Pencantuman Perubahan Desa Menjadi Kelurahan Penentuan Pelaksanaan Ketentuan Kerjasama Desa

ii serta lain-lain pendapatan asli desa yang sah, b Bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang meliputi: 1 bagian dari perolehan pajak dan retribusi daerah; 2 bagian dari dana perimbangan keuangan pusat, dan daerah yang diterima pemerintah kabupaten, c Bantuan dari Pemeritah dan Pemerintah Propinsi, d Sumbangan dari pihak ketiga, e Pinjaman desa. Penjelasan diatas memberikan bukti bahwa desa diberikan hak oleh Undang-Undang ini untuk memperoleh kelunakan perolehan dana dari pihak luar pemerintahan di atasnya dalam rangka peningkatan pendapatan desanya. Disamping itu juga dengan kekreatifitasan masing-masing desa diberikan kewenangan untuk membentuk badan usaha milik desa sebagai upaya peningkatan taraf hidup desa maupun perangkat desanya. Sedangkan untuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 secara umum kajiannya sama dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tetapi ada penambahan sedikit terkait pengertian keuangan desa. Keuangan desa menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 212 ayat 1 adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu yang baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik desa berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Pengertian hak dan kewajiban menurut yang tercantum dalam ayat 2 adalah segala sesuatu yang menimbulkan pendapatan, belanja dan pengelolaan keuangan desa. Jadi jelas, desa diberikan kewenangan untuk memperoleh pendapatan belanja dan mengelola keuangan desa selama masih dalam koridor hak dan kewajiban desa. Untuk sumber pendapatan desa terdapat penambahan yaitu adanya hibah, baik yang bersumber dari intern lingkungan desa maupun dari pihak luar lingkungan desa. Semua yang terkait tentang pendapatan dan keuangan desa diatur melalui perda sehingga secara legal formal pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan.

e. Pencantuman Perubahan Desa Menjadi Kelurahan

ii Hal yang cukup signifikan yang terjadi dalam penetapan substansi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah adanya perubahan desa menjadi kelurahan. Pencantuman substansi ini didasari alasan semakin besarnya minat dan tuntutan arus bawah KabupatenKota untuk merubah status wilayahnya menjadi kelurahan karena didasari alasan bahwa proses kegiatan kepemerintahan lebih baik diserahkan kepada personil yang berasal dari pegawai negeri sipil dengan harapan besar, rata-rata lebih mengetahui dan menguasai mekanisme proses pemerintahan secara umum. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dirasa kurang memberikan respon mengenai pengaturan hal ini meskipun telah tercantum tegas dalam peraturan pelaksanaannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999. Pencantuman ini dirasa sangat penting karena dengan pengaturan pada peraturan lebih tinggi diharapkan proses perubahan dapat dilakukan sesuai pertimbangan yang matang. Ini sesuai dalam amanat Penjelasan Pasal 200 ayat 3 yaitu desa yang menjadi kelurahan dalam ketentuan ini tidak seketika berubah dengan adanya pembentukan pemerintah kota, begitu pula desa yang berada di perkotaan dalam pemerintah kabupaten. Karena dipandang selama ini terlalu besar tuntutan dari arus bawah untuk segera merealisasikan proses tersebut tanpa disertai pertimbangan-pertimbangan kewilayahan yang cukup matang.

f. Penentuan Pelaksanaan Ketentuan Kerjasama Desa

Kerjasama desa yang melibatkan pihak Pemerintah KabupatenKota dalam setiap aturan memang perlu diperhatikan karena selama ini dipandang bahwa desa akan mengalami kemajuan apabila mempu mengelola manajemen koordinasi dengan pihak luar. Dengan latar belakang perbedaan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah desa diharapkan dengan kerjasama dengan pihak luar, desa mampu mengembangkan potensi yang dimiliki dengan meminimalisir akibat yang timbul. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 substansi materi tersebut telah diatur dalam pasal 215 ayat 2 ii dengan pertimbangan ayat 1 bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh KabupatenKota dan atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Adanya ketentuan mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang diberikan melalui pencantuman dalam pasal 215 ayat 2 yaitu dengan memperhatikan : a kepentingan masyarakat desa; b kewenangan desa; c kelancaran pelaksanaan investasi; d kelestarian lingkungan hidup; e keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum, telah mengajarkan desa untuk berupaya mewirausahakan demokrasi sesuai patron yang berlaku. Pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 secara nyata memang sudah mengatur hal ini tetapi terkait pembatasannya belum melekat secara permanent, ini sesuai pengaturan pasal 109-111.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa