Aspek Hukum Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing melalui Pasar Modal

(1)

ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

INDRA FADILLAH 050200347

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH

INDRA FADILLAH 050200347

Departemen Hukum Ekonomi

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, SH. M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Prof. Dr. Sunarmi,SH, M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

(4)

 

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim.

Segala puji kehadirat Allah SWT atas segala kenikmatan yang tak terhingga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan program studi S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan memilih judul: Aspek Hukum Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing melalui Pasar Modal.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum sebagai Dekan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, karena sudah berusaha untuk memberikan perubahan yang maksimalkan kepada fakultas dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di lingkungan kampus Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembantu Dekan I

yang telah membantu para mahasisw dengan memberikan perubahan dan kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan akademik dan administrasi.


(5)

3. Bapak Pembantu Dekan II Safrudin Hasibuan, SH, MHum, Dfm yang telah membantu mahasiswa di pembayaran SPP dan sumbangan-sumbangan kegiatan kampus.

4. Bapak Pembantu Dekan III Muhammad Husni, SH, MHum yang telah

banyak membantu mahasiswa di bidang kemahasiswaan, beasiswa.

5. Ibu Windha SH, MHum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH sebagai Ketua Departemen

Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, mengkritisi, memberikan saran-saran dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Sunarmi, SH, MHum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

menyetujui judul, outline skripsi, membimbing, mengkritisi dan memberikan saran-saran yang konstruktif serta mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dedi Herianto sebagai Dosen Wali Penulis yang selama masa

kuliah telah membimbing dan memotivasi penulis untuk meraih hasil maksimal disetiap semesternya.

9. Para staf dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah


(6)

10.Seluruh rekan-rekan stambuk 2005 yang telah banyak membantu selama ini. Elfin, Endhar, Rizqo, Dimas, Wirawandy, Rheinold, Fitrah, Reza Opa, Amiruddin, dan semuanya.

11.Seluruh rekan-rekan stambuk 2007 yang telah banyak menemani penulis

diakhir masa perkuliahan. Ami, Ermel, Jolski, Dinda, Ninda, Karin, Omar, Rio, Satria, dan semuanya

12.Seluruh keluarga besar, Ibu saya Yusliza, Ayah saya Arjuna Lubis, dan

anggota keluarga lain Aulia, Yohana, Nina dan Amelia serta tidak lupa Almarhumah Atok R. Fatimah yang selalu mendukung kegiatan penulis.

13.Teman-teman di luar kegiatan kampus yang memberikan banyak inspirasi.

Kak Nola, Ariy, Reza Robot, Doni, Habib, dan semuanya

14.Terima kasih khusus kepada Anggina Nurul yang memberikan ide dan

saran skripsi ini,Wina yang rela meminjamkan buku-bukunya, Fauzi Abdullah yang ganteng yang terus menyemangati dengan kebersamaan dalam menulis,

15.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat

disebut satu-persatu.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapat Rahmat dan Ridho Allah SWT.

Penulis memohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.


(7)

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmad dan karunia-Nya. Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2011

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

D. Keaslian Penulisan

E. Tinjauan Kepustakaan

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II PERATURAN MENGENAI KEPEMILIKAN SAHAM

DALAM PASAR MODAL

A. Ketentuan Prosedur Kepemilikan Saham dalam Pasar Modal B. Tanggung Jawab Kepemilikan Saham dalam Pasar Modal

C. Ketentuan Bagi Investor Asing Yang Melakukan Penanaman Modal

D. Batasan Kepemilikan Saham Bagi Investor Asing dalam Pasar Modal Indonesia

BAB III KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN INVESTOR ASING DALAM PASAR MODAL


(9)

A. Pengertian dan Karakteristik Pasar Modal

B. Masuknya Investor Asing Ke Pasar Modal Indonesia C. Keadaan Pasar Modal setelah Masuknya Investor Asing D. Kebijaksanaan Pemerintah di bidang Pasar Modal

BAB IV ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH

INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

A. Kepemilikan Saham Oleh Investor Asing Melalui Pasar Modal B. Perlindungan Investor Asing dalam Pasar Modal Indonesia C. Akibat Hukum Yang Ditimbulkan oleh Investor Asing BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran


(10)

ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Indra Fadillah

ABSTRAKSI

Dalam transaksi di pasar modal ada 2 jenis investor berdasarkan asalnya, yaitu dari dalam negeri (domestik) dan luar negeri (asing). Kedua investor ini sangat berperan dalam bergeraknya pasar modal di suatu Negara.

Kepemilikan saham oleh investor asing terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan dalam kepemilikan saham oleh investor asing antara lain : bagaimana peraturan mengenai kepemilikan saham dalam pasar modal, bagaimana kedudukan dan perkembangan kepemilikan saham oleh investor asing dalam pasar modal dan bagaimana aspek hukum kepemilikan saham oleh investor asing melalui pasar modal.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari pada penyusunan karya ilmiah ini.

Peraturan kepemilikan saham dalam pasar modal terhadap investor asing yang awalnya dibatasi sampai denga 49% kemudian diatur kembali yaitu sampai dengan 100% dari jumlah saham yang beredar di bursa memberikan dampak terhadap aktivitas pasar modal yang hampir dikuasai okeh investor asing.

Kedudukan dan perkembangan investor asing dalam pasar modal sangatlah dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kebijaksanaan pemerintah sebagai regulator dan investor asing juga berpengaruh pada keputusan transaksi investor domestik.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa investor asing yang melakukan penanaman modal melalui pasar modal berdasarkan kepemilikan saham di dalam suatu perusahaan yang tercatat dalam bursa merupakan suatu bentuk penanaman modal/investasi tidak langsung (indirect investment/portofolio) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 455/KMK.01/1997 investor asing diperboleh kan untuk memiliki sampai dengan 100% saham perusahaan go public yang tercatat di bursa.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Fakultas Hukum


(11)

ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

*) Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H **) Dr. Sunarmi, SH. M.Hum

***) Indra Fadillah

ABSTRAKSI

Dalam transaksi di pasar modal ada 2 jenis investor berdasarkan asalnya, yaitu dari dalam negeri (domestik) dan luar negeri (asing). Kedua investor ini sangat berperan dalam bergeraknya pasar modal di suatu Negara.

Kepemilikan saham oleh investor asing terdapat beberapa permasalahan. Permasalahan dalam kepemilikan saham oleh investor asing antara lain : bagaimana peraturan mengenai kepemilikan saham dalam pasar modal, bagaimana kedudukan dan perkembangan kepemilikan saham oleh investor asing dalam pasar modal dan bagaimana aspek hukum kepemilikan saham oleh investor asing melalui pasar modal.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan bahan - bahan dari buku, majalah, artikel, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari pada penyusunan karya ilmiah ini.

Peraturan kepemilikan saham dalam pasar modal terhadap investor asing yang awalnya dibatasi sampai denga 49% kemudian diatur kembali yaitu sampai dengan 100% dari jumlah saham yang beredar di bursa memberikan dampak terhadap aktivitas pasar modal yang hampir dikuasai okeh investor asing.

Kedudukan dan perkembangan investor asing dalam pasar modal sangatlah dipengaruhi oleh bentuk-bentuk kebijaksanaan pemerintah sebagai regulator dan investor asing juga berpengaruh pada keputusan transaksi investor domestik.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa investor asing yang melakukan penanaman modal melalui pasar modal berdasarkan kepemilikan saham di dalam suatu perusahaan yang tercatat dalam bursa merupakan suatu bentuk penanaman modal/investasi tidak langsung (indirect investment/portofolio) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor. 455/KMK.01/1997 investor asing diperboleh kan untuk memiliki sampai dengan 100% saham perusahaan go public yang tercatat di bursa.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II ***) Mahasiswa Fakultas Hukum


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta penunjang perkembangan ekonomi suatu negara yang bersangkutan. Hampir diseluruh penjuru dunia, di setiap negara, pasar modal menjadi bahan pembicaraan. Di dalamnya berputar roda perekonomian suatu negara, sumber dana bagi beroperasinya perusahaan yang merupakan tulang punggung ekonomi

suatu negara.1

Pasar modal sendiri pada hakikatnya merupakan jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial asset (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder), berlangsungnya fungsi pasar modal adalah meningkatkan dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan “kriteria pasarnya” secara efisien yang akan menunjang

pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.2

Objek yang menjadi instrumen dalam kegiatan jual beli di pasar modal adalah berupa surat-surat berharga yang sering disebut efek. Berdasarkan Ketentuan

      

1

Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go

Public dan Go Private di Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 1. 

2

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hal.5. 


(13)

Umum Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derifative dari efek.

Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal pada umumnya dapat dibedakan ke dalam surat berharga yang bersifat utang yang dikenal dengan nama obligasi (bonds), dan surat berharga yang bersifat pemilikan atau umumnya disebut saham (equity). Obligasi merupakan bukti pengakuan utang dari perusahaan atau lembaga sedangkan saham adalah bukti penyertaan

modal dalam perusahaan.3

Saham mempunyai 3 (tiga) macam nilai, yaitu :

1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut.

2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham

tersebut diperdagangkan di bursa.

3. Nilai intrinsik, yaitu nilai saham pada saat likuidasi.

Disamping ketiga istilah ini, dikenal istilah going concern, yaitu nilai saham perusahaan yang sedang berjalan. Nilai seperti ini didapat pada waktu adanya merger dan oleh karena itu nilai going concern biasanya lebih tinggi daripada nilai

      

3

M Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008), hal. 44 


(14)

likuidasi. Dalam perdagangan yang dikenal di masyarakat yang terpenting adalah

nilai bursa/kurs resmi.4

Sebenarnya kegiatan pasar modal sudah sejak lama dikenal di Indonesia, yaitu pada saat zaman penjajahan Belanda. Hal ini terlihat dari didirikannya bursa efek di Batavia yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel pada tanggal 14 Desember 1912, meskipun diketahui bahwa tujuan awalnya untuk menghimpun dana guna kepentingan mengembangkan sektor perkebunan yang ada di Indonesia. Investor yang berperan pada saat itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan orang-orang Eropa lainnya, sedangkan efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Perkembangan pasar modal ini cukup pesat, sehingga dibuka juga Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Terjadi gejolak politik di Eropa pada awal tahun 1939 ikut mempengaruhi perdagangan efek yang ada di Indonesia. Akibatnya pemerintah Belanda menutup bursa efek di Surabaya dan Semarang. Sehingga yang tinggal adalah Bursa Efek Jakarta. Tetapi Bursa Efek Jakarta ini pun akhirnya tutup karena Perang Dunia Kedua, yang sekaligus menandai berhentinya aktivitas pasar

modal di Indonesia.5

Kebangkitan kembali pasar modal di Indonesia dimulai pada tahun 1970, pada saat terbentuknya Tim Uang dan Pasar Modal, disusul tahun 1976 berdiri       

4

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op.cit, hal. 56  5


(15)

Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) serta berdirinya perusahaan dan investasi, PT Danareksa. Hal ini ditindaklanjuti dengan diresmikannya aktivitas

perdagangan di Bursa Efek Jakarta oleh Presiden Soeharto pada tahun 1977.6

Untuk mengantisipasi lesunya iklim investasi di dalam pasar modal pada masa itu, pemerintah mengeluarkan paket-paket deregulasi, diantaranya Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, dan juga Paket Desember 1988. Diantara paket tersebut ada hal penting yang berhubungan dengan pasar modal, yaitu dikenakannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15 persen final. Di samping itu, isi deregulasi lain yang penting adalah diperbolehkannya investor asing melakukan akses di pasar modal

Indonesia.7

Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa

Paralel.8

Dikeluarkannya deregulasi tersebut, pasar modal Indonesia berkembang dengan pesat yang tercermin dari bertambahnya jumlah perusahaan yang go public meningkat drastis dan meningkatnya volume perdagangan efek di Bursa.

      

6

Ibid, hal. 31   7

Ibid, hal. 31  8


(16)

Kebijaksanaan pemerintah ini berpuncak dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta berbagai peraturan pelaksanaanya pada saat bersamaan, yang merupakan suatu momentum penting

bagi pasar modal. 9

Pemerintah bermaksud menggunakan momentum ini dengan sebaik-baiknya untuk membangun suatu pasar modal yang handal kompetitif. Oleh karena itu sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari 130 Peraturan Bapepam sebagai petunjuk teknis dari undang-undang dan peraturan

pelaksanaanya.10

Salah satu kebijakan yang penting dikemukakan adalah keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asomg Melalui Pasar Modal. Melalui Keputusan tersebut, Pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi sampai dengan maksimum 100% di Pasar Perdana maupun 100% saham yang tercatat di Bursa Efek dan

Bursa Paralel.11

Hal ini menunjukkan pula integritas Pemerintah untuk terus menjaga keberadaan pasar modal Indonesia, seperti terbukti ketika badai menghantam rupiah akibat ulah spekulan, sehingga langkah untuk membebaskan pihak asing memiliki 100% saham publik Indonesia yang mampu menghambat kejatuhan

      

9

Ibid, hal.19  10

Ibid,hal 20  11


(17)

indeks akibat tight money policy (TMP) terpaksa diambil untuk menahan

melemahnya Rupiah terhadap US dollar.12

B. Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana peraturan mengenai kepemilikan saham dalam

Pasar Modal di Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan dan perkembangan investor asing

dalam Pasar Modal di Indonesia?

3. Bagaimana aspek hukum kepemilikan saham oleh investor

asing melalui Pasar Modal?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah tersebut yang menjadi tujuan pembahasan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peraturan mengenai kepemilikan saham

dalam Pasar Modal di Indonesia

      

12 Ibid, 


(18)

2. Untuk mengetahui kedudukan dan perkembangan investor asing dalam Pasar Modal di Indonesia

3. Untuk mengetahui aspek hukum kepemilikan saham oleh

investor asing melalui Pasar Modal

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas dapat menimbulkan pemahaman baru di dalam pengetahuan terhadap aspek hukum kepemilikan saham oleh investor asing melalui pasar modal. Saham merupakan suatu instrumen di dalam pasar modal yang kepemilikannya dapat dimiliki oleh pihak asing, maka diharapkan pembaca semkain mengetahui tentang aspek hukum dari sebuah saham yang ada di pasar modal.

2. Manfaat Praktis

Pada pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan perbendaharaan baru bagi pembaca terutama para pihak yang ingin mengetahui atau turut serta langsung di dalam pasar modal.


(19)

Judul yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terutama yang berkaitan dengan Aspek Hukum Kepemilikan Saham oleh Investor Asing melalui Pasar Modal. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku, artikel, media cetak dan media elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Setelah melakukan penelurusan kepustakaan fakultas dan kepustakaan Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Jadi penyusunan skripsi ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka atas masukan dan saran yang membangun.

E. Tinjauan Pustaka

Kebijakan pemerintah yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah sumber hukum yang dalam hal ini mengenai bidang pasar modal di Indonesia dan terkait beberapa peraturan lain seperti peraturan BAPEPAM-LK, Keputusan Menteri Keuangan dan yang terkait lainnya.

Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam Pasal 1 angka 13 disebutkan bahwa :

“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. “


(20)

Pada dasarnya, pasar modal mirip dengan jebis pasar lainnya. Untuk srtiap pembeli yang berhasil, selalui ada penjual yang berhasil. Jika orang yang ingin membeli jumlahnya lebih banyak daripada yang ingin menjual, harga akan menjadi lebih tinggi. Bila tidak ada seorangpun yang membeli dan banyak yang mau menjual, harga akan jatuh.

Yang membedakan pasar modal dengan pasar-pasar lainnnya adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modasl dapat dikatakan pasar abstrak, di mana yang diperjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang, yaitu dana yang keterikatannya

dalam investasi lebih dari satu tahun.13

Berawal dari pemerintah kolonial Belanda disekitar abad 19 mendirikan pasar modal di Batavia (Jakarta) yang dalam bahasa Belanda disebut Vereniging Voor de Effecthandel dan memulai perdagangan efek pada tanggal 14 Desember 1912 dengan 13 anggota bursa yang aktif yaitu Fa. Dunlop & Kolf, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monod & Co. Fa. Adree Witansi & Co, Fa A.W. Deeleman, Fa. H Jul Joostensz, Fa Jeanette Walen, Fa Wiekert & V.D. Linden, Fa. Walbrink & Co, Wieckert & V.D., Fa. Vermeys &co, Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. Di tingkat Asia, bursa Batavia merupakan yang tertua ke-empat setelah Bombay, Hongkong

dan Tokyo.14

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

      

13

Sawidji Widoatmodjo, Pasar Modal Indonesia :Pengantar dan Studi Kasus, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hal. 11 

14


(21)

 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Belanda

 1414 – 1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang

Dunia I

 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali

bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

 Awal tahun 1939 : Karena isu poltik (Perang Dunia II)

Bursa Efek di Semarang dan di Surabaya ditutup.

 1942 – 1952 : Bursa Efek Jakarta ditutup kembali selama

Perang Dunia II

 1952 : Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali dengan

Undang-Undang Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan : Obligasi Pemerintah RI.

 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa

efek semakin aktif.

 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.

 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh


(22)

(Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifankembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu.

Jumlah emiten hingga tahun 1987 hanya mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal .

 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan

Pasar Modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat sangat meningkat.

 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai

beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

 Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan Paket

Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya(BES) mulai

beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.


(23)

 13 Juli 1992 : Swastanisasi Bursa Efek Jakarta. Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT Bursa Efek Jakarta.

 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di Bursa Efek

Jakarta dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading System).

 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarikan

Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang-undang ini diberlakukan mulai Januari 1996.

 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya.

2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless

trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

 2002 : Bursa Efek Jakarta mengaplikasikan sistem

perdagangan jarak jauh (remote trading).

 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(24)

Yang dimaksud dengan modal (capital) adalah uang yang dipakai untuk

investasi.15 Modal juga dapat diartika sebagai uang yang ditanamkan dalam suatu

usaha yang produktif dan selanjutnya merupakan peranan penting ketika bank

mengadakan analisis kredit terhadap nasabahnya.16

Modal adalah aset dalam bentuk uang atau betuk lain yang bukan yang

yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.17

Adapun ayng dimaksud dengan penanaman modal dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan, dijelaskan istilah investasi, penanaman modal digunakan untuk “Penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang produsen atau barang produsen atau barang-barang konsumen . dalam arti yang semara-mata bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan dalam hangka waktu relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur dan

maksimum keamanan.18

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.19

      

15

Kunarjo, Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, (Jakarta: UI Pres, 2003), hal. 205. 

16

Aliminsyah Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung: Yrama Widya, 2003), hal. 427. 

17

Undang-undang Penanaman Modal, UU No. 25 Tahun 200, LN. No. 67 Tahun 2007, Pasal 1 angka 7. 

18

Sentosa Sembiring, Hukum Imvestasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007) hal. 56.  19


(25)

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negera Republik Indonesia yang dilakukan oleh

penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.20

Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berpatungan dengan pananam modal dalam negeri.21

Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanam modal asing yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan

penanam modal asing.22

Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang

melakukan penanaman modal di wilayah negara Reublik Indonesia.23

Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanam modal di

wilayah negara Republik Indonesia.24

Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :

      

20

Ibid., Pasal 1 angka 2.  21

Ibid., Pasal 1 angka 3.  22

Ibid., Pasal 1 angka 4.  23

Ibid., Pasal 1 angka 5.  24

Ibid., Pasal 1 angka 6.


(26)

“Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta Peraturan pelaksanaannya”.

Perrusahaan Terbtas merupakan perusahaan yang oleh undang-undang dinyatakan sebagai perusahaan yang berbadan hukum. Dengan status yang demikian itu, PT menjadi subyek hukum yang menjadi pendukung hak dan kewajiban, sebagai Badan Hukum, PT memiliki kedudukan mandiri (persona standi in judicio) yang tidak tergantung kepada pemegang sahamnya. Dalam PT hanya organ yang dapat mewakili PT yang dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti seorang manusia dan dapat pula memnpunyai kekayaan atau

hutang (ia bertindak dengan perantaraan pengurusnya).25

Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi (akta yang dibuat oleh motaris) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahaan dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri Kehakiman). Untuk mendapatkan izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

 Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban

umum dan kesusilaan.

      

25

Kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/hukum-PT-uu-40_2007, Hukum Perseroan

Terbatas(berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), diakses 20 Mei


(27)

 Akta pendirian memnuhi syarat ditetapkan Undang-undang.

 Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah

25% dari modal dasar (sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1995 & Undang-undang No. 40 Tahun 200, keduanya tentang Perseroan Terbatas).

Pasar modal memberikan solusi yang dapat dipertimbangkan dalam hal pendanaan yaitu dengan cara mengubah status perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka melalui penawaran saham kepada publik (go public).

Go public secara harfiah berarti pergi kemasyarakat. Secara konotatif, istilah go public memang khusus digunakan di dunia Pasar Modal. Artinya juga memang pergi kemasyarakat, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat. jadi, jika suatu perusahaan ingin menambah modalnya, maka bisa pergi kemasyarakat

untuk mendapatkan modal tersebut.26

Penawaran umum atau go public dapat diketahui pengertiannya di dalam

Pasal 1 angka 15 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 yaitu: 27

“Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya”.

      

26

Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public. (Jakarta: PT Elex Media Komputerindo, 2004), hal., 26. 

27


(28)

F. Metode Penulisan

Dalam hal ini, apa yang dikemukakan dalam tulisan ini merupakan pengambilan bahan tidak terlepas dari media cetak dan media elektronik mengingat tulisan ini kerap diaktualisasikan melalui media cetak dan media elektronik. Maka haruslah menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Dengan demikian, penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam

bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum 28

2) Data dan Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat, antara lain Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan peraturan-peraturan yang terkait.       

28

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif ,Suatu Tinjauan


(29)

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.

Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.

3) Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Reseach).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan (library reseach). Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.


(30)

Metode library reseach adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, Koran dan majalah.

4) Analisis Data

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data

dilakukan dengan:29

1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

2. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian.

3. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, asas atau doktrin.

4. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau

doktrin yang ada.

5. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif

      

29

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 45.  


(31)

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan pengantar yang di dalamnya terdapat latar belakang pemilihan judul, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dan manfaat penelitian keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.

BAB II : PERATURAN MENGENAI KEPEMILIKAN SAHAM DALAM

PASAR MODAL

Merupakan pembahasan tentang peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah sebagai regulator di dalam pasar modal Indonesia, bentuk tanggung jawab kepemilikan atas saham, ketentuan bagi investor serta batasan kepemilikan saham bagi investor asing dalam pasar modal Indonesia

BAB III : KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN INVESTOR ASING


(32)

Merupakan pembahasan tentang kedudukan investor asing dan perkembangan pasar modal setelah masuknya investor asing berikut pengertian dan karakteristik pasar modal, keadaan pasar dan kebijaksanaan Pemerintah di bidang pasar modal.

BAB IV : ASPEK HUKUM KEPEMILIKAN SAHAM OLEH INVESTOR ASING MELALUI PASAR MODAL

Merupakan pembahasan tentang aspek hukum investor asing terkait

kepemilikannya terhadap saham di pasar modal Indonesia, perlindungan yang diberikan kepada investor asing dan akibat hukum yang ditimbulkan oleh adanya kepemilikan saham oleh investor asing.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pemerintah maupun pihak yang terkait dalam investasi di pasar modal dan orang-orang yang membacanya.


(33)

BAB II

PERATURAN MENGENAI KEPEMILIKAN SAHAM DALAM PASAR MODAL

A. Ketentuan Prosedur Kepemilikan Saham dalam Pasar Modal

Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling populer di masyarakat. Saham merupakan instrumen penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan. Modal ini terbagi dalam tiga tingkat status, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor. Saham ini dikeluarkan dalam rangka pendirian perusahaan, pemenuhan modal dasar, atau peningkatan

modal dasar.30

Dilihat dari cara peralihannya, saham dapat dibedakan atas :

1. Saham atas unjuk (bearer stock), artinya pada saham tersebut tidak tertulis

nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

      

30


(34)

2. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui

prosedur tertentu.31

Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh di antaranya berikut ini :

a. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada

pemilik saham.

b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya.

c. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan

memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan.

Dari berbagai jenis saham yang dikenal dibursa, saham yang diperdagangkan yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock).

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara yang dimilikinya (one share one vote). Pada likuidasi perseroan, pemilik saham

      

31

Tjipttono Darmadji, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 8 


(35)

memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan setelah semua kewajiban

dilunasi.32

Saham preferen merupakan saham yang diberikan atas hak untuk mendapatkan dividen dan/atau bagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu dari saham biasa, di samping itu mempunyai preferensi untuk mengajukan usul pencalonan direksi/komisaris. Saham preferen mempunyai cirri-ciri yang merupakan gabungan dari utang dan modal sendiri (debt and equity). Ciri-ciri yang penting dari saham preferen adalah sebagai berikut :

a. Hak utama atas dividen

Pemegang saham preferen mempunyai hak lebih dulu untuk menerima debiden. Dengan kata lain, pemegang saham preferen harus menerima dividen mereka terlebih dahulu sebelum dividen dibagikan kepada para pemegang saham biasa.

b. Hak utama atas aktiva perusahaan

Dalam likuidasi, pemegang saham preferen berkedudukan sesudah kreditur biasa tetapi sebelum pemegang saham biasa. Mereka berhak menerima pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham preferen, sesudah para kreditur perusahaan termasuk pemegang obligasi dilunasi.

c. Penghasilan tetap

      

32


(36)

Penghasilan tetap para pemegang saham preferen biasanya berupa jumlah yang tetap. Misalnya saham preferen 15% memberikan hak kepada pemegang saham untuk menerima dividen sebesar 15% tiap tahun. Kadang-kadang pemegang saham preferen juga turut mendapatkan pembagian laba. Dalam hal ini di samping penghasilan tetap yang dijamin kontinuitasnya, para pemegang saham preferen juga mempunyai kemungkinan untuk menerima penghasilan tambahan dari pembagian laba.

d. Jangka waktu yang tidak terbatas

Umumnya saham preferen dikeluarkan untuk jangka waktu yang terbatas. Akan tetapi dapat juga pengeluaran saham preferen dilakukan dengan syarat bahwa perusahaan mempunyai hak untuk membeli kembali saham preferen tersebut dengan suatu harga terntu.

e. Tidak mempunyai hak suara

Umumnya para pemegang saham preferen tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham. Kalaupun hak suara diberikan, biasanya dibatasi pada hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan manajemen perusahaan.

f. Saham preferen kumulatif

Dalam hal ini dividen tidak terbayar pada pemegang saham preferen tetap menjadi utang perusahaan dan harus dibayar dalam tahun tersebut


(37)

atau tahun-tahun berikutnya bilamana perusahaan memperoleh laba yang mencukupi. Tunggakan-tunggakan pada para pemegang saham preferen tersebut harus dilunasi terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa

mendapat pembagian dividen.33

Saham memiliki tiga macam nilai yaitu nilai nominal, nilai efektif, dan nilai intrinsik yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum dalam saham tersebut;

2. Nilai efektif, yaitu nilai yang tercantum dalam kurs resmi kalau saham

tersebut diperdagangkan di bursa;

3. Nilai intrinsik, yaitu nilai ekonomis saham. 34

Proses go public merupakan penawaran saham kepada masyarakat umum untuk pertama kalinya. Pertama kali disini berarti bahwa pihak penerbit pertama kalinya melakukan penjualan saham. Kegiatan ini disebut sebagai pasar perdana (primary market). Selanjutnya, pemegang saham ini dapat mentransaksikan di pasar sekunder (secondary market). Pasar sekunder ini dilakukan di bursa efek, jadi saham yang telah dijual ke masyarakat umum selanjutnya akan dicatatkan di

bursa efek.35

      

33

Ibid, hal.56.  34

M Paulus Situmorang, Op.cit hal. 44  35


(38)

Emisi efek dapat diartikan sebagai suatu akitivitas dikeluarkannya atau diterbitkannya suatu jenis efek tertentu untuk pertama kali dan melakukan pendistribusian efek kepada masyarakat melalui penawaran umum dengan maksud menghimpun modal. Di dalam Pasal 1 Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memuat definisi penawaran umum (public offering), yaitu kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang ini dan peraturan pelaksanaanya. Penawaran umum dalam prakteknya di pasar modal di lakukan melalui pasar perdana (primary market) yang berlangsung dalam waktu terbatas.

Dengan berakhirnya pasar perdana, jual-beli efek dapat dilakukan di pasar sekunder(bursa). Yang pada pasar ini harga efek didasarkan pada hukum permintaan dan penawaran, berbeda pada pasar perdana yang ditetapkan bersama antara emiten dengan Penjamin Pelaksana Emisi.

Ada 2 (dua) cara yang paling umum digunakan investor dalam memperoleh saham, yaitu :

1. Membeli pada saat penawaran umum (Pasar Perdana)

Informasi mengenai suatu perusahaan (emiten) yang akan menawarkan sahamnya untuk pertama kali pada masyarakat, dapat diketahui melalui prospektus ringkas yang diiklankan minimal di 2 (dua) harian nasional, publik ekspos atau prospektus. Jika ingin membeli saham pada saat pasar perdana ini investor dapat mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) yang


(39)

terdapat pada prospektus ringkas atau yang terdapat pada agen-agen penjual yang dituju dan mengirimkan kembali formulir tersebut disertai dengan pengiriman dana ke alamat yang tertera pada formulir. Ada beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika emiten menjual sahamnya untuk pertama kali ke masyarakat :

 Total saham yang dipesan publik kurang dari jumlah saham yang

ditawarkan emiten (undersubscribed)

 Total saham yang dipesan publik sama dengan jumlah saham yang

ditawarkan emiten

 Total saham yang dipesan publik lebih besar dari jumlah saham yang

ditawarkan emiten (oversubscribed)

Jika terjadi oversubscribed, maka umumnya akan terjadi penjatahan melalui cara “first come first serve” atau “diundi”. Sehingga dapat terjadi jumlah saham yang diperoleh akan lebih kecil dibandingkan jumlah yang dipesan atau bahkan investor yang memesan tidak memperoleh saham sama sekali. Konfirmasi mengenai saham yang akan diperoleh investor dan pengembalian uang jika terjadi kondisi oversubscribed akan diterima beberapa waktu kemudian sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan tercantum di dalam prospektus.

2. Membeli saham yang telah beredar (Pasar Sekunder)

Salah satu fungsi penting dari keberadaan Bursa Efek adalah menyediakan jaringan perdagangan efek atau sebagai pasar sekunder untuk setiap efek yang tercatat. Melalui jaringan perdagangan inilah para anggota bursa


(40)

melaksanakan perdagangan efek, diantaranya kegiatan beli dan jual saham. Berdasarkan peraturan yang berlaku, investor yang ingin membeli saham tidak dapat melakukan transaksi langsung dengan pihak yang ingin menjual saham. Pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan jual/beli saham harus menunjuk perusahaan efek sebagai perantara perdagangan efek/pialang yang termasuk dalam daftar perusahaan efek yang mendapat izin dari BAPEPAM-LK dan telah menjadi anggota bursa. Pialang inilah yang nantinya akan melakukan pesanan untuk

kepentingan investor. 36

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memiliki hubungan dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 yang diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Undang- undang Pasar Modal merupakan lex specialis dari Undang-undang

Perseroan Terbatas yang menjadi lex generalis.37 Di dalam Pasal 127

undang-undang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “bagi perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di bidang Pasar Modal berlaku ketentuan ini sepanjang diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal”.

Kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak lembaga yang terkait, baik pemerintah maupun swasta, yang sifatnya saling melengkapi, baik dengan mendapat maupun tanpa balas jasa. Keterkaitan di antara lembaga tersebut ada yang dikarenakan oleh sifat usahanya, dan ada pula

      

36

http://masmarino.multiply.com/reviews/item/15  Cara Investasi di Bursa Efek  diakses 10 April 2011

 

37


(41)

karena tuntutan dari Undang-undang Pasar Modal dan peraturan


(42)

B. Tanggung Jawab Kepemilikan Saham dalam Pasar Modal

Pemegang saham adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan harga sahamnya. Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan seharusnya bekerja demi keuntungan

mereka. 38

Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling popular di masyarakat. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan

disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.39

Berdasarkan cara peralihannya, saham dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

a) Saham Atas Unjuk (bearer stocks)

Saham Atas Unjuk adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain, sehingga wujudnya mirip dengan uang. Pemegang saham atas unjuk secara hukum dianggap sebagai pemilik dan berhak ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kecuali dapat dibuktikan       

38

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham, Pemegang Saham, diakses 7 April 2011   39

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Opcit, hal. 58


(43)

telah terjadi pelangggaran hukum dari peralihan tersebut. Pemilik saham ini harus berhati-hati dalam membawa dan menyimpannya, karena jika hilang tidak dapat dimintakan duplikat atau saham penggantinya.

b) Saham Atas Nama (registered stock)

Saham Atas Nama adalah saham yang ditulis dengan jelas nama pemiliknya dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu, yaitu dengan pencatatan dokumen peralihan dan nama pemiliknya harus dibuat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar pemegang saham. Apabila sertifikat saham ini hilang, maka pemilik dapat meminta penggantian sertifikat sahamnya karena namanya ada di dalam buku daftar pemegang saham perusahaan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 49 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 menetapkan cara pemindaham saham sebagai berikut :

 Pemindahan hak atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan

hak.

 Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham atas nama tersebut

nama, tanggal, dan hari penundaan hak tersebut dalam Daftar Pemegang Saham.

 Pemindahan hak atas saham atas unjuk dilakukan dengan penyerahan surat


(44)

 Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas nama dan saham atas unjuk yang diperdagangkan di pasar modal diatur dalam peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal.40

Yang kemudian tata cara pemindahan saham atas nama ini diatur lagi setelah dilakukan perubahan terhadap Undang-undang tentang Perseroan Terbatas yaitu Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 dalam Pasal 50.

Pasal 52 Undang-undang Nomor 47 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas mengatur tentang hak-hak bagi pemegang saham antara lain :

1. Mengahadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi.

3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan ketentuan undang-undang Perseroan

Terbatas.

Ketentuan pasal ini memuat karakteristik yuridis bagi pemegang saham suatu perusahaan yang berupa :

a) Risiko terbatas (limited risk) artinya pemegang saham hanya bertanggung

jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.

b) Pengendali utama (ultimate control) artinya pemegang saham (secara

kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.

      

40


(45)

c) Klaim sisa (residual claim) artinya pemegang saham merupakan pihak terakhik yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi junior (lebih rendah) dibanding pemegang obligasi

atau kreditor.41

Kepemilikan jenis saham dalam pasar modal berupa Saham Biasa dan Saham Preferen. Kedua jenis saham ini memberikan manfaat yang berbeda pada kepemilikannya.

A. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling akhir dalam hal pembagian deviden, hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Saham jenis ini paling banyak dikenal di masyarakat. saham jenis ini mempunyai nilai nominal yang ditentukan nilainya oleh emiten. Harga saham sering disebut dengan nilai pari (par value). Besarnya harga nominal saham tergantung pada keinginan emiten. Harga nominal yang ditentukan oleh emiten ini berbeda dengan harga perdana (primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga sebelum suatu saham dicatatkan (listed) di bursa efek. Saham Biasa memiliki karakteristik berupa :

1. Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di

likuidasi.       

41


(46)

2. Hak suara proporsional (satu saham satu suara atau one share one vote) pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

3. Dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

4. Hak tanggung jawab yang terbatas terhadap klaim pihak lain

sebesar proporsi sahamnya.

5. Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut

ditawarkan kepada masyarakat (preemptive right).42

Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Tanggung jawab pemengang saham yang terbatas dibuka atau diterobos menjadi tanggung jawab tidak terbatas, hingga kekayaan pribadi manakala terjadi pelanggaran dalam pengurusan perseroan (piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan).

Piercing the corporate veil/membuka tirai perseroan akan berlaku apabila :

a) Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

      

42

Drs. Rusdin, Msi. Pasar Modal Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam


(47)

b) Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan iktikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi;

c) Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam pebuatan melawan

hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau

d) Pemegang saham yang bersangkutan baik secara langsung maupun tidak

langsung melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi

utang perseroan.43

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan Terbatas yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris (Pasal 1 ayat 3 UU Perseroan Terbatas).

Modal memegang peranan kunci bagi berlangsungnya operasi perusahaan, terlebih bagi perusahaan yang baru didirikan. Modal awal dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Modal awal dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan awal operasi perusahaan. Ketika pertama kali didirikan,

modal perusahaan merupakan setoran para pendiri awal perusahaan.44

C. Ketentuan Bagi Investor Asing Yang Melakukan Penanaman Modal

      

43

Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1995 Pasal 3 tentang Perseroan Terbatas 

44


(48)

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam megeri maupun penanaman modal asing untuk

melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.45 Penanaman modal asing wajib

dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Republik Indonesia, kecuali di tentukan lain oleh

undang-undang.46

Investor asing diperbolehkan melakukan akses ke pasar modal Indonesia sejak dikeluarkannya paket kebijakan pada Era Deregulasi (Tahun 1987 s/d 1990) yaitu dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, pemerintah membuka kesempatan kepada invetor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa

Paralel.47

D. Batasan Kepemilikan Saham Bagi Investor Asing dalam Pasar Modal Indonesia

Kepemilikan saham bagi investor asing awalnya diatur dalam surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal yang memberi kesempatan kepada investor asing untuk memiliki saham-saham perusahaan sampai dengan

      

45

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 1  46

Ibid, Pasal 5 ayat (2)  47


(49)

maksimum 49% baik di Pasar Perdana maupun yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel. Namun seiring dengan perkembangan keadaan perekonomian global didorong kemajuan informasi serta dikeluarkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal maka dipandang perlu mengeluarkan ketentuan pembatasan kepemilikan saham oleh investor asing yang nyata-nyata menghambat minat investor untuk melakukan investasi pada pasar modal Indonesia dikeluarkanlah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal. Dikeluarkannya keputusan ini membuat investor asing dapat memiliki saham-saham perusahan sampai dengan 100%.

Saat ini, investor dapat melakukan transaksi di hampir semua bursa di dunia. Sehingga dalam suatu bursa dikenal investor yang terdiri atas institusi maupun individu, sebagai investor lokal (domestik) maupun investor asing. Pengertian investor asing di Indonesia tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 646/KMK.010/1995 tanggal 30 Desember 1995 mengenai Kepemilikan Saham oleh Pemodal Asing adalah sebagai berikut,

“Pemodal asing adalah orang perseorangan yang merupakan warga negara asing atau badan hukum asing”

Yang di dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 646/KMK.010/1995 dalam Pasal 2 tidak membedakan pemodal/investor asing dan dalam negeri dalam kepemilikan saham atau unit penyertaan Reksa Dana.


(50)

BAB III

KEDUDUKAN DAN PERKEMBANGAN INVESTOR ASING DALAM PASAR MODAL

A. Pengertian dan Karakteristik Pasar Modal

Pasar uang (money market) dan pasar modal (capital market) keduanya merupakan bagian dari pasar keuangan (financial market) yang merupakan sarana pengerahkan dana atau tempat yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana dan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam. Selanjutnya terminologi mengenai pasar modal sebagai terjemahan dari capital market, menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan (Abdurrahman, A, 1911:169) berarti suatu tempat atau sistem bagaimana dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan untuk capital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan

menjual surat efek yang baru dikeluarkan.48

U Tun Wai dan Hugh T. Patrick dalam sebuah makalah IMF menyebutkan 3 pengertian tentang pasar modal sebagai berikut :

I. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan

       48 Ibid, hal. 2 


(51)

serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer dan tidak langsung.

II. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka.

III. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan underwriter.49

Sementara itu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pada Pasal 1 angka 13 memberikan rumusan pengertian pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdangangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Sesuai dengan rumusan pengertian tersebut, Undang-undang Pasar Modal tidak memberikan suatu definisi

      

49


(52)

tentang pasar modal secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada

kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal.50

Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana

jangka panjang dari masyarakat ke sektor-sektor produktif.51

Pasar modal yang diyakini sebagai wahana penghimpunan dan jangka panjang merupakan alternatif sumber dana bagi perusahaan swasta, BUMN, maupun perusahaan daerah. Saling ketergantungan ini mengisi antara peranan pasar modal dan perbankan dalam menarik dana dari masyarakat dan mengalokasikannya, terkait dengan kebutuhan dari perusahaan-perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat menarik dana pinjaman jangka panjang dengan menerbitkan obligasi. Sedangkan untuk dana equity dengan menjual saham. Dalam kondisi yang lain karena batasan leverage, suatu perusahaan tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank. Dengan adanya pasar modal, perusahaan tidak terlalu sulit mengatasinya, karena posisi yang dianggap tidak aman itu dapat

      

50

M Paulus Situmorang, Op.cit, hal. 4 


(53)

diperbaiki dengan terlebih dahaulu menarik saham dari masyarakat melalui pasar

modal dengan menjual saham.52

Menurut Marzuki Usman (1989), pasar modal adalah pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan meminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Para pemodal meminta instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolio

sehingga pada akhirnya dapat memaksimumkan penghasilan.53

Instrumen pasar modal itu terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrumen pemilik (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi yang dapat dikonversikan dengan menjadi saham, dan sebagainya. Patut diketahui bahwa berbeda sekali antara investasi portofolio yang biasanya dengan memberi instrumen-instrumen di pasar modal dengan investasi secara langsung dan biasanya ikut langsung dalam proses pendirian perusahaan. Perkembangan terakhir pasar modal memperlihatkan bahwa para pemodal itu kebanyakan terdiri dari pengelola dana (fund manager) dari dana pensiun, kepentingan mereka ikut campur tangan di dalam modal menjadi semakin tidak berarti. Mereka justru mau membeli saham dari

      

52

Ibid, hal. 3  53


(54)

perusahaan-perusahaan itu karena mereka percaya kepada pemimpin yang

mengelola perusahaan sekarang ini.54

Pasar modal dijumpai pada banyak negara yang menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam menjalankan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (lenders) kepada pihak yang membutuhkan dana (borrower). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya, lenders berharap akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut sedangkan borrower akan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari kegiatan usaha perusahaan. Di pihak lain, negara sangat berkepentingan karena mekanisme pasar seperti ini akan mendorong peningkatan produksi dan kemakmuran masyarakat, sehingga pasar

modal merupakan instrumen ekonomi yang sangat penting.55

Setelah mengetahui pengertian pasar modal secara definitif, kiranya perlu dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik pasar modal yakni sebagai berikut (Basjiruddin A. Sarida, 1981) :

a. Dari sudut pandang pemakai dana, terdapat berbagai pihak terlibat di

dalam kegiatan pasar modal. Dengan adanya dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka berbagai instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para penanam modal (investor).

      

54

Ibid, hal. 6  55


(55)

Di Amerika Serikat, permintaan akan dana-dana pada umumnya berasal dari 5 kategori pemakai, yakni perorangan perusahaan, dunia usaha, pemerintah federal, pemerintah negara bagian dan para peminjam uang. Di Indonesia, kategori tersebut di bagi ke dalam 3 kelompok, yakni perorangan, pemerintah (dalam hal ini pemerintah pusat), dan perusahaan (dunia usaha).

b. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui pasar modal,

yakni apakah instrumen merupakan utang jangka panjang menengah/panjang atau instrumen modal perusahaan (equity).

c. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di pasar

modal.

d. Dari sudut pandang tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui,

bahwa ruang lingkup suatu pasar modal ternyata mencakup permasalahan yang cukup luas dan tersebar.

Di Indonesia, sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mengaktifkan kembali pasar modal, yakni khususnya sebagai sarana pemerataan pendapatan melalui pemilikan saham-saham perusahaan yang go public, maka perlu memikirkan karakteristik pasar modal ini. Tingkat sentralisasi yang dijalankan Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dihubungkan dengan tujuan khususnya dalam rangka pemerataan pendapatan mutlak memerlukan adanya pasar modal wilayah dan lokal, oleh karena secara geografis luaas wilayah Republik Indonesia tidak memungkinkan berjalannya fungsi sentral tanpa kelengkapan


(56)

lembaga/institusinya. Masalahnya, hal tersebut dirasakan belum mendesak dihubungkan dengan kemampuan menabung dari masyarakat serta belum tumbuh kembangnya pengertian terhadap peranan investasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara khususnya dalam masa pembangunan sekarang ini.

e. Dari sudut pandang transaksinya, suatu transaksi pasar modal yang

dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung.

Hal ini merupakan suatu karakteristik dari pasar modal di mana para pembeli maupun penjual diwajibkan menggunakan jasa para perantara perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing intermediaries) yang diperjualbelikan di pasar modal. Jadi, berbeda dengan transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan ataupun non-bank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi (direct and personal).

f. Di dalam mekanisme pasar modal dikenal adanya penawaran pada pasar

perdana (primary market) dan pasar sekunder/bursa (secondary market). Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau bursa.

Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang


(57)

menerbitkan dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh

kekuatan permintaan dan penawaran terhadapa suatu jenis efek.56

B. Masuknya Investor Asing Ke Pasar Modal Indonesia

Pemerintah dalam usaha menyegarkan kembali iklim investasi yang sempat mengalami kelesuan pada tahun 1977 sampai dengan 1987 mengeluarkan paket-paket kebijakan yang ditujukan untuk meningkat perkembangan pasar modal di Indonesia.

Pertama sekali pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember 1987 yaitu penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi yang sebelumnya terlalu ketat, penghapusan biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, penghapusan batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan

memperkenalkan bursa paralel.57

Kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Oktober 1987 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 ini berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini

      

56

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op.cit, hal. 12  57


(58)

berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberikan perilaku yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.

Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di luar Jakarta.

Kebijakan pemerintah lainnya yang dikeluarkan berdekatan dengan Paket-paket Kebijaksanaan tadi adalah Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989 yaitu tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing yang memberikan kesempatan bagi investor asing untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana, maupun 49% saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Peraturan inilah yang membuat investor asing dapat

berpartisipasi di pasar modal Indonesia.58

Peranan investor asing diharapkan meningkat terus dari waktu ke waktu. Bacelius Ruru (1995) dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa aliran dana dari investor asing adalah salah satu kiat dalam menarik pemasukan devisa (capital inflows), yang selain dapat memperkuat stuktur moneter dalam negeri, juga dapat mendorong perkembangan produksi pada gilirannya dapat mendorong pendapatan perusahaan dan pendapatan negara. Dengan kata lain masuknya investor asing akan memperkuat struktur perekonomian nasional.

      

58


(59)

Pasar modal domestik mempunyai keterbatasan kemampuan dalam mendukung kebutuhan modal yang dibutuhkan dunia usaha. Keterbatasan ini disebabkan oleh kenyataan bahwa minat investor lokal untuk ikut berperan di pasar modal masih rendah sebagai akibat masih rendahnya pembentukan tabungan masyrakat dan belum berubahnya sikap masyarakat berinvestasi dalam produk-produk tabungan. Untuk itu kehadiran investor asing diharap menjadi pemacu peningkatan likuiditas pasar modal Indonesia.

C. Keadaan Pasar Modal Setelah Masuknya Investor Asing

Sebelum periode deregulasi, pasar modal sempat mengalami kelesuan

yang mengakibatkan pasar modal kurang diminati oleh perusahaan dan investor.59

Investor merupakan pihak yang paling berperan dalam pasar modal. Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun investor dan

pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal.60

Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di luar Jakarta dan tentunya berimbas pada masuknya investor dari luar negeri.

      

59

Pandji Anoraga & Piji Pakarti, Op. cit, hal. 71  60


(60)

Perkembangan pasar modal tidak lepas dari kebutuhan dan pengaruh investor. Saat ini investor asing lebih aktif memaninkan peranannya untuk mengungkapkan kebutuhan dan kepentingannya, investor domestik lebih banyak bersikap pasif dan mengikuti investor asing.

Sekitar akhir tahun 2003 hingga 2008 jumlah investasi asing di Indonesia sempat meningkat dibanding saat ini. Hal ini sejalan dengan adanya krisis global yang imbasnya dirasakan oleh pasar modal Indonesia. Banyaknya persoalan politik dan ekonomi yang terjadi di Indonesia, serta penegakan hukum yang masih lemah dan tidak adanya jaminan keamanan (country risk) yang memadai menjadi faktor lain yang menggangu berkembangnya investor asing.

Pada April 2011 sebanyak 62 persen investor asing menguasai pasar modal Indonesia. Hal ini dipicu oleh besarnya potensi pasar modal dan kekayaan

alam Indonesia yang melimpah.61 Tingginya angka tersebut sebenarnya

memprihatikan karena angka tersebut menunjukkan betapa masih kalahnya investor domestik terhadap investor asing. Bahkan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang investor lokal dan asing meningkat mengingat perkembangan pemahaman warga mengenai investasi mengenai saham setiap tahun semakin berkembang.

Terjadinya pelarian modal ke luar negeri sesungguhnya bukan akibat dari merosotnya nilai rupiah (depresiasi) atau tingginya inflasi dan tingkat suku bunga di suatu negara, akan tetapi juga sebagai akibat dari tidak tersedianya alternatif       

61

http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/4/21/83220/investor-asing-kuasai-pasar-modal-indonesia, Investor Asing Kuasai Pasar Modal Indonesia diakses 5 Mei 2011 


(61)

investasi yang menguntungkan di negara yang bersangkutan atau pada saat yang sama investasi portofolio di bursa negara lain menjanjikan keuntungan yang jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan bursa di negara asalnya.62

D. Kebijaksanaan Pemerintah di bidang Pasar Modal

Kebijakan pemerintah yang berupa peraturan-peraturan di bidang pasar modal di Indonesia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Era Pra-Deregulasi

Tahun 1977 sampai dengan tahun 1987 merupakan periode yang cukup suram bagi pasar modal Indonesia, karena pada masa ini hanya terdapat tidak kurang dari 24 perusahaan yang menawarkan saham dan 3 perusahaan yang menawarkan obligasi melalui pasar modal, dan jumlah dana yang dapat dihimpun hanya berkisar Rp.131,4 milyar.

Suramnya keadaan pasar modal pada periode awal sejak diaktifkannya kembali tersebut, tercermin dari beberapa indikator antara lain sedikitnya jumlah perusahaan yang menawarkan efek di atas. Hal ini terjadi karena pasar modal merupakan wahana yang menarik bagi perusahaan pada masa itu disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat diindikasikan, antara lain sebagai berikut :

      

6262


(62)

a) Adanya persyaratan laba minimum sebesar 10% dari modal sendiri sebagai salah satu syarat bagi perusahaan yang akan go public dipandang cukup berat oleh perusahaan.

b) Tertutupnya kesempatan bagi investor asing untuk ikut berpartisipasi

dalam pemilikan saham.

c) Adanya batasan maksimum fluktuasi saham sebesar 4% dalam setiap hari

perdagangan di bursa.

d) Tidak adanya perkakuan yang sama terhadap penghasilan yang berasal

dari bunga deposito dengan deviden.

e) Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh

saham yang ditempatkan dan disetor penuh di bursa.

2. Era Deregulasi (Tahun 1987 sampai dengan 1990)

Berdasarkan pengamatan terhadap faktor-faktor di atas yang dipandang sangat berpengaruh terhadap perkembangan pasar modal, maka pemerintah menerbitkan 3 (tiga) perangkat paket penting kebijaksanaan di bidang pasar modal, berupa penyederhanaan dan atau pemberian berbagai kemudahan. Paket-paket deregulasi di bidang pasar modal tersebut sebagaimana diuraikan sebagai berikut ini.


(63)

Paket kebijakan ini dikenal dengan PAKDES dan isi penting paket ini adalah :

1) Penghapusan persyaratan laba minimum 10% dari modal sendiri

2) Diperkenalkan instrumen baru pasar modal, yaitu saham atas unjuk

3) Dibuka Bursa Paralel sebagai arena perdagangan efek bagi

perusahaan-perusahaan kecil dan menengah

4) Dihapuskan ketentuan minimum fluktuasi harga 4%

b) Paket Desember 1988

Melalui paket ini dikenal dengan istilah PAKTO, Pemerintah melakukan terobosan-terobosan yang sangat signifikan, antara lain berupa :

1) Pengenaan pajak penghasilan atas bunga deposito berjangka dan

sertifikat deposito tabungan.

2) Pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan pemberian kredit bank

kepada nasabah perorangan dan nasabah group yaitu secara berturut-turut tidak melebihi 20% dan 50% dari modal sendiri bank pemberi kredit.

3) Penetapan persyaratan modal minimum untuk mendirikan Bank Umum

Swasta Nasional, dan Bank Campuran.

4) Kebijaksanaan ini juga memberi peluang kepada bank untuk


(64)

c) Paket Desember 1988

Pemerintah memberikan kesempatan kepada swasta melalui paket ini untuk mendirikan dan menyelenggarakan Bursa di luar Jakarta. Dengan kebijaksanaan ini, dibuka peluang bagi investor di Indonesia bagian lain untuk memperdagangkan efeknya di Bursa Efek Jakarta.

Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di Bursa (company listing), sehingga diharapkan saham perusahaan akan lebih marketable.

d) Pengalihan Tugas dan Fungsi Bapepam

Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013/1990 yang telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991 dimana tugas Bapepam pada mulanya juga sebagai penyelenggara Bursa, dengan keputusan tersebut diubah menjadi Pengawas Pasar Modal. Selain itu dibentuk lembaga-lembaga baru seperti Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana dan sebagainya.

e) Pembelian Saham oleh Pemodal Asing

Dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, Pemerintah membuka kesempatan bagi investor asing untuk


(65)

berpartisipasi di pasar modal Indonesia sampai dengan maksimum 49% di Pasar Perdana, maupun 49% saham yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.

3. Era Pasca Deregulasi (Tahun 1990 sampai sekarang)

Dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan deregulasi di atas pasar modal Indonesia berkembang dengan pesat yang tercermin dari bertambahnya jumlah perusahaan yang go public meningkat drastis dan meningkatnya volume perdagangan efek di Bursa. Kebijaksanaan Pemerintah ini berpuncak dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal beserta berbagai peraturan pelaksanaannya pada saat bersamaan, yang merupakan suatu momentum penting bagi pasar modal.

Pemerintah bermaksud menggunakan momentum ini dengan sebaik-baiknya untuk membangun suatu pasar modal yang handal dan kompetitif. Oleh karena itu sampai sekarang Bapepam telah mengeluarkan tidak kurang dari 130 Peraturan Bapepam sebagai petunjuk teknis dan undang-undang dan peraturan pelaksanaanya.

Dengan dikeluarkannya berbagai peraturan di atas, maka pada saat ini pasar modal Indonesia telah mempunyai perangkat peraturan yang komperehensif yang dapat memberikan peluang untuk menciptakan suatu pasar modal yang tangguh, kompetitif dan dapat dipercaya.

Salah satu kebijaksanaan yang penting dikemukakan adalah keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Nomomr 455/KMK.01/1997 yang mencabut


(66)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. Melalui keputusan tersebut, Pemerintah membuka kesempatan kesempatan bagi investor asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia dalam pemilikan saham-saham perusahaan sampai dengan maksimum 100% di Pasar Perdana maupun 100% saham yang tercatat di Bursa Efek dan Bursa Paralel.

Hal ini menunjukkan pula integritas Pemerintah untuk terus menjaga keberadaan pasar modal Indonesia, seperti terbukti ketika badai menghantam Rupiah akibat ulah spekulan, sehingga langkah utama yang mampu menghambat kejatuhan indeks akibat tight money policy (TMP) terpaksa diambil untuk

menahan melemahnya rupiah terhadap US dollar.63

Dampak positif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan investor dan perusahaam terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu ditandai dengan lahirnya Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang- undang ini dapat dikatakan sebagai undang-undang yang cukup komperehensif, karena mengacu

pada aturan-aturan yang berlaku secara internasional.64

Berikut ini adalah peraturan-peraturan yang mengatur dan terkait dengan bidang pasar modal :

1. Undang- undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

      

63

Ibid, hal. 20  64

M.Irsan Nasarudin, Op. cit, hal. 73


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis yang menjelaskan tentang aspek hukum kepemilikan saham oleh investor asing melalui pasar modal, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

1. Investor asing adalah orang perseorangan warga negara asing atau badan hukum asing yang melakukan investasi tidak langsung (indirect investment) atau portofolio melalui pasar modal.

2. Saham merupakan instrumen pasar modal yang paling diminati dan populer dalam masyarakat yang merupakan alat penyertaan modal dalam suatu perseroan yang go public yang diperdagangkan di bursa efek.

3. Ketertarikan investor asing dalam memasuki suatu pasar dalam di negara lain sangat dipengaruhi keadaan stabilitas ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah melalui peraturan yang memberi kepastian dan jaminan hukum kepada investor.

4. Bahwa pada pembentukan pasar modal di awal masa kemerdekaan (Orde Lama) merupakan usahas pemerintah dalam meningkatkan


(2)

struktur perekonomian dalam negeri yang menolak modal asing dan nasionalisasi.

5. Periode Deregulasi (1987-1995) merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap pasar modal yang bertujuan merangsang minat pelaku pasar modal dalam negeri maupun luar negeri agar mendukung struktur perekonomian nasional dan terbukti pasr modal mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa itu.

6. Dibukanya izin bagi investor asing untuk membeli saham yang ada di pasar modal Indonesia melalui Keputusan Menteri Keuangan No.1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian Saham oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal yaitu dengan batas 49% saham perusahaan.

7. Untuk menciptakan suatu pasar modal yang tangguh, kompetitif dan dipercaya pemerintah sebagai regulator pasar modal mengeluarkan lagi kebijakan tentang kepemilikan saham oleh investor asing yang mencabut batasan kepemilikan di dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK/0.13/1989 melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 455/KMK.01/1997 yang membuka kesempatan kepada investor asing untuk memiliki 100% saham perusahaan yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel.

8. Investasi melalui pasar modal merupakan investasi tidak langsung (indirect investment) sehingga tidak ada batasan tertentu dalam


(3)

kepemilikan saham seperti halnya investasi langsung (direct investment) yang disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

B. SARAN

Dalam hubungan dengan pembahasan skripsi tentang Aspek Hukum Kepemilikan Saham oleh Investor Asing melalui Pasar Modal dengan ini berdasarkan kesimpulan di ataas dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Dalam memajukan perekonomian nasional melalui bidang pasar modal, sebaiknya pemerintah mempertegas perbedaan investasi tidak langsung (indirect investment/potofolio) dengan investasi langsung (direct investment) mengingat keduanya melibatkan pihak asing sebagai pemodal/investor yang berperan dalam kegiatan ekonomi nasional.

2. Pemerintah hendaknya secara cermat mengeluarkan peraturan yang mampu menarik investor baik asing maupun dalam negeri agar pasar modal menjadi suatu wadah yang berkembang sehingga mampu menjadi penggerak yang tangguh bagi perekomian nasional. Perkembangan dan kemajuan pasar modal sangat ditentukan oleh adanya kepastian hukum bagi pelaku pasar modal, terutama investor, khususnya investor asing yang menaruh perhatian besar pada aturan hukum.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anoraga Pandji & Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006

Amiruddin & Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

Aliminsyah, Padji. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan. Bandung: Yrama Widya, 2003

Bapepam, Strategi Pengembangan Pelaku Pasar Modal: cetak Biru Pasar Modal Indonesia 200-2004. Bapepam, Jakarta, 2000.

E.A. Koentin, Suatu Pedoman Investasi dalam Efek di Indonesia. Jakarta: U.S. Agency for International Development – Financial Markets Project, 2004.

Gunawan Widjaja & Wulandari Risnamanitis D, Seri Pengetahuan Pasar Modal: Go Public dan Go Private di Indonesia, Cet. I. Jakarta: Kencana, 1999

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta : Yayasan Satria Bhakti, 2000.

Kunarjo, Glosarium Ekonomi Keuangan dan Pembangunan. Jakarta: UI Press, 2003.

M.Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal. Jakarta: Kencana, 2008.

Nasution, Bismar, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Pascasarjana, 2001.


(5)

Rusdin, Msi, Drs, Pasar Modal Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik. Bandung:Alfabeta, 2006

Situmorang , M Paulus, Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008

Sembiring, Sentosa, Hukum Imvestasi. Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif ,Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT RadjaGrafindo Persada. 2007.

Tjipttono Darmadji, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat, 2006.

Widoatmodjo, Sawidji, Pasar Modal Indonesia :Pengantar dan Studi Kasus. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009.

B. Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas


(6)

http://www.bapepam.go.id/old/profil/sejarah.htm diakses 20 Mei 2011

http://www.kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/hukum-PT-uu-40_2007 Hukum Perseroan Terbatas(berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas), diakses 20 Mei 2011

http://masmarino.multiply.com/reviews/item/15 Cara Investasi di Bursa Efek diakses 10 April 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemegang_saham, Pemegang Saham, diakses 7 April 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_modal, Pasar Modal, diakses pada 24 April 2011

http://banjarmasin.tribunnews.com/read/artikel/2011/4/21/83220/investor-asing-kuasai-pasar-modal-indonesia, Investor Asing Kuasai Pasar Modal Indonesia diakses

5 Mei 2011

http://hileud.com/hileudnews?title=Asing+Dominasi+Kepemilikan+Saham+di+BEI&i d=369832, Asing Dominasi Kepemilikan Saham di BEI, diakses tanggal 20 Mei 2011

D. Sumber Lainnya

Jurnal Hukum dan Pasar Modal, Prof Erman Rajagukguk, Perpres DNI dan

Dampaknya Terhadap Kepemilikan Asing Atas Saham Emiten,