Pengaturan Pasal-Pasal Tentang Desa Substansi Badan Permusyawaratan Desa Substansi Pengaturan Desa

ii sendiri. Sedangkan pemaknaan pemberdayaan masyarakat desa dijelaskan sebagai berikut: “Pemberdayaan masyarakat desa dilaksanakan melalui pendekatan keswadayaan dan partisipasi masyarakat, kapasitas sumberdaya manusia, kelembagaan dan kesisteman. Pendekatan keswadayaan dan partisipasi masyarakat dilakukan dengan cara menigkatkan ketahanan dan peran serta aktif masyarakat dalam mewujudkan kemandirian. Pendekatan kapasitas sumberdaya manusia dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan, peningkatan kualitas hidup dan lingkungan masyarakat, pemberian stimulant dan sarana penunjang. Pendekatan kelembagaan dilakukan melalui pembentukan lembaga kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dalam peraturan desa, sedangkan pendekatan kesisteman dilakukan melalui pengaturan yang berpihak dan melindungi masyarakat serta penigkatan kemampuan manajemen”. 54 Melihat pembahasan tersebut diatas maka dapat diperoleh hambatan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 berdasarkan substansi pengaturan mengenai desa, yakni :

a. Pengaturan Pasal-Pasal Tentang Desa

Pengaturan dan bunyi pasal-pasal tentang desa sedemikian rupa akan dapat membuka jalan bagi masuknya makna kapitalisme destruktif dengan pola ke otoriter, sentralistis, birokratis, non partisipatif dan meminggirkan rakyat desa dalam segala aspek. Hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya pemahaman secara mendetail terhadap makna pasal-pasal tentang desa sehingga masyarakat tidak salah kaprah terhadap tujuan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 ini.

b. Substansi Badan Permusyawaratan Desa

Penggantian Badan Perwakilan Desa menjadi Badan Permusyawaratan Desa dapat memunculkan kembali kerabat-kerabat Kepala Desa menjadi kaum elit desa karena Badan Permusyawaratan Desa keanggotaannya ditetapkan secara 54 Edward Berlin Sitorus, makalah yang disajikan didalam Forum Sosialisasi Undang-Undang Pemerintahan daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal PMD Departemen Dalam Negeri tanggal 12 Oktober 2004 dengan judul “Pemahaman Singkat Tentang Rancangan Undang- Undang Pemerintahan Daerah Pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Pengaturan Mengenai Kecamatan-Desa-Kelurahan Serta Pokok-Pokok Pikiran Tentang RPP Mengenai Desa Sebagai Perubahan Atas PP Nomor 76 Tahun 2001 Tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa”, Direktorat Jenderal PMD, Jakarta, 2004, hal : 12 ii musyawarah dan mufakat. Digantinya Badan Perwakilan Desa menjadi Badan Permusyawaratan Desa yang mempunyai fungsi yang sangat terbatas dapat dianggap merupakan pengingkaran terhadap kedaulatan rakyat dan demokrasi di arus bawah dan pembangunan demokrasi yang telah dirintis selama ini bisa menjadi sia-sia.

c. Substansi Pengaturan Desa

Pengaturan mengenai desa dalam Undang-Undang yang baru dapat dianggap memiliki semangat sentralistik karena hanya memperkuat eksekutif pemerintah desa kemudian gagasan tentang otonomi desa akan semakin kabur. Kepentingan pemerintahan desa akan semakin kokoh dan terkondisikan terpondasi kuat sehingga timbul sifat eksklusif sedangkan makna otonomi desa sebagai konsep dasar yang harus dipegang tidak mengena sampai sector bawah dalam masyarakat.

d. Wewenang dan Kekuasaan Kepala Desa