Penetapan PelaksanaanEksekusi Pidana Denda di Dalam dan di Luar KUHP 19 UU Pidana Khusus

antara lain tidak mengatur pemidanaan terhadap percobaan, pembantuaan ataupun recidive . Selain itu, menarik pula melihat ketidaklengkapan aturan pemidanaan yang bersifat khusus dalam UU Pemberantasan Tindak pidana Perdagangan Orang. Walaupun menurut penulis UU ini relatif lebih lengkap dalam hal aturan pemidanaan yang bersifat khusus, ternyata tidak mengatur pemidanaan terhadap recidive. Sebagai konsekuensi yuridis dari ketidaklengkapan dari aturanpedomanan yang bersifat khusus tersebut, maka penerapannya kembali mengacumengikuti ‘Aturan Umum’ dalam Buku I KHUP. Padahal sebagaimana diketahui Aturan Umum’ dalam Buku I KUHP tidak menganut Sistem Minimum Khusus dalam pengancaman pidana denda, alias hanya manganut Sistem Minimum Umum dan Maksimum Khusus.

3. Penetapan PelaksanaanEksekusi Pidana Denda di Dalam dan di Luar KUHP 19 UU Pidana Khusus

Ditinjau sebagai sebuah sistem kebijakan, maka kebijakan pelaksanaan denda atau yang dikenal dengan istilah kebijakan eksekutifadministratif adalah tahap akhir dalam mengkonkretkan putusan pengadilan pidana. Untuk menjamin eksekusi pidana denda dapat dilaksanakan, maka pembentuk undang-undang kebijakan legislatif menyiapkan seperangkat sarana berupa aturan pelaksanaan pidana denda. Persoalan yang menonjol berkaitan dengan aturan pelaksanaan pidana hingga saat ini, Indonesia belum memiliki satu aturan yang bersifat komprehensif mengatur pelaksanaan semua jenis-jenis pidana di dalam KUHP. Sementara yang ada masih bersifat fragmentaris 309 , misalnya pelaksanaan pidana perampasan kemerdekaan diatur dalam Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pelaksanaan pidana mati diatur dalam Penpres No. 2 Tahun 1964 dan pelaksanaan pidana denda diatur dalam KUHP, khususnya Pasal 30 dan 31. Pasal 30 KUHP, menyatakan: 310 2 Jika denda tidak dibayar, lalu diganti dengan kurungan. 3 Lamanya kurungan pengganti paling sedikit adalah satu hari dan paling lama enam bulan. 4 Dalam putusan hakim lamanya kurungan pengganti ditetapkan demikian; jika dendanya lima puluh sen atau kurang, dihitung satu hari; jika lebih dari lima puluh sen, tiap-tiap lima puluh sen dihitung paling banyak satu hari, demikian pula sisanya yang tidak cukup lima puluh sen. 5 Jika ada pemberatan denda, disebabkan karena perbarengan atau pengulangan, atau karena ketentuan Pasal 52 dan 52a, maka kurungan pengganti paling lama dapat menjadi delapan bulan. 6 Kurungan pengganti sekali-kali tidak boleh lebih dari delapan bulan. Pasal 31 KUHP menyatakan: 311 1 Orang yang dijatuhi denda, boleh segera menjalani kurungan penggantinya dengan tidak usah menunggu sampai waktu harus membayar denda itu. 2 Setiap waktu ia berhak dilepaskan dari kurungan pengganti jika membayar dendanya. 3 Pembayaran sebagian dari denda, baik sebelum maupun sesudah mulai menjalani kurungan pengganti, membebaskan terpidana dari sebagian kurungan bagian denda yang telah dibayar. Dari ketentuan Pasal 30 dan 31 di atas, kecuali Pasal 30 ayat 1 mengenai penetapan minimum pidana denda, maka kebijakan pelaksanaan pidana denda secara garis besar menetapkan: 312 309 Menurut Bambang Poernomo, keadaan yang demikian dengan sangat berbeda Hukum Pidana Jerman yang telah memiliki dasar-dasar tentang pelaksanaan pidana yang dikenal dengan nama Strafvollstreckungsrecht und Strafvollsugsrecht yang memuat aturan pedoman pelaksanaan pidana untuk pejabat pelaksanaan yang berwenang selaku Strafvollzugsbeamten Lihat : Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 24 310 Moeljatno, Op.cit. hal. 16. 311 Ibid. - Jika pidana denda yang dijatuhkan tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan atau dikenal dengan istilah pidana kurungan pengganti dendakurungan subsider; - Lamanya pidana kurungan pengganti dendakurungan subsider sekurangnya 1 satu hari dan paling lama 6 bulan; - Cara penghitungan lamanya pidana kurungan pengganti denda, yaitu: jika denda setengah rupiah atau kurang, dihitung satu hari. Jika denda lebih besar dari pada itu, maka setiap setengah rupiah equivalent 1 hari, dan sisanya yang tidak mencukupi setengah rupiah juga equivalent 1 hari; - Dalam hal pemberatan pidana karena perihal perbarengan tindak pidana concursus , pengulangan tindak pidana recidive atau tindak piana berkaitan dengan jabatan yang ditentukan Pasal 52 dan 52 a, maka maksimum pidana kurungan pengganti denda selama 6 bulan dapat ditingkatkan menjadi 8 bulan; - Terpidana diberi kebebasan untuk memilih antara membayar denda atau menjalani kurungan pengganti denda, dan setiap waktu berhak melepaskan dirinya dari pidana kurungan pengganti denda dengan cara membayar denda; - Dalam hal terpidana membayar sebagian dari denda, maka akan membebaskan sebagian yang sepadan dari pidana kurungan pengganti. Dilihat dari aspek individualisasi pidana, kebijakan di atas jelas tidak memberi kebebasan hakim dalam 3 hal, yaitu menentukan batas waktu pembayaran denda, cara pelaksanaan pembayaran pidana denda dan upaya 312 Muladi Dan Barda Nawawai Arief, Teori_Teori Dan Kebijakan Pidana, Op.cit hal 178-180. paksa dalam hal pidana denda tidak dibayar. Selanjutnya, mengenai ketiga hal ini akan penulis kaji dengan pendekatan perbandingan.

1. Penetapan Batas Waktu Pembayaran Denda