ii
musyawarah dan mufakat. Digantinya Badan Perwakilan Desa menjadi Badan Permusyawaratan Desa yang mempunyai fungsi yang sangat terbatas dapat dianggap
merupakan pengingkaran terhadap kedaulatan rakyat dan demokrasi di arus bawah dan pembangunan demokrasi yang telah dirintis selama ini bisa menjadi sia-sia.
c. Substansi Pengaturan Desa
Pengaturan mengenai desa dalam Undang-Undang yang baru dapat dianggap memiliki semangat sentralistik karena hanya memperkuat eksekutif pemerintah
desa kemudian gagasan tentang otonomi desa akan semakin kabur. Kepentingan pemerintahan desa akan semakin kokoh dan terkondisikan
terpondasi kuat sehingga timbul sifat eksklusif sedangkan makna otonomi desa sebagai konsep dasar yang harus dipegang tidak mengena sampai sector bawah
dalam masyarakat.
d. Wewenang dan Kekuasaan Kepala Desa
Kekuasaan Kepala desa yang selama ini menjadi “Raja Kecil” akan dapat semakin kuat karena kewenangan kepala desa menjadi sangat besar dan tidak adanya
control dari rakyat yang selama ini menjadi salah satu fungsi Badan Perwakilan Desa.
Kekhawatiran lain adalah berpindahnya fungsi control ke tangan Camat selaku perangkat daerah bisa menimbulkan pola ABS Asal Bapak Senang.
e. Hak Otonomi Rakyat
Terjadi penghilangan hak otonomi rakyat karena adanya peluang desa menjadi kelurahan dan kekayaan desa tersebut menjadi kekayaan daerah yang
dikelola oleh kelurahan. Karena ada kenyataan yang terjadi adanya wilayah desa dengan kondisi
sarana dan prasarana terbatas serta ditunjang oleh unsur masyarakat untuk mengusulkan perubahan menjadi kelurahan itu maka dimungkinkan desa dengan
ii
keterbatasan yang ada berubah menjadi kelurahan sehingga dengan berubahnya menjadi kelurahan hak otonomi rakyat menjadi terputus karena secara organisator
kelurahan berbeda dengan keberadaan desa.
f. Orientasi Pengabdian Kepala Desa
Sorotan pada kegiatan pemerintahan desa menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah kepemimpinan kepala desa. Kepemimpinan kepala desa
tertuju pada orientasi kepala desa karena kepala desa akan lebih bertanggungjawab kepada BupatiWalikota.
Kepala desa akan lebih memperhatikan loyal kepada kehendak pihak atas ketimbang kepada rakyat yang memilihnya dan dampak yang lain yaitu pemerintah
desa bisa menjadi alat politik dari Bupati dan Walikota dalam pemilihan Kepala desa Langsung PILKADAL.
g. Pengaruh Birokrasi Yang Lebih Kompleks
Hal yang cukup pelik adalah pengaruh proses pemerintahan dimana bisa membawa pamong desa kearah yang lebih kompleks dan menjauhkan pamong desa
dari rakyatnya karena semula perangkat desa dipilih oleh rakyat tetapi dengan ditentukannya sekretaris desa dari pegawai negeri sipil maka orientasi
pengabdiannya akan berbeda. Selain itu, akan muncul kultur pegawai negeri sipil di desa dan dapat
diarahkan kepada mesin politik baru.
C. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Untuk Mengatasi Kendala Pelaksanaan Otonomi