Aliran Neo Klasik Tujuan Pemidanaan

pemidanaan terhadap perbuatannya. Pada prinsipnya ia menolak konsepsi mengenau pidana, penjahat dan pidana. b Konsepsi Moderat reformist Konsepsi ini dipelopori oleh Marc Ancel, dengan menamakan alirannya “Defence Social Nouvelle” New Social Defence dengan pokok-pokok pemikiran sebagai berikut : 156 a Perlindungan individu dan masyarakat tergantung pada perumuan yang tepat mengenai hukum pidana, karena itu sistem hukum pidana, tindak pidana, penilaian hakim terhadap pelaku serta pidana merupakan institusi yang harus tetap dipertahankan, namun tidak digunakan dengan fiksi-fiksi dan teknik-teknik yuridis yang terlepas dari kenyataan sosial; b Kejahatan merupakan masalah kemanusiaan dan masalah sosial a human and social problem yang tidak begitu saja mudah dipaksa untuk dimasukkan ke dalam perumusan suatu perundang-undangan; c Kebijaksanaan pidana bertolak pada konsepsi pertanggungjawaban pribadi individual responsibility yang menjadi kekuatan penggerak utama dari proses penyesuaian sosial. Pertanggungjawaban pribadi ini menekankan pada kewajiban moral individu ke arah timbulnya moralitas sosial.

c. Aliran Neo Klasik

Pengaruh perkembangan kesadaran hukum masyarakat mengakibatkan Aliran Klasik yang rigit mulai ditinggalkan dengan timbulnya Aliran Neo Klasik. Aliran ini menitikberatkan pada pengimbalanpembalasan terhadap kesalahan si pelaku. Dalam pemidanaan memberikan kewenangan kepada hakim untuk menetapkan pidana penjara antara minimum dan maksimum yang telah ditetapkan the indefinite sentence . Aliran Neo Klasik dipandang ileh pelbagai negara sangat manusiawi dan menggambarkan perimbangan kepentingan secara proporsional. Ciri-ciri pokok aliran ini adalah 157 : 156 Ibid. hal. 36-38; Lihat pula : S.R. Sianturi dan Mompang L. Panggabean, Hukum Penintensia Di Indonesia; Op.Cit. hal. 20 1 Modifikasi doktrin kebebasan kehendak atas dasar usia, patologi dan lingkungan; 2 Asas pengimbalanpembalasan vergelding dari kesalahan si pelaku. Pidana secara konkrit tidak dikenakan dengan maksud untuk mencapai suatu hasiltujuan yang bermanfaat melainkan setimpal dengana beratnya kesalahan yang dilakukan. Oleh karena itu aliran ini disebut sebagai Daad-dader Strafrecht; 3 Menggalakkan kesaksian ahli expert testimony ; 4 Pengembangan hal-hal yang meringankan dan memperberat pemidanaan; 5 Pengembangan twintrack-system double track system zweispurig keit “sistem dua-jalur”. yakni pidana dan tindakan; 6 Perpaduan antara Justice Model dan perlindungan terhadap hak-hak terdakwa-terpidana termasuk pengembangan non-institusional treatment Tokyo Rules dan dekriminalisasi serta depenalisasi. Memang keberadaan aliran-aliran dalam ilmu hukum pidana itu tidak bermaksud mencari dasar hukum atau pembenar dari pidana, tetapi harus diakui bahwa pertentangan paham aliran-aliran tersebut telah mempunyai pengaruh secara praktis, baik di dalam pemilihan dari sarana-sarana pemidanaan maupun di dalam pengaturan dan penerapannya; atau menurut istilah Muladi dan Barda Nawawi 158 , bermaksud memperoleh suatu sistem hukum pidana yang praktis dan bermanfaat. Sementara itu pada tataran teoritis mengenai pemidanaan Muladi dan Barda Nawawi Arief menulis, bahwa secara tradisional teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni : a. Teori absolut atau teori pembalasan retributivevergeldings theorie ; b. Teori relatif atau teori tujuan utilitariandoeltheorien . Di samping pembagian secara tradisional teori-teori pemidanaan seperti disebut di atas, ada teori ketiga yang disebut teori gabungan verenegings theorien 159 157 ibid. hal 26-27. Lihat pula : Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Op.cit. hal.52; Mompang L. Panggabean , Pokok-Pokok Hukum Penitensier Di Indonesia, UKI Press, Jakarta, 2005, hal. 39-40 158 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori ………….Op.Cit. hal.25 159 Ibid. hal. 10, 19 Selanjutnya di bawah ini akan dikemukakan beberapa prinsip-prinsip dasar yang dikemukakan oleh teori-teori tentang pemidanaan tersebut, sebagai berikut:

a. Teori Absolut atau teori pembalasan retributivevergeldings theorie