, sedangkan kata yang kedua dalam Al-Qur’an berarti masa, pesan, penyempurnaan dan janjia atau perjanjian.
28
Dengan demikian istilah akad dapat disamakan dengan istilah perikatan atau verbintenis, sedangkan kata Al-‘ahdu dapat dikatakan sama
dengan istilah perjanjian atau overeenkomst, yang dapat diartikan sebagai suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau tidak
mengerjakan sesuatu, dan tidak ada sangkut-pautnya dengan kemauan pihak lain. Janji hanya mengikat bagi orang yang bersangkutan,
sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 76.
29
Rumusan akad diatas mengindikasikan bahwa perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak yang bertujuan untuk saling
mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus setelah akad secara efektif mulai diberlakukan.
25
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K. Lubis, 2004, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta : Sinar Grafika, hal .1.
26
Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, hal.247.
27
Lihat Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1.
28
Lihat Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 91 dan Al’Isra’ ayat 34.
29
Fathurahman Djamil, 2001, Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, hal.248
.
Dengan demikian akad diwijudkan dalam ijab dan qabul yang menunjukkan adanya kesukarelaan secara timbale balik terhadap
perikatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang harus sesuai dengan kehendak syariat. Artinya bahwa seluruh perikatan yang
diperjanjikan oleh kedua belah pihak atau lebih baru dianggap sah apabila secara keseluruhan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Dengan adanya ijab qabul yang didasarkan pada ketentuan syariat, maka suatu akad akan menimbulkan akibat hukum pada obyek
perikatan, yaitu terjadinya pemindahan kepemilikan atau pengalihan kemanfaatan dan seterusnya.
Dalam Islam ada pengertian lain yang memberikan gambaran lebih luas cakupannya dari pengertian yang tersebut diatas, yakni
memasukkan pengertian akad sebagai tindakan orang yang berkehendak kuat dalam hati, meskipun dilakukan secara sepihak,
seperti hibah, wasiat, wakaf, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akad adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban berprestasi pada salah satu pihak dan hak bagi pihak lain atas prestasi tersebut, dengan atau tanpa melakukan kontraprestasi.
Kewajiban bagi salah satu pihak merupakan hak bagi pihak lain.
2. Keabsahan Akad Menurut Hukum Islam