BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KEBIJAKAN HUKUM PIDANA 1. Pengertian Kebijakan Hukum Pidana Dan Ruang Lingkupnya
Kebijakan Hukum Pidana terdiri dari rangkaian kata “kebijakan” dan “hukum pidana”. Pengertian “Kebijakan” secara harfiah, mempunyai beberapa
arti seperti kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan.
34
Atas dasar itulah dapat dipahami kiranya apabila dalam beberapa karya tulisan istilah kebijakan seringkali dipakai secara bergantian dengan istilah
kebijaksanaan. Sutan Zanti Arbi dan Wayan Ardhana dalam bukunya “Rancangan
Penelitian Sosial” yang merupakan terjemahan dari “ The Design of Social Policy”
tulisan Robert R. Mayer dan Ernest Greenwood, menggunakan istilah kebijakan
sebagai pengganti policy
yang pengertiannya diterjemahkan sebagai “suatu keputusan yang menggariskan cara yang paling efektif dan paling efisien untuk
mencapai suatu tujuan yang ditetapkan secara kolektif”.
35
Berbeda dengan Sutan Zanti Arbi dan Wayan Ardhana, maka Solichin Abdul Wahab dalam bukunya “Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1993, hal 115
35
Sutan Zanti Arbi dan Wayan Ardhana, Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial, Pustekkom Dikbud dan CV. Rajawali., Dalam Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam
Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Op.cit, hal. 59
Implementasi Kebijaksanaan Negara” menggunakan istilah kebijaksanaan dan kebijakan sekaligus sebagai pengganti istilah
policy .
36
Sekalipun, kebijakan juga bermakna kebijaksanaan, namun dalam tulisan ini menggunakan istilah kebijakan dan tidak menggunakan istilah kebijaksanaan.
Sehubungan dengan hal di atas, dalam konteks “Kebijakan Hukum Pidana”, Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa istilah “kebijakan” diambil dari istilah
“ policy
” Inggris atau “ politiek
” Belanda. Bertolak dari kedua istilah asing ini, maka istilah “kebijakan hukum pidana” dapat pula disebut dengan istilah “politik
hukum pidana”. Dalam kepustakaan asing istilah “politik hukum pidana” ini sering dikenal dengan berbagai istilah, antara lain “
penal policy ”, “
criminal lawl policy ”,
atau “ strafrechtspolitiek
”. Oleh karena itu, pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari ‘politik hukum’ maupun dari ‘politik kriminal’.
37
Pengertian kebijakanpolitik hukum pidana dikaji dari perspektif ‘politik hukum’, tentu akan membahas pengertian ‘politik’ itu sendiri. Menurut Utrecht,
“politik adalah suatu jalan kemungkinan untuk memberi wujud sungguh- sungguh kepada cita-cita”.
38
Sedang “politik” menurut Logemann, “berarti memilih beberapa macam cita-cita sosial tertentu dan berusaha dengan segala daya
yang ada untuk mencapai cita-cita”.
39
Oleh karena itu, wajar apabila Hans Kelsen membedakan politik dalam 2 dua pengertian, yaitu “politik” sebagai “etika” dan
“politik” sebagai “tehnik”. Politik sebagai ”etika”, berarti politik itu memilih dan menentukan tujuan-tujuan sosial mana yang harus harus diperjuangkan; dan
36
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2001.
37
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum pidana, Op.cit. hal 24
38
E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, PT. Penerbit dan Balai Buku Ichtiar,