Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing Di Pasar Modal

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM

PERDAGANGAN SAHAM SETELAH LISTING

DI PASAR MODAL

TESIS

Oleh:

A L K A M R A

097011049/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM

PERDAGANGAN SAHAM SETELAH LISTING

DI PASAR MODAL

TESIS

Diajukan untuk memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

A L K A M R A

097011049/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SETELAH LISTING DI PASAR MODAL

Nama Mahasiswa : Alkamra Nomor Pokok : 097011049 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Oktober 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum


(5)

ABSTRAK

Merupakan suatu kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya (listing) di pasar modal untuk tunduk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dan harus selalu aktif untuk menginformasikan tentang suatu fakta yang material mengenai kegiatan usahanya atau sahamnya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan investor terhadap harga saham perusahaan tersebut, serta melaporkannya kepada BAPEPAM-LK dan menginformasikannya kepada publik selambat-lambatnya pada hari kerja ke 2 (dua) setelah peristiwa tersebut. Tujuannya untuk memelihara kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar dan membentuk suatu penilaian (judgment) terhadap keputusan investasi dari investor.

Dengan metode penelitian bersifat Deskriftif Analitis, dan pendekatan Yuridis Normatif, perolehan data bersumber dari materi peraturan perUndang-undangan, teori-teori, serta konsep yang berhubungan dengan aspek hukum pasar modal. Untuk dapat menjawab suatu penelitian tentang Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing Di Pasar Modal.

Keterbukaan di pasar modal selain untuk kepentingan perlindungan hukum investor, tetapi juga dapat menjadi suatu instrument yuridis bagi upaya membangun perusahaan yang sehat dengan pengelolaan yang baik. Corporate governance yang tidak sehat menimbulkan godaan penyalahgunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah etika bisnis dan moralnya, dari praktek dan kegiatan yang dilarang dalam perdagangan saham di pasar sekunder, yaitu: penipuan, manipulasi pasar daninsider trading. Dimana seluruh kegiatan tersebut diatur dalam pasal 90 sampai dengan pasal 95 Undang-Undang Pasar Modal.

Pengawasan Pasar Modal yang di laksanakan BAPEPAM-LK harus independen dalam menjalankan fungsinya dengan objektif jauh dari tekanan politik maupun kepentingan pihak-pihak lainnya dalam melindungi kepentingan investor, dari praktek dan kegiatan yang dilarang Undang-undang tersebut. Dengan suspend

Bursa Efek Indonesia merupakan kerangka hukum dalam bentuk sebuah kebijakan yang diambil oleh otoritas Bursa Efek yang diharapkan dapat mengurangi kepanikan investor dan mengkondusifkan pasar guna melindungi investasi investor dalam perdagangan saham di pasar modal.


(6)

ABSTRACT

It is the responsibility of issuers or companies that list their shares (listing) in the capital market to be subject to Law No.8/1995 on Capital Market. They have to actively inform their material facts concerning their business activities or their shares which can influence investors’ decision in determining their stock price, report them to BAPEPAM-LK, and inform them to public in two workdays at the latest after the activities take place. The aim of these activities is to keep the investors’ confidence in the market mechanism and to establish a judgment in the investors’ decision to invest. This research used descriptive analytic method with judicial normative approach. The data were obtained from the legal provisions, theories, and concepts which were related to the legal aspects of capital market in order to answer the problems of the study on legal protection for investors in the stock trading after listing in the Capital Market.

The openness of capital market is not only for the sake of legal protection for the investors, but can also be the judicial instrument for establishing a healthy and good managerial company. Unhealthy corporate governance will cause the abuse of power of the Managing Board, and the frail business ethics and moral of the company’s management. Any practice and activity which are prohibited in stock trading at the secondary market are fraud, market manipulation, and insider trading. All these activities are stipulated in Article 90 up to Article 95 of Law on Capital Markets.

The supervision of Capital Market conducted by BAPEPAM-LK has to be independent in implementing its objective function which is far from political pressure or other parties’ interest, in order to protect the investors’ interest from any practice and activity which are prohibited by the law. The suspending of the Indonesian Stock Exchange constitutes the legal framework in establishing the policy taken by the stock exchange authority; this action is expected to reduce the investors’ panic and to stabilize the market in order to protect the investors’ investment in stock trading in the capital market.

Keywords: Legal Protection, Disclosure, Material Facts and Capital Market


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, dengan mengkaruniakan kesehatan dan kelapangan berfikir kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul ”PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SETELAH LISTING DIPASAR MODAL”, guna memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini masih belum sempurna, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan tesis ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan moril maupun materil yang berupa petunjuk dan nasehat dari berbagai pihak.

Penulis pertama kali ingin mengucapkan terima kasih yang tak terbalas kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga dewasa, serta dukungan dari istri tercinta dan anak-anak tersayang menjadi inspirasi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(8)

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultasa Hukum Universitas Sumatera Utara, serta Dosen Staff Pengajar Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Yamin, SH, M.S, CN selaku Ketua Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga selaku Komisi Penguji yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Komisi Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta kritik dari awal penelitian ini, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

5. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta kritik dari awal penelitian ini, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan serta kritik dari awal penelitian ini, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum selaku Komisi Penguji yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

8. Para Guru Besar serta seluruh Dosen Staff Pengajar Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan.

9. Seluruh Rekan Staff dan Pegawai Sekretariat Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas bantuan dan informasi yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis ini. 10. Rekan-rekan Magister Kenotariatan angkatan 2009 yang tak dapat disebutkan

satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi ini.

11. Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu studi penulis serta penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis mengharapkan agar tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan pengembangan keilmuan terutama dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan hukum dimasa mendatang.

Semoga segala bantuan dan dukungan dari semua pihak yang tidak mungkin penulis balas, mendapat balasan dari Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya. Amin.

Medan, Oktober 2011

A L K A M R A 097011049/MKn


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Alkamra

Tempat/Tanggal lahir : Medan/ 21 November 1971

Alamat : Jl. Pelajar No. 73 Medan

Jenis Kelamin : Pria

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : (Alm). H. ST. Max Alva

Nama Ibu : (Alm). Hj. Rosna

III.PENDIDIKAN

SD Taman Siswa Medan : Tamat Tahun 1984

SMP Negeri XI Medan : Tamat Tahun 1987

SMA Taman Siswa Medan : Tamat Tahun 1990 S1 Fakultas Hukum UMA : Tamat Tahun 2001


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Keaslian Penelitian... 17

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ... 18

1. Kerangka Teori ... 18

2. Kerangka Konsepsi ... 21

G. Metode Penelitian... 25

1. Jenis Penelitian... 25

2. Sumber Data Penelitian... 25

3. Teknik Pengumpulan Data... 26

4. Alat Pengumpulan Data ... 27

5. Analisa Data ... 27

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SETELAH LISTING DI PASAR MODAL ... 28

A. Perdagangan Saham SetelahListingdi Pasar Modal ... 28

1. Laporan Keuangan Secara Berkala ... 31


(12)

3. Adanya Perbuatan Yang Menyesatkan .. ... 33

B. Penentuan Fakta Material Dan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Sekunder ... 35

1. Penentuan Fakta Material Dalam Mempengaruhi Harga Saham di Pasar Sekunder... 35

2. Peristiwa Material Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Sekunder ... 41

3. Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Sekunder... 45

C. Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Sekunder ... 47

1. Prinsip Keterbukaan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Investor ... 48

a. Keterbukaan Dalam Pemutakhiran Informasi... 50

b. Keterbukaan Tentang Rahasia Dagang ... 52

c. Keterbukaan Dalam Tugas Direksi ... 53

d. Keterbukaan Oleh Pemegang Saham Tertentu ... 54

e. Keterbukaan Lembaga-Lembaga Pasar Modal ... 55

f. Unsur Prinsip Keterbukaan Harus Serentak Cepat dan Lengkap ... 56

2. Prinsip Good Corporate Governance Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Investor ... 58

D. Peran Para Pelaku Pasar Modal Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Sekunder ... 64

1. Investor... 64

2. Emiten ... 66

3. BAPEPAM-LK ... 68

4. Bursa Efek... 69

5. Lembaga Kliring Dan Penjamin ... 70

6. Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian ... 70

7. Perusahaan Efek ... 71


(13)

9. Penasehat Investasi ... 72

10. Profesi Penunjang Pasar Modal ... 73

BAB III PRAKTEK DAN KEGIATAN YANG DILARANG DALAM PERDAGANGAN SAHAM DI PASAR SEKUNDER... 76

A. Penipuan ... 77

B. Manipulasi Pasar... 83

C. Insiders Trading... 92

BAB IV PENGAWASAN LEMBAGA PASAR MODAL UNTUK MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM DI PASAR SEKUNDER... 100

A. Pengawasan BAPEPAM-LK ... 100

1. Pemeriksaan ... 103

2. Penyidikan... 106

3. Pengenaan Sanksi Administratif ... 108

B. Pengawasan Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

A. Kesimpulan... 118

B. Saran... ... 120


(14)

ABSTRAK

Merupakan suatu kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya (listing) di pasar modal untuk tunduk kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dan harus selalu aktif untuk menginformasikan tentang suatu fakta yang material mengenai kegiatan usahanya atau sahamnya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan investor terhadap harga saham perusahaan tersebut, serta melaporkannya kepada BAPEPAM-LK dan menginformasikannya kepada publik selambat-lambatnya pada hari kerja ke 2 (dua) setelah peristiwa tersebut. Tujuannya untuk memelihara kepercayaan investor terhadap mekanisme pasar dan membentuk suatu penilaian (judgment) terhadap keputusan investasi dari investor.

Dengan metode penelitian bersifat Deskriftif Analitis, dan pendekatan Yuridis Normatif, perolehan data bersumber dari materi peraturan perUndang-undangan, teori-teori, serta konsep yang berhubungan dengan aspek hukum pasar modal. Untuk dapat menjawab suatu penelitian tentang Perlindungan Hukum Bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing Di Pasar Modal.

Keterbukaan di pasar modal selain untuk kepentingan perlindungan hukum investor, tetapi juga dapat menjadi suatu instrument yuridis bagi upaya membangun perusahaan yang sehat dengan pengelolaan yang baik. Corporate governance yang tidak sehat menimbulkan godaan penyalahgunaan jabatan Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan yang lemah etika bisnis dan moralnya, dari praktek dan kegiatan yang dilarang dalam perdagangan saham di pasar sekunder, yaitu: penipuan, manipulasi pasar daninsider trading. Dimana seluruh kegiatan tersebut diatur dalam pasal 90 sampai dengan pasal 95 Undang-Undang Pasar Modal.

Pengawasan Pasar Modal yang di laksanakan BAPEPAM-LK harus independen dalam menjalankan fungsinya dengan objektif jauh dari tekanan politik maupun kepentingan pihak-pihak lainnya dalam melindungi kepentingan investor, dari praktek dan kegiatan yang dilarang Undang-undang tersebut. Dengan suspend

Bursa Efek Indonesia merupakan kerangka hukum dalam bentuk sebuah kebijakan yang diambil oleh otoritas Bursa Efek yang diharapkan dapat mengurangi kepanikan investor dan mengkondusifkan pasar guna melindungi investasi investor dalam perdagangan saham di pasar modal.


(15)

ABSTRACT

It is the responsibility of issuers or companies that list their shares (listing) in the capital market to be subject to Law No.8/1995 on Capital Market. They have to actively inform their material facts concerning their business activities or their shares which can influence investors’ decision in determining their stock price, report them to BAPEPAM-LK, and inform them to public in two workdays at the latest after the activities take place. The aim of these activities is to keep the investors’ confidence in the market mechanism and to establish a judgment in the investors’ decision to invest. This research used descriptive analytic method with judicial normative approach. The data were obtained from the legal provisions, theories, and concepts which were related to the legal aspects of capital market in order to answer the problems of the study on legal protection for investors in the stock trading after listing in the Capital Market.

The openness of capital market is not only for the sake of legal protection for the investors, but can also be the judicial instrument for establishing a healthy and good managerial company. Unhealthy corporate governance will cause the abuse of power of the Managing Board, and the frail business ethics and moral of the company’s management. Any practice and activity which are prohibited in stock trading at the secondary market are fraud, market manipulation, and insider trading. All these activities are stipulated in Article 90 up to Article 95 of Law on Capital Markets.

The supervision of Capital Market conducted by BAPEPAM-LK has to be independent in implementing its objective function which is far from political pressure or other parties’ interest, in order to protect the investors’ interest from any practice and activity which are prohibited by the law. The suspending of the Indonesian Stock Exchange constitutes the legal framework in establishing the policy taken by the stock exchange authority; this action is expected to reduce the investors’ panic and to stabilize the market in order to protect the investors’ investment in stock trading in the capital market.

Keywords: Legal Protection, Disclosure, Material Facts and Capital Market


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda pada tahun 1997 telah melumpuhkan kegiatan perekonomian Indonesia. Jatuhnya harga saham dipasar modal yang ditandai dengan merosotnya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada titik terendah pasar modal Indonesia, dapat dilihat dari pergerakan harga saham dalam transaksi perdagangan yang sangat fluktuatif difloordengan banyaknyasuspend1yang dilakukan oleh bursa efek akibat tekanan jual dari para investor yang panik (panic selling).

Pada pasar uang (money market) terjadi hal sebaliknya, dimana akibat dari serbuan dan gencarnya pihak-pihak yang memburu dolar Amerika Serikat (aksi spekulasi) membuat nilai tukar Rupiah merosot tajam terhadap mata uang dolar. Suku bunga rupiah yang tinggi dan pinjaman dalam mata uang asing yang relatif murah dan mudah, membuat banyaknya para pengusaha Indonesia melakukan pinjaman kepada pihak asing, yang akhirnya berimbas dengan terkoreksinya rupiah terhadap dolar dan sejalan dengan jatuh tempo utang luar negeri swasta jangka pendek dan

1

suspend adalah Penghentian sementara perdagangan suatu saham di Bursa Efek. Penghentian ini keputusan Bursa dalam rangka memberikan perlindungan kepada investor atau dapat pula karena pengenaan sanksi oleh Bursa Efek kepada suatu Emiten. Suspend dapat berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Investor baru dapat memperdagangkan kembali jika Bursa Efek mencabut status penghentian tersebut (unsuspend). dari: Mohamad Hendra, Suspend

(Suspensi),PostedMay13,2009at12:57pm http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/2009/05/13/suspend -suspensi/diakses 20 Maret 2011


(17)

menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo tersebut beserta bunganya, yang berakibat banyak perusahaan bangkrut dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Kelemahan struktural seperti peraturan perdagangan domestik yang kaku dan berlarut-larut, monopoli impor yang menyebabkan kegiatan ekonomi tidak efisien dan kompetitif, juga ketidakpastian politik, pada saat yang bersamaan kurangnya transparansi dan kurangnya data informasi menimbulkan ketidakpastian dan krisis kepercayaan pada para pelaku pasar investasi, terutama investor pasar modal pada waktu itu.

Banyak kalangan yang kurang menyadari bahwa Indonesia telah memiliki pasar modal sejak tahun 1912, dimana dalam proses perkembangannya mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan sejarah bangsa selama ini. Kegiatan pasar modal pernah ditutup pada tahun 1942 ( masa perang dunia kedua) dan mengalami kevakuman sampai tahun 1977, sebelum kemudian pemerintah Orde Baru mengaktifkannya kembali. Sejak pasar modal Indonesia diaktifkan kembali pada Agustus 1977, aktifitasnya sangat fluktuatif.2

Keputusan Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977 melalui Departemen Keuangan Indonesia mendirikan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), yang berperan melaksanakan kegiatan di pasar modal dan juga meregulasi kegiatan pasar modal. Peranan ganda yang dilakukan BAPEPAM yaitu melaksanakan dan


(18)

meregulasi dianggap menimbulkan konflik, karena badan ini dianggap meregulasi pelaksanaan dirinya sendiri.

Oleh karena itu pada tahun 1990 melalui Keputusan Presiden No. 53 tahun 1990 mengubah Badan Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal yang fungsinya hanya sebagai pembuat regulasi, pengordinasi semua bursa pasar modal yang ada di Indonesia dan sebagai pengawas jalannya pasar modal.3

Penggabungan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan (selanjutnya disingkat BAPEPAM-LK) adalah sebuah lembaga di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan.4

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana atau pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor) dan pihak yang memerlukan dana misalnya perusahaan (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan atau tingkat keuntungan tertentu (return), sedangkan pihak pihak perusahaan

3

Fungsi dari Bapepam adalah sama dengan Securities and Exchange Commission (SEC) di Amerika Serikat. Yang didirikan pada tahun1934 oleh kongres Amerika Serikat, tujuannya sebagai pembuat regulasi pasar saham untuk melindungi investor seperti mengharuskan sekuritas baru yang akan dijual ke publik untuk mendaftarkan di SEC. dalam Jogianto H.M,Teori Portofolio dan Analisa Investasi Edisi 3,(Yogyakarta : BPFE, 2003), hal. 50

4

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Menyunting Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan http://www.bapepam.go.id/ diakses 15 Mei 2011


(19)

dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu ketersedian dana dari hasil operasi perusahaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjual sebagian dari kepemilikan atas perusahaan, penjualan atas kepemilikan dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan penjualan sebagian dari saham yang dikeluarkan perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas dalam hal ini disebut investor atau pemodal, hal ini dikenal dengan istilah Penawaran Umum (Go Public).5 Sedangkan tempat penawaran atau penjualan dana biasa dilaksanakan dalam suatu lembaga resmi yang disebut “bursa efek”.6

Menurut pasal 1 angka 4 Undang Undang Pasar Modal (UUPM):

“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”7.

Kegiatan bursa efek sekurang-kurangnya harus meliputi kegiatan-kegiatan pemberian jasa sebagai berikut:8

1. Menyediakan informasi pasar, seperti fluktuasi harga, volume perdagangan, dan informasi penting lainnya terhadap emiten.

2. Membuat aturan main yang dikenal sebagai peraturan bursa dengan tujuan agar semua pelaku dapat memperoleh kesempatan yang sama (fairness), baik didalam memperoleh informasi maupun kesempatan berdagang.

3. Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota bursa dan emiten.

5

Asril Sitompul, Penawaran Umum dan Permasalahannya(Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 11

6

GL Leffler, Dalam Almanak Pasar Modal, Stock-Market (Jakarta : Yayasan Mitra Dana, 1990), hal. 6

7

Pasal 1 ayat 4 Undang Undang Pasar Modal. 8GL Leffler,Op. cit, hal. 6


(20)

4. Memberikan pelayanan kepada para anggotanya, perusahaan yang telah mencatatkan efeknya maupun kepada para pemodal, baik secara invidu maupun institusional.

Peran bursa efek adalah menyediakan pasar sekunder bagi efek yang tercatat secara teratur, wajar, dan efesien.9

Pengaturan mengenai Pasar Modal di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya akan disebut (UUPM) yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Sasaran yang ingin dicapai dengan Undang-Undang ini adalah:

1. Menciptakan kerangka hukum yang kuat dibidang pasar modal,

2. Meningkatkan transparansi dan memberikan jaminan perlindungan hukum bagi Investor,

3. Meningkatkan profesionalisme pelaku pasar modal,

4. Menciptakan system perdagangan yang aman, tertib, efisien, dan likuid, 5. Memberikan kesempatan investasi bagi para pemodal kecil.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pada pasal 1ayat 6, Emiten didefinisikan sebagai pihak yang melakukan penawaran umum. Selanjutnya, di dalam keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor. 01/BEJ/IV/1995 didalam peraturan nomor 2 Tentang Perdagangan Efek. Disebutkan bahwa emiten adalah badan hukum yang telah melakukan emisi efek dan telah mencatatkan efeknya di bursa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(21)

Berkembangnya pasar modal disebabkan karena banyaknya manfaat yang dapat diberikan bagi pengembangan perekonomian suatu Negara, antara lain:10

a. Memperbaiki struktur permodalan perusahaan

Perusahaan dapat meningkatkan permodalannya tidak hanya dalam bentuk pinjaman (loan), tapi telah dimungkinkan pula dalam bentuk penerbitan saham di pasar modal (equity). Oleh karena itu, bagi perusahaan yang memiliki over-leverage dapat memperkecil tingkat leveragenya melalui penerbitan saham. Dengan cara ini struktur permodalan perusahaan akan semakin sehat.

b. Meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana

Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar modar, perusahaan akan memperoleh alternatif yang lebih luas untuk mendapatkan dana dengan

cost yang paling rendah, oleh karena itu, pasar modal berfungsi menciptakan pengalokasian sumber-sumber dana dengan cara yang lebih efisien.

c. Menunjang terciptanya perekonomian yang sehat

Adanya keharusan untuk melakukan disclosure di pasar modal akan melahirkan budaya fairness yang selanjutnya akan menciptakan perilaku bisnis yang baik di pasar modal, sehingga akan berpengaruh bagi terciptanya ekonomi yang sehat.

d. Meningkatkan partisipas masyarakat dalam pembangunan nasional melalui pasar modal. Masyarakat dimungkinkan untuk dapat memiliki saham-saham perusahaan yang go public. Dana yang diperoleh perusahaan._akan digunakan untuk pengembangan usaha yang selanjutnya akan dapat meningkatkan produksi nasional.

e. Membuka alternatif divestasi

Pasar Modal memberikan kemungkinan bagi investor lokal maupun asing untuk melakukan divestasi manakala menginginkan untuk tidak lagi berinvestasi di sektor tertentu.

f. Meningkatkan penerimaan negara

Melalui pasar modal, penerimaan negara melalui pemungutan pajak dapat lebih ditingkatkan, hal ini dimungkinkan karena berkembangnya pasar modal akan memacu keterbukaan yang pada akhirnya dapat mendorong 10

Iman Sjahputra Tunggal, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Harvarindo, 2000), ha.1-2


(22)

kepatuhan emiten sebagai wajib pajak. Di samping itu semakin besar transaksi di bursa, semakin besar pula potensi pemungutan pajak atas transaksi tersebut.

g. Dapat mengurangi hutang luar negeri pihak swasta

Sejalan dengan meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, sudah saatnya kebutuhan akan pembiayaan pembangunan tidak hanya diperoleh dari hutang luar negeri, akan tetapi dapat dipenuhi melalui mobilisasi dana masyarakat di pasai modar. Dengan demikian, berkurangnya hutang luar negeri terutama pihak swasta, dapat mengurangi tekanan neraca pembayaran.

h. Arena penggemblengan generasi muda

Pasar Modal dapat dijadikan media bagi generasi muda dalam berpartisipasi membangun ekonomi nasional. Dengan jiwa dan semangat yang dinamis serta. berani menghadapi tantangan memungkinkan bagi generasi muda untuk mengembangkan pasar modal yang membutuhkan sikap dinamis, kreatif, berani mengambil keputusan dan siap mengambil risiko dalam menghadapi tantangan. Oleh karena itu, sangat diperlukan partisipasi kaum muda dalam upaya mengembangkan pasar modal.

Disamping manfaat yang ada, tentu pasar modal mempunyai masalah dan hambatan dalam perkembangannya. Masalah-masalah yang dapat menghambat pertumbuhan pasar modal Indonesia adalah:11

a. Masyarakat kita kadang kadang sangat permisif terhadap pelanggaran yang terjadi dipasar modal, hal ini akan mengganggu pelaksanaan rule of lawdi pasar modal.

b. Penerapan prinsip disclosure dan transparency yang keliru dapat menimbulkan kesan tejadinya perlakuan yang tidak adil kepada pemodal. c. Pelaksanaan bisnis yang tidak berorientasi pasar atau didasarkan atas

pertemanan semata (friendship driven) telah melahirkan musibah disektor keuangan.

11

I Putu Gede Ary Suta,Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan SAD SATRIA BAKTI, 2000), hal.xvii


(23)

d. Lemahnya sistem hukum yang ada terutama terkait dengan pasar keuangan akan mengganggu penerapan sistem pasar dan menurunkan kredibilitas pasar modal Indonesia di dunia Internasional.

Didalam Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal juga mengatur tentang adanya kewajiban bagi perusahaan yang melakukan penawaran umum atau perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai perusahaan publik dalam memperdagangkan sahamnya (efek) untuk menyampaikan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya, baik dari segi keuangan, manajemen, produksi maupun hal yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan kepada investor. Informasi tersebut mempunyai arti yang sangat penting bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi.

Suatu informasi merupakan fakta materiil bila informasi tersebut dapat mempengaruhi turun naiknya harga saham.12 Karena itu, untuk menjual saham pada pasar primer dan pasar sekunder, manajemen perusahaan harus menjaga pasar. Artinya semua informasi yang relevan mengenai apa yang ada dan akan ada harus dikemukakan. Jika tidak investor akan kehilangan kesempatan menjual sahamnya.13

Dengan dinyatakan efektif pernyataan pendaftaran (listing), maka emiten mempunyai kewajiban untuk selalu menyampaikan informasi penting yang berbentuk laporan berkala dan laporan kejadian penting di pasar sekunder14(setelahlisting).

12

Hasan Zein Mahmud dalam Indra Safitri (editor), Catatan Kolom Hasan Zein, Buku Pertama, (Jakarta: Go Global Book, 1998), hal. 198

13

John C. Coffe, Jr, “Market Failure And The Economic Case For A Mandatory Disclosure System “,Virginia Law Review,(Vol. 70, 1984), hal. 737

14

Pasar sekunder adalah kegiatan perdagangan efek/saham setelah pasar perdana berakhir. Pada pasar ini efek/saham diperdagangkan dengan harga kurs. Dalam Pandji Anoraga dan Piji Pakarti,


(24)

Menurut pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Pasar Modal:

“Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau Perusahaan Publik wajib:

a. Menyampakan laporan secara berkala kepada Bapepam dan Mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat.

b. Menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.15

Kelalaian menyampaikan laporan berkala dan kejadian penting merupakan pelanggaran dan mengakibatkan dijatuhkannya sanksi oleh BAPEPAM-LK sesuai dengan Pasal 102 ayat (2) UUPM16(Sanksi Administratif).

Sanksi administratif tersebut adalah : a. peringatan tertulis

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu c. pembatasan kegiatan usaha

d. pembekuan kegiatan usaha e. pencabutan izin usaha f. pembatalan persetujuan g. pembatalan pendaftaran

15

Undang Undang Pasar Modal pasal 86 ayat (1) 16

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004) hal. 221


(25)

Pada umumnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:

1. Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.

Dividen perusahaan dapat berupa:

a. Dividen Tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. b. Dividen Saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan

dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital Gainmerupakan selisih antara harga beli dan harga jual.Capital gain

terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham PT. AA Tbk dengan harga Rp 10.000/saham kemudian menjualnya dengan harga Rp 12.000/saham yang berarti investor tersebut mendapatkan keuntungan (capital gain) sebesar Rp 2.000 untuk setiap saham yang dijualnya.

Selain keuntungan yang didapat investor dalam berinvestasi (membeli atau menjual saham) di pasar modal tentu juga ada resiko yang akan dihadapi investor. Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko, antara lain:

1. Capita Loss

Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. AA Tbk yang di beli dengan harga Rp 10.000/saham, kemudian harga saham tersebut


(26)

terus mengalami penurunan hingga terjual pada harga Rp 8.000/saham. Investor mengalami kerugian sebesar Rp 2.000/saham.

2. Risiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki investor dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham (investor). Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan risiko yang terberat dari pemegang saham (investor).

Bagi investor yang tidak mempunyai ketrampilan menganalisa pasar modal, dapat meminta pendapat kepada pedagang perantara di pasar modal, yang biasa disebut pialang atau broker. Pialang atau broker ini mempunyai 4 (empat) tugas pokok, antara lain:17

1. Menyelesaikan amanat jual beli efek dari pemberi amanat, yaitu investor. 2. Menyediakan data dan informasi bagi kepentingan para para investor. 3. Membantu mengelola dana bagi kepentingan para investor, dan 4. Memberikan saran dan bimbingan kepada para investor.

Perusahaan yang telah go public atau menjual sahamnya kepada masyarakat investor harus bersikap profesional dan terbuka. Perusahaan harus menerapkan manajemen yang profesional karena pengawasan terhadap jalannya perusahaan tidak saja dilakukan oleh sekelompok pemilik, namun menjadi perhatian masyarakat investor secara luas sehingga perusahaan berkepentingan untuk menunjukkan


(27)

profesionalismenya kepada publik. Kinerja manajemen perusahaan pada akhirnya akan tercermin dari kinerja perusahaan secara keseluruhan dan hal tersebut berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan tersebut.

Agar kepercayaan investor terjaga dengan baik, maka perusahaan yang sudah

go publicdituntut untuk selalu memberikan informasi atau menyampaikan informasi penting mengenai prinsip keterbukaan (disclosure) dalam Pasar Modal. Kewajiban perusahaan atau emiten untuk menyampaikan laporan perusahaan baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya. Informasi tersebut harus akurat, tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan.18

Menurut Bismar Nasution setidaknya ada tiga tujuan keterbukaan (disclosure) dalam Pasar Modal, yang antara lain sebagai berikut.19

1. Memelihara kepercayaan publik terhadap pasar.

Dalam hal ini, kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidak percayaan publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (cafital flight) secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal (bursa saham)

2. Menciptakan mekanisme pasar yang efisien.

Pasar yang efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. System keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi anggota saham dan professional pasar

3. Memberi perlindungan terhadap investor.

Dengan adanya keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian pembelian saham oleh investor, kemudian terdapat penipuan dalam bentuk 18

Bacelius Ruru, Pasar Modal Indonesia,(Yogyakarta: Pasca Deregulasi Paket Desember 1990), hal.16

19

Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001), hal. 9-11


(28)

perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan (misrepresentation)

informasi, maka perlindungan investor tersebut dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) sebagai institusi yang berwenang terhadap pasar modal Indonesia saat ini senantiasa membuat peraturan-peraturan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar modal. Namun perangkat hukum yang memadai belum merupakan jaminan perlindungan dan kepastian hukum, karena perlindungan akan kepastian hukum yang telah dibuat wajib disampaikan, dilaksanakan dan ditegakkan oleh para pelaku pasar modal. Apabila hal itu tidak dilaksanakan oleh para pelaku pasar modal, maka tidaklah mungkin pasar modal dapat memberikan dukungan maksimal bagi pembangunan perekonomian nasional. Seperti contoh, perdagangan orang dalam atau insider trading20 dapat menjadikan pemodal kehilangan kepercayaan terhadap pasar modal, karena tentunya setiap penanam modal mempunyai keinginan agar dana yang ditanamkannya memperoleh jaminan, terutama dari segi kepastian penegakan hukum.21

Hukum pasar modal seakan belum sah jika belum mengatur tentang

disclosure. Oleh karena itu, tidak heran jika peraturan perundang-undangan mengaturnya secara rinci tentang hal tersebut. Akan tetapi ada suatu dilema yang

20Insider Trading

adalah istilah yang dipinjam dari praktek perdagangan saham yang tidak fair di Amerika yang dihubungkan dengan penggunaan informasi-informasi yang confidential oleh pejabat perusahaan yang karena jabatannya dapat menarik keuntungan, sebab informasi tersebut tidak diberikan kepada masyarakat luas. dalam Erman Radjaguguk, “Mekanisme Pasar Modal dan Persoalan-persoalan Hukum yang Timbul” makalah seminar Masalah-masalah Hukum di Pasar Modal Indonesia, (Yogyakarta: Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UII, tanggal 1-2 Maret 1992), hal. 6.

21

Jusuf Anwar, Seri Pasar Modal 1Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi


(29)

inherent dalam hukum pasar modal itu sendiri. Disatu pihak hukum terus mengejar dengan merinci sedetil-detilnya tentang hal-hal apa saja yang mesti di discloseoleh pihak-pihak penyandang kewajibandisclosure. Akan tetapi di lain pihak hukum juga harus memperoleh kepentingan-kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi tersebut. Kepentingan tersebut seringkali bertentangan dengan kewajiban disclosure, misalnya kepentingan suatu emiten untuk tidak mendisclose

tentang informasi yang tergolong rahasia perusahaan. Maka dalam hal ini, sektor hukum harus jeli menimbang-nimbang dan menyelaraskan kepentingan investor dan pasar terhadap suatu disclosure, dengan kepentingan emiten atau pihak-pihak lain pemilik informasi. Keselarasan di antara dua kepentingan yang kontradiktif tersebut tercermin dalam prinsip yuridis yang menyatakan bahwa suatu disclosure di pasar modal tidaklah semata-mata “full” tetapi juga mestilah “fair”, seperti yang tersimpul dalam istilahfull and fair disclosure.22

Upaya dalam mengatasi masalah prinsip keterbukaan bertujuan untuk memfungsikan arus informasi kepasar dan menciptakan informasi yang akurat, dengan ini pelaku pasar dapat melakukanmarket disciplineberdasarkan keterbukaan informasi.23

Prinsip keterbukaan harus ditegakan, karena pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah informasi

22

Munir Fuady, Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 78

23

Linda Allen, Capital Markets and Institutions: A Global View, (New York, Singapore, Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1977), hal. 38


(30)

yang menyesatkan. Pengaturan pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam UUPM telah memuat ketentuan mengenai larangan perbuatan yang menyesatkan. Prinsip full disclosure ini adalah bentuk perlindungan investor yang dilakukan oleh Pemerintah melalui BAPEPAM-LK sebagai regulator secara tidak langsung.

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, perlu dikaji lebih jauh tentang “Perlindungan Hukum bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing di Pasar Modal”.

B. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, dianggap perlu untuk mengadakan pembatasan agar permasalahan pada tesis ini terfokus pada suatu pokok masalah, adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah prinsip-prinsip memberikan perlindungan hukum bagi Investor dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal?

2. Bagaimankah Praktek dan kegiatan yang dilarang Undang-undang dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal?

3. Bagaimanakah lembaga pengawas pasar modal memberikan perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal?

C. Tujuan Penelitian

Faktor utama yang ingin dicapai oleh setiap pasar modal adalah adanya suatu mekanisme yang menjamin keterbukaan informasi yang lengkap, akurat, dan up to


(31)

date. Dengan adanya informasi itu, para investor akan memperoleh gambaran perusahaan-perusahaan yanggo publicdan keadaan pasar modal yang efisien, sangat penting artinya bagi investor untuk mengambil keputusan investasi.

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang memberikan perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal.

2. Untuk mengetahui praktek dan kegiatan apa yang dilarang Undang-undang dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal.

3. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawas pasar modal dalam memberikan perlindungan hukum bagi investor dalam perdagangan saham setelahlistingdi pasar modal.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kenotariatan yang berkaitan dengan Perlindungan Hukum terhadap Investor dalam perdagangan saham di pasar modal.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi investor maupun calon investor yang akan berinvestasi, mengenai hal-hal


(32)

yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan di pasar sekunder/setelah listing di pasar modal sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya di perusahaango public.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata penelitian dalam topik dan permasalahaan tentang “Perlindungan Hukum bagi Investor Dalam Perdagangan Saham Setelah Listing di Pasar Modal” belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya.

Meskipun ada penulis terdahulu melakukan penelitian tentang perlindungan hukum Investor pasar modal, tetapi dalam hal ini berbeda materi penelitian dan permasalahannya yaitu:

1. Aspek Hukum Perlindungan Investor Dalam Perdagangan Saham Bank Mandiri Menjelang Pasar Perdana

Oleh: Tama Ulinta Tarigan Nim : 027011082

2. Analisis Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal Dalam Upaya Perlindungan Terhadap Investor

Oleh: Nunung Handayani Nim : 057005015

Sehingga penelitian ini asli baik dari segi materi maupun metode pendekatan dalam menganalisis bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tertier, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk kritikan-kritikan yang sifatnya membangun.


(33)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran/butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem), yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. Teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetap merupakan suatu abtraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu hukum merupakan suatu penjelasan rasional yang bersesuaian dengan objek yang dijelaskan. Suatu penjelasan bagaimanapun meyakinkan, tetap harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.24

Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan kontinuitas, perkembangan ilmu hukum senantiasa bergantung pada unsur-unsur antara lain metodelogi, aktivitas penelitian, dan imajinasi sosial dan juga sangat ditentukan oleh teori.25

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapinya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.26

Adanya pasar modal diharapkan aktifitas perekonomian menjadi meningkat, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan perusahaan-perusahaan,

24

M. Solly Lubis, Filsapat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 27 25

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2005), hal.6


(34)

sehingga perusahaan dapat beroperasi dalam skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan memakmurkan masyarakat luas.

Suatu harga saham dalam pasar modal harus didasarkan adanya pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan, artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan menyesatkan. Penyampaian pernyataan yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal yang tidak efisien, maka keterbukaan informasi artinya suatu informasi yang tidak mengandungmisrepresentationatauomission.27

Berdasarkan hal di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini adalah teori hipotesis pasar modal yang efisien (Efficiant Capital Market hyphotesis), yaitu suatu teori yang berkaitan dengan informasi yang mempengaruhi harga saham.

Pada mulanya teori ini muncul dalam literatur ekonomi dan kemudian menjadi alat bagi ahli hukum serta menjadi bahan untuk membuat opini hukum. Karena tidak adanya suatu penjelasan yang sama mengenai pasar yang efisien, menjadi persoalan serius para hakim, ahli hukum dan pembuat peraturan, dan memakai pendekatan Efficiant Capital Market hyphotesis (ECMH) sebagai dasar kebijakan dalam pengaturan.28

Efficiant Capital Market hyphotesisterdiri dari dua tipe, yaitu :

a. The semistrong efficient market hypothesis dinyatakan bahwa pasar yang effisien terdiri dari informasi publik yang relevan yang merefleksikan harga.

27

Bismar Nasution,Op.Cit, hal. 13 28

Ronald J. Gilson dan Reiner H. Kraakman, “The Mechanisms of Market Efficiency”


(35)

b. The strongly efficient market hypothesis dinyatakan bahwa tidak hanya informasi publik yang relevan yang mempengaruhi harga saham, tetapi juga informasi apa saja yang merefleksikan harga saham.29

Informasi yang sangat penting di dalam perkembangan pasar modal, adalah penegakan hukum prinsip keterbukaan harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal. Dalam pasar modal, prinsip keterbukaan dalam hal perlindungan investor oleh perusahaan publik atau emiten wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah-masalah tersebut mengandung fakta material. Oleh karena itu, dari penjelasan di atas perlu didekati dengan teori mengenai standar penentuan fakta material, sehingga investor dapat memutuskan dengan fakta tersebut untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya.30

Dengan kata lain, bahwa efisiensi pasar modal berkaitan dengan kepercayaan investor terhadap emiten. Informasi yang ada di Pasar Modal mempengaruhi kepercayaan terhadap investor yang membutuhkan efisiensi pasar modal.31 Jika tingkat efisiensi pasar modal ditentukan oleh ketersediaan informasi, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal di negara maju relatif lebih efisien dari negara yang berkembang, sebab di negara-negara maju memiliki teknologi informasi yang lebih maju dibandingkan dengan negara yang berkembang.

Masalah pelaksanaan prinsip keterbukaan dalam mekanisme pasar modal Indonesia perlu diatasi, oleh karena masalah tersebut menjadi penghambat

29

Marvin G. Pickholz dan Edwar B. Horahan III, “The SEC’s Version of The Efficient Market Theory and its Impact on Securities Law Liabilities, “Washington and Lee Law Review, (Vol.39.1982), hal.943 dalam Bismar Nasution,Op.Cit, hal.15

30

Bismar Nasution, Ibid, hal. 16


(36)

pelaksanaan prinsip keterbukaan, yang pada gilirannya membuat pelaku pasar modal sulit memperoleh informasi yang mengandung nilai akurat. Masalah pelaksanaan prinsip keterbukaan berpusat pada konsep fakta material yang masih membutuhkan pengembangan.32

Pada umumnya pelanggaran prinsip keterbukaan (disclosure) termasuk juga adanya pernyaataan yang menyesatkan, sebab adanya misrepresentation atau pernyataan dengan membuat penghilangan (omission) fakta material, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan-pernyataan demikian menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas emiten, manajemen, dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan (disclosure) membuat larangan atas perbuatan

misrepresentationdanomission.33

2. Kerangka Konsepsi

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain-lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu kontruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.34

32

Bismar Nasution,Op.Cit, hal 176 33 Ibid,

hal.73


(37)

Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.35 Dalam pemberian suatu konsep atau pengertian merupakan salah satu unsur pokok yang penting dalam suatu penelitian hukum, sehingga untuk menghindari terjadinya salah pengertian atau salah tafsir dan pemahaman yang berbeda mengenai tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini. Pentingnya defenisi profesional adalah untuk menghindari perbedaan pengertian dan penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.36

Maka perlu dikemukakan beberapa konsep yang menjadi pegangan dalam proses penelitian, yaitu :

1. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap individu ataupun institusi guna melindunginya atas investasi yang dilakukannya dalam pembelian saham di pasar sekunder berdasarkan Undang-undang ataupun peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal.

2. Investor adalah individu atau institusi yang melakukan investasi dalam pembelian saham di pasar sekunder pada pasar modal.

3. Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum.37

4. Saham adalah indikasi kepemilikan atas perusahaan yang mengeluarkannya. 5. Pasar Modal (capital market) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik, yang berkaitan

35

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Sesuatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 7

36

Samadi Suryabrata,Metodelogi Penelitian,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal.3 37 Lihat pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Pasar Modal


(38)

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.38

6. Listingadalah pencatatan saham ke Bursa

7. Pasar sekunder (Secondary Market) adalah perdagangan saham di bursa, dimana harga saham akan fluktuatif berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan,

8. Efek adalah surat berharga berupa surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.39 9. Informasi Fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan

mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga saham pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.40

10. Teori Hipotesis Pasar Modal yang Efisien (Efficiant Capital Market hyphotesis), adalah suatu teori yang berkaitan dengan informasi publik yang dapat mempengaruhi harga saham. Suatu harga saham dalam pasar modal harus didasarkan adanya pernyataan yang akurat dari manajemen perusahaan, artinya informasi itu tidak merupakan pernyataan menyesatkan. Pernyataan yang tidak akurat dapat mengakibatkan pasar modal tidak efisien, maka

38

Lihat pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Pasar Modal 39

Lihat pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Pasar Modal 40 Lihat pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Pasar Modal


(39)

keterbukaan informasi artinya suatu informasi yang tidak mengandung

misrepresentationatauomission.41

11. Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.42

12.Good Corporate Governance adalah Peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).43

13.Insider Trading adalah praktek yang terjadi apabila seorang membeli atau menjual saham berdasarkan informasi dari orang dalam yang tidak publik sifatnya. Posisi investor yang memperoleh informasi dari orang dalam tersebut lebih baik dibandingkan dengan investor lain dalam perdagangan saham. Ia melakukan perdagangan saham yang tidak fair, sebab praktek 41

Bismar Nasution,Op.Cit, hal. 13 42

Lihat pasal 1 ayat 25 Undang-Undang Pasar Modal 43 DariForum For Corporate Governance


(40)

insider trading menciptakan distorsi pada harga saham, karena harga saham tersebut tidak direfleksikan berdasarkan informasi pasar yang efisien.44

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian tesis yang digunakan untuk mengkaji penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif. Pemilihan jenis penelitian ini mengingat telaah terhadap permasalahan penulisan ini bersumber pada materi peraturan perUndang-undangan, teori-teori, serta konsep yang berhubungan dengan aspek hukum pasar modal. Beranjak dari jenis penelitian tersebut, diharapkan dapat memperoleh suatu prinsip yang jelas dengan memberikan perlindungan hukum bagi investor dalam transaksi saham di pasar modal.

2. Sumber Data Penelitian

Dalam penulisan ini, bahan hukum yang dijadikan sebagai rujukan adalah menggunakan data sekunder, antara lain:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat autoriatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum yang menpunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu berupa Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan Bapepam-44Bismar Nasution,Op.Cit, hal. 257


(41)

LK, Serta peraturan lainnya yang ada kaitannya dengan penulisan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer yaitu buku-buku ilmu hukum, tesis, disertasi, jurnal hukum, laporan hukum makalah dan media cetak atau elektronik.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untuk melengkapi data dalam penulisan penelitian ini, yaitu kamus umum, kamus hukum, majalah, internet, serta bahan-bahan diluar bidang hukum yang berkaitan dengan penulisan tesis ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan adalah dengan penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian ini, penelitian kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang diteliti. Dan penelitian dengan pendekatan konseptual perundang-undangan (conceptual approach) yaitu dengan mempelajari dan menelaah bahan pustaka, aturan perundang-undangan mengenai


(42)

pasar modal khususnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan kasus-kasus yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen, yaitu dengan mempelajari serta menganalisa bahan pustaka (data sekunder).

5. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa kualitatif, yaitu melakukan analisis terhadap peraturan-peraturan dan bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan masalah dibahas. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dengan cara:

a. Menginterprestasikan semua peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan masalah yang dibahas.

b. Menelaah dan menilai bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

c. Mengevaluasi perundang-undangan yang berhubungan masalah yang dibahas dalam tesis ini.

Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deskriptik.


(43)

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR DALAM PERDAGANGAN SAHAM SETELAHLISTINGDI PASAR MODAL

A. Perdagangan Saham SetelahListingDi Pasar Modal

Listing merupakan tahap akhir dari rangkaian proses go publik (penawaran umum). Setelahlistingdilaksanakan, saham milik emiten masuk ke pasar sekunder dan harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh mekanisme pasar. Secara rata-rata harga saham pada pasar sekunder lebih tinggi 10 % (sepuluh persen) di banding harga saham yang dijual penjamin emisi di pasar perdana. Harga saham di pasar perdana selalu undervalue dari harga saham di pasar sekunder, sehingga ada anggapan pasar perdana tidak effisien.45

Warrant E. Buffet pimpinanBerkshire Hathaway, Incmengatakan:

”Seorang investor yang pintar dalam perdagangan saham melihat keuntungan yang lebih baik di pasar sekunder dibandingkan dengan membeli saham di pasar perdana. Menurutnya, pasar perdana masih dikontrol stakeholder

perusahaan, yang biasanya memilih waktu saat melakukan penawaran. Apabila pasar sedang tidak baik, mereka akan menangguhkan penawarannya. Dapat dipahami bahwa disini penjualan saham tidak melalui proses tawar-menawar, tetapi sesungguhnya yang menjadi kontrol stakeholder adalah menjual saham dalam keadaan menguntungkan. Dapat dilihat sesungguhnya pasar yang effisien terdapat pada pasar sekunder. Oleh sebab itu, keterbukan pada pasar sekunder ini sangat dominan dan krusial dalam menentukan harga saham.46

Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas

45

Bismar Nasution,Op. cit,hal.151-152


(44)

saham tersebut. Dengan kata lain harga saham terbentuk olehsupplydandemandatas saham tersebut. Supply dan demand tersebut terjadi karena adanya banyak faktor, baik yang sifatnya spesifik atas saham tersebut seperti mengenai kinerja perusahaan, maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya. Selain itu suatu informasi atau fakta material emiten merupakan suatu komponen yang harus disampaikan emiten kepada publik guna mendukung prinsip keterbukaan sebagai prinsip pokok dalam pasar modal untuk menciptakan pasar yang likuid dan efesien. Pasar modal dikatakan likuid jika investor dapat menjual saham dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga saham mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat.47 .

Pengertian pasar sekunder ini adalah karena yang melakukan perdagangan adalah para pemegang saham dan calon pemegang saham. Dana yang berputar dipasar sekunder tidak lagi mengalir kedalam perusahaan yang menerbitkan saham, tetapi berpindah dari pemegang saham yang satu ke pemegang saham yang lain (resale).48 Dana tersebut bersifat tetap karena setiap kegiatan jual beli saham perusahaan pada pasar sekunder tidak akan mengganggu likuiditas perusahaan. Perdagangan saham terutama hanya dilakukan diantara investor sebagai pihak pembeli dan penjual saham melalui kegiatan para pialang.

47

Jogiyanto H.M,Op. Cit, hal.16 48

Marzuki Usman dkk,ABC Pasar Modal Indonesia, Institut Bankir Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Jakarta, (Jakarta, 1994), hal.123


(45)

Dalam pedagangan ini emiten tidak lagi berkepentingan dalam naik dan turunnya harga saham, karena naik dan turunnya harga saham adalah kepentingan investor yang melakukan jual-beli atas saham tersebut. Emiten hanya berkewajiban mengelola usahanya dengan baik dalam menjalankan kewajibannya sebagai emiten, yang tentunya akan berdampak pada harga saham emiten tersebut. Harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja emiten, tetapi bukan karena adanya campur tangan emiten di pasar. Tetapi pasarlah yang menentukan harga saham tersebut. Dan salah satu komponen pasar tersebut adalah informasi yang harus secara terus menerus disampaikan emiten mengenai kegiatan usahanya. Informasi tersebut harus merupakan informasiup to dateguna melindungi investasi investor di pasar modal.

Pencatatan (listing) suatu saham bukanlah merupakan suatu kewajiban bagi emiten yang melakukan penawaran umum. Tetapi pencatatan saham di bursa memberikan keuntungan bagi pemegang saham (investor). Keuntungan tersebut adalah kemudahan untuk bertransaksi sehingga memberikan likuiditas atas saham tersebut. Sehingga investor akan dengan mudah menjual saham yang dimilikinya untuk mendapatkan dana atau membeli suatu saham untuk berinvestasi. Selain itu, saham yang dicatatkan di bursa akan memberikan “status” tersendiri bagi saham dan emiten yang menerbitkannya. Emiten yang tercatat di bursa selalu dilihat sebagai perusahaan yang maju, bonafit, dan perusahaan dengan pengelolaan yang baik. Emiten yang tercatat (listing) di bursa tidak saja harus tunduk kepada peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK, tetapi juga harus tunduk kepada peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek dimana saham emiten tersebut dicatatkan. Oleh karena


(46)

itu, jika tidak dipatuhinya sebagian saja aturan pencatatan yang diterapkan oleh bursa efek dapat mengakibatkan emiten tersebut dikeluarkan dari pencatatan (delisting).49 Dengan dikeluarkannya dari pencatatan (delisting) ini tentunya saja akan merugikan investor yang membeli saham dan emiten yang yang menerbitkan saham tersebut.

1. Laporan Keuangan Secara Berkala

Emiten yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif mempunyai kewajiban menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada BAPEPAM-LK dan mengumumkanya kepada investor. Laporan keuangan ini terdiri dari Laporan Tahunan dan Laporan tiap Semester. Dengan laporan keuangan berkala ini BAPEPAM-LK melakukan fungsi pengawasan dengan terus memonitor kesehatan keuangan emiten. Laporan keuangan secara berkala penting bagi investor, mengingat laporan ini terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan lain-lain. Berdasarkan laporan-laporan tersebut dapat disusun evaluasi untukcash flow yang akan datang dan selanjutnya membuat estimilasi nilai saham. Laporan keuangan harus mengandung informasi yang akurat dan dapat diperkirakan (predictability) sehingga menjamin dana itu bergerak kepada mereka yang bisa menggunakannya lebih efektif.

Namun, pelaksanaan laporan keungan secara berkala di pasar modal Indonesia belum memadai sebagaimana yang diharapkan, sebab masih banyak emiten yang terlambat dan belum menyampaikan laporan secara berkala kepada BAPEPAM-LK.


(47)

Keterlambatan atas penyampaian laporan tersebut merupakan pelanggaran prinsip keterbukaan. Pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi administratif berupa denda berdasarkan ketentuan pasal 63 butir e Peraturan Pemerintah Nomor 45Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.50

2. Keterbukaan Mengenai Adanya Fakta Material Baru

Peristiwa-peristiwa lain yang dapat mempengaruhi harga saham harus segera dilaporkan paling lambat 2 hari kerja.51 Peristiwa-peristiwa yang dapat mempengaruhi harga saham umpamanya, kebakaran, pemogokan, penutupan perusahaan dan pencemaran lingkungan hidup. Peristiwa lainnya berkenaan tender offer,52 merjer53 atau peleburan (consolidation) dan akuisisi54 perusahaan, harus diinformasikan kepada investor karena tindakan tersebut termasuk fakta material.55

Sebagaimana kita ketahui dalam rangka penggabungan dan peleburan usaha Perseroan Terbatas, akan ada konversi atas saham masing-masing perusahaan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha tersebut. Dalam pelaksanaan penggabungan dan peleburan mengharuskan pemegang saham untuk

50

Bismar Nasution,Op. cit, hal. 152-153 51

Keputusan Ketua BAPEPAM-LK No. Kep-86/PM/1996. Peraturan No. X.K.1 mengenai Keterbukaan Informasi Yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik.

52 Tender offer

(penawaran tender) penawaran untuk membeli saham suatu perseroan, biasanya pada suatu premi diatas harga pasar saham dengan pembayaran tunai, sekuritas atau keduanya. Hal ini sering dilakukan dengan tujuan untuk menguasai perusahaan sasaran.

53

Merjer adalah gabungan dari dua atau lebih perusahaan untuk membentuk suatu badan usaha baru.

54

Akuisisi adalah tindakan untuk membeli atau pengambilalihan perusahaan lain. 55


(48)

untuk melakukan penukaran/konversi atas saham yang dimilikinya menjadi saham perusahaan ke dalam perusahaan tersebut menggabungkan dirinya, atau menjadi pemegang saham perusahaan hasil peleburan. Penukaran/konversi saham ini tidak lain adalah “membeli” atau tepatnya menukarkan saham satu perusahaan dengan dengan menggunakan saham perusahaan lainnya, Oleh karena itu untuk memenuhi prinsip-prinsip keterbukaan mewajibkan emiten atau perusahaan publik untuk menyampaikan pernyataan penggabungan usaha kepada BAPPEPAM–LK dan melaporkan kepada publik.56 Ini harus diinformasikan kepada investor karena tindakan tersebut termasuk fakta material.

3. Adanya Perbuatan Yang Menyesatkan

Pada umumnya pelanggaran prinsip keterbukaan (disclosure) termasuk juga adanya pernyaataan yang menyesatkan, sebab adanya misrepresentation atau pernyataan dengan membuat penghilangan (omission) fakta material, baik dalam dokumen-dokumen penawaran umum maupun dalam perdagangan saham. Pernyataan-pernyataan demikian menciptakan gambaran yang salah tentang kualitas emiten, manajemen, dan potensi ekonomi emiten. Oleh karena itu, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan (disclosure) membuat larangan atas perbuatan

misrepresentationdanomission.57

56

Hamud M. Balfas, ,Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2006), hal.72 57 Bismar Nasution, Op.cit, hal.73


(49)

Peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan (disclosure) di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan mengenai larangan ketentuan perbuatan menyesatkan tersebut, baik dalam prospektus mapun media massa yang berhubungan dengan suatu penawaran umum. Disamping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah menetapkan sanksi berupa ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000. (lima belas milyar rupiah) terhadap pelanggaran atas perbuatan tersebut.58

Namun, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan yang memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan tersebut sangat sederhanan dan kurang memadai untuk mengatur elemen-elemen perbuatan yang menyesatkan. Seperti, dalam pasal 78 Undang-Undang Pasar Modal menentukan, tidak boleh membuat pernyataan fakta material yang salah atau tidak boleh membuat fakta material yang benar. Larangan yang diatur dalam pasal 78 UUPM ini mirip dengan konsep dalam Rule 10b-5 dan section 10(b) Securities Exchange Act 1934, yang melarang pernyataan menyesatkan dalam prospektus dengan cara,

a. Menggunakan alat-alat, skema atau fasilitas untuk menipu.

b. Membuat pernyataan yang salah mengenai fakta material atau tidak memasukkan fakta material yang diperlukan dalam pernyataan dan dalam penjelasan tidak menyesatkan.

c. Terlibat dalam tindakan, praktek atau dalam praktek dan bidang bisnis yang beroperasi atau akan beroperasi sebagai penipuan atas seorang dalam perdagangan saham.59

58 Ibid. hal.76 59 Ibid.hal.77


(50)

Larangan lainnya juga dapat dilihat dalam pasal 93 Undang-Undang Pasar Modal, yang melarang seseorang dengan cara apapun untuk membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan, yang dapat mempengaruhi harga saham di Bursa Efek, yaitu apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan:

a. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan.

b. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

B. Penentuan Fakta Material Dan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Sekunder 1. Penentuan Fakta Material Dalam Mempengaruhi Harga Saham di Pasar

Sekunder

Para investor selalu aktif mengumpulkan berbagai informasi dan memanfaatkannya untuk memahami harga-harga saham dalam pasar sekunder, informasi yang dikumpulkan tersebut adalah informasi yang mengandung fakta material. Suatu informasi yang tidak lengkap, tidak akurat dan tidakup to date akan memberikan bahan analisis yang menyesatkan, sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam mengambil keputusan investasi dari investor. Kesalahan ini besar kemungkinannya akan menimbulkan kerugian bagi para investor. Apabila hal ini berlanjut terus maka kiranya sulit untuk mengajak para investor untuk datang ke pasar modal dan bahkan tidak tertutup kemungkinan para investor yang telah terjun di pasar modal menarik diri dan menginvestasikan dananya pada media investasi lain.


(51)

Dengan adanya fakta material yang diperoleh masyarakat investor secara benar dari pihak emiten, maka hal tersebut memposisikan calon investor pada posisi adil, artinya setiap ”pemain” dibursa mempunyai hak yang sama dalam memutuskan untuk menjual atau membeli saham perusahaan tertentu. Posisi berimbang tersebut secara tidak langsung dapat mengontrol pasar dari praktek penipuan, manipulasi pasar maupuninsider tradingyang hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.60

Pasal 1 ayat 7 Undang Undang Pasar Modal menjabarkan:

“Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut”.61

Undang-undang tidak menyebutkan apakah informasi atau fakta material tersebut, tetapi hanya menyebutkannya dengan mengemukakan beberapa contoh dalam penjelasan atas pasal 1 angka 7 Undang-Undang Pasar Modal.

Contoh yang disebutkan Undang-undang tersebut antara lain adalah: informasi menyangkut penggabungan usaha, pengambilalihan, peleburan usaha, pembentukan usaha patungan dan beberapa informasi lainnya seperti yang menyangkut pemecahan saham dan pembagian dividen saham, produk dan penemuan baru yang berarti dan lain-lainnya.62

Ketentuan dalam undang undang tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam salah satu peraturan pelaksanaannya, yaitu lewat keputusan ketua BAPEPAM-LK No.

Kep-60

Lihat pasal 90-98 Undang-Undang Pasar Modal 61

Lihat pasal 1 ayat 7 Undang-Undang Pasar Modal


(52)

86/PM/1996 antara lain ditentukan bahwa apabila terjadi kejadian atau fakta material maka haruslah melaporkan kepada BAPEPAM-LK dan mengumumkannya kepada masyarakat selambat-lambatnya pada hari kerja ke 2 (dua) setelah kejadian. Dalam keputusan ketua BAPEPAM-LK tersebut kembali diberikan contoh yang lebih terperinci tentang informasi atau kejadian material yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai saham suatu perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Contoh informasi atau fakta material tersebut adalah sebagai berikut:63

a. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan.

b. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham. c. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya. d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting. e. Produk penemuan baru yang berarti.

f. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen. g. Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

material jumlahnya.

h. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat utang.

i. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material. j. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting.

k. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan dan atau direktur dan komisaris perusahaan.

63

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep.-86/PM/1996 tanggal : 24 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus segera Diumumkan kepada Publik.


(53)

l. Pengajuan tawaran untuk pembelian efek perusahaan lain. m. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan.

n. Penggantian wali amanat.

o. Perubahan tahun fiskal perusahaan.

Selain informasi atau fakta material yang telah disebutkan, masih banyak lagi informasi atau fakta-fakta lainnya, yang mungkin timbul dan dapat mempengaruhi harga saham atau keputusan investasi dari investor. Informasi atau fakta material tersebut haruslah dihubungkan dengan ekspektasi orang mengenai peristiwa tersebut atas harga saham dan keputusan investor atas saham tersebut. Peristiwa-peristiwa lain yang dapat mempengaruhi harga saham umpamanya, kebakaran, pemogokan, dan penutupan perusahaan, pencemaran lingkungan hidup. Peristiwa lainnya berkenaan

tender offer, merjer atau peleburan (consolidation) dan akuisisi perusahaan, yang merupakan topik penting yang harus diinformasikan kepada investor karena tindakan tersebut termasuk fakta material. Permasalahan yang timbul, adalah pada saat merjer atau peleburan dan akuisisi menjadi sesuatu hal yang mengandung fakta material. Hal ini perlu menjadi perhatian, sebab peraturan pasar modal Indonesia hanya menyebutkan bahwa informasi merjer dan akuisisi sebagai fakta material yang harus disampaikan, tanpa menentukan saat yang tepat untuk menyampaikan informasi tersebut. Misalnya apakah pembicaraan awal mengenai merjer dan akuisisi sudah material dan pada saat itu wajib disampaikan pada investor atau pemegang saham.64


(54)

Walaupun peraturan kewajiban prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah menetukan merjer sebagai informasi material, namun dalam praktek peraturan tidak dapat menjelaskan apa yang menjadi ukuran atau standar merjer dikatakan sebagai informasi material. Sementara itu yang menetukan suatu informasi atau fakta wajib diungkapkan adalah tergantung dari bobot materialitas informasi tersebut.65

Jika diperhatikan secara mendalam ternyata beberapa peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang Pasar Modal Indonesia masih bersifat sumir atau tidak cukup terperinci.66 Undang undang pasar modal Indonesia yang demikian itu membuka

loophole yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang tidak beritikad baik. dengan perkataan lain, karena tidak terperincinya standar penentuan fakta material sangat berpotensi terhadap pelanggaran prinsip keterbukaan yang pada akhirnya dapat menimbulkan perbuatan curang dalam penjualan saham dan merugikan investor. Ketentuan standar penentuan fakta material dan ketentuan perbuatan curang adalah napas hukum pasar modal.67

Apabila suatu kejadian sulit untuk ditentukan sebagai suatu informasi atau fakta material, maka konsep kewajiban untuk menyampaikan informasi (duty to disclouse) itu menjadi terhambat. Untuk menentukan apakah suatu informasi adalah fakta material atau bukan tergantung kepada beberapa pandangan, yaitu :68

Pertama, suatu informasi disklasifikasikan sebagai fakta material bila informasi yang sifatnya tidak publik, menurut pemegang saham yang berakal sehat,

65

Ibid.hal.158 66

Ibid. hal.11 67 Ibid. 68 Ibid.


(1)

kewajiban emiten dalam menginformasikannya menjadi lebih lengkap, akurat dan sempurna, dalam mendukung prinsip keterbukaan (disclosure) dalam perdagangan saham di pasar modal.

2. Dalam hal ini diharapkan revisi Undang-undang memberikan ruang dalam batasan-batasan yang lebih jelas mengenai standar dari fakta material yang secara rutin dan berkala harus selalu di informasikan emiten kepada publik dan lembaga pengawas pasar modal, agar praktek dan kegiatan yang dilarang Undang-undang dalam pasar modal dapat dihindarkan.

3. Lembaga Pengawas Pasar Modal Indonesia khususnya BAPEPAM-LK diharapkan dapat menuju suatu lembaga yang independen. Independensi lembaga pengawas berarti lepasnya pengawasan pasar modal dari pengaruh maupun intervensi pemerintah. Lembaga pengawas pasar modal harus dapat menjalankan fungsinya dengan objektif jauh dari tekanan politik maupun kepentingan pihak ketiga.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Anwar, Jusuf., Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi, Seri I Bandung, Penerbit P.T Alumni, 2008.

Anwar, Jusuf., Penegakan Hukum dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia,Seri II Bandung: PT. Alumni Bandung,2008.

Anoraga, Pandji., Pakarti, Piji.,Pengantar Pasar ModalJakarta : Rineke Cipta, 2001 Ary Suta, I Putu Gede., Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta, Yayasan SAD Satria

Bhakti, 2000.

Balfas, Hamud M.,Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT. Tatanusa, 2006. Coffe C. John Jr., “Market Failure And The Economic Case For A Mandatory

Disclosure System “,Virginia Law Review,Vol. 70, 1984.

Fuady, Munir., Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), Buku Kesatu, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

H.M, Jogiyanto.,Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3, Yogyakarta: BPFE, 2003.

Hartono, Sri Rezeki., Capita Selekta Hukum Perusahaan, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Cetakan I, 1987.

Hazen, Thomas Lee., The Law of Securities Regulation, third edition, West Publishing Co., St Paul, Minnesota, 1996.

Gilson J. Ronald dan Kraakman H. Reiner., “The Mechanisms of Market Efficiency” Virginia Law Review, (Vol.70, 1984)

Koetin, E.A dalam Editor Winarto, Jasso., Analisis Pasar Modal, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Langevoort, Donald C.,Insider Trading Regulation, 1989 Edition, New york: Clark Broadman Company, Ltd, 1989


(3)

Leffler, GL., Dalam Almanak Pasar Modal, Stock-Market Jakarta : Yayasan Mitra Dana, 1990

Leuba. Sean P., ”The Fourth Circuit Breaks Ranks In United States v. Bryan: Finally, A Repudiation of the Misappropriation Theory,” Washington & Lee Law Review, (Vol.53, 1996),

Lubis, M, Solly.,Filsapat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994,

Linda Allen., Capital Markets and Institutions: A Global View, New York, Singapore, Toronto: John Wiley & Sons, Inc, 1977

Lopa, Baharuddin.,Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum, Cetakan II, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara).

Mahmud Zein Hasan dalam indra safitri., (editor), Catatan Kolom Hasan Zein,Buku Pertama, Jakarta: Go Global Book, 1998

Mc. Bride, Sarah., “Corporate Governance Becomes a Strong Factor For Investor” The Asian Wall Street Journal, Tanggal 18 July 2002.

Mulyani, Sri., Menuju Sistem Pengawasan Industri Sekuritas Efisien, Jakarta: Bisnis Indonesia 17 Desember 1999.

Nasarudin, M. lrsan dan Surya, Indera., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004.

Nasution, Bismar., Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta 2001

Nemirowsky, Hugo dan Right, Jesse., Issues Surrounding Security Regulation in Latin America and the Carribean, Sustainable Development Department, The Inter American Development Bank

N.N.,Menjaring Laba di Bursa Saham, Jakarta: Multijasa Reka Kreativa, 1989. Oesterle, Dale Arthur.,”The Inexorable March Toward A Countinuos Disclosure

Requirement for Public Traded Corporation: Are We There Yet” Cardozo Law Review, volume 20:135,th1998.

Pickholz G. Marvin dan Horahan B. Edwar., III, “The SEC’s Version of The Efficient Market Theory and its Impact on Securities Law Liabilities, “Washington and


(4)

Rahardjo, Satjipto.,Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996.

Ruru, Bacelius., Pasar Modal Indonesia, Pasca Deregulasi Paket Desember 1990, Yogyakarta, 1994.

Sitompul, Asril., Penawaran Umum dan Permasalahannya Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000

Soekanto, Soejono., Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta 2005.

Soekanto, Soerjono., Mamudji, Sri., Penelitian Hukum Normatif Sesuatu Tinjauan Singkat, PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1995.

Sutojo, Siswanto & Aldridge, E Jhon., Good Corporate Governance, Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka, 2005.

Suryabrata, Samadi.,Metodelogi Penelitian,Raja Grafindo, Persada Jakarta, 1998. Sutedi Adrian.,Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009. Tangkilisan, Hassel Nogi S., Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate

Governance, Yogyakarta: Balairung & Co, 2003.

Tjager, I Nyoman.,Corporate Governance, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003.

Tunggal, Iman Sjahputra., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Harvarindo, 2000.

Usman, Marzuki dkk., ABC Pasar Modal Indonesia, Institut Bankir Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Jakarta, Jakarta, 1994.

Widoatmojo, Sawidji.,Pasar Modal Indonesia : Pengantar dan Studi Kasus,Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009.

Winarto, Jasso., Pasar Modal Indonesia, Retropeksi lima tahun Swastanisasi BEJ Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.


(5)

B. Makalah dan Kepustakaan Lain

Nahattands, Lambock V.,"Aspek Penegakan Hukum dalam Kegiatan Pasar Modal", Makalah pada Seminar Perlindungan Masyarakat Investor, Jakarta, 14 Juni 1995.

Radjaguguk, Erman., “Mekanisme Pasar Modal dan Persoalan-persoalan Hukum yang Timbul” Makalah seminar Masalah-masalah Hukum di Pasar Modal Indonesia,Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 1-2 Maret 1992 Ruru, Bacelius., "Perlindungan lnvestor dan Permasalahanya", Makalah pada Seminar Hubungan antara Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris, Hak Wewenang dan Tanggung Jawabnya, Jakarta Convention Centre, 14 Juni 1995. Syakhroza, Akhamad., “Best Practice Corporate Governance dalam Kontek Lokal

Perbankan Indonesia,UsahawanNo.06 Th.XXXII Juni 2003.

Tjager, I Nyoman., Peranan Notaris di Pasar Modal,Makalah pada Masa Orientasi Perguruan Tinggi Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok 26 Agustus 2000.

Purba A. Zen Umar., “Pendapat Hukum dan Pemeriksaan dalam rangka Pasar Modal Indonesia”, makalah pada seminar Legal Audit dan Legal Opinion dalam Aktivitas Bisnis, Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Parahiyangan, (Bandung: 2 April 1994)

C. Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

Peraturan Bapepam-LK No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada Publik.

Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta No. 01/BEJ/1992 Huruf G Peraturan Pencatatan PT Bursa Efek Jakarta

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep.-86/PM/1996 tanggal : 24 Januari 1996 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus segera Diumumkan kepada Publik. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-97/PM/ 1996 tentang Pedoman Penyajian


(6)

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. IV/MPR/1999-2004, Bab IV. Huruf B butir 8

Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal

Peraturan pemerintah No. 46 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang pasar Modal.

Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-36/PM/2003 tanggal 30 September 2003 tentang laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan. Keputusan Direksi PT BEJ No. Kep-316/BEJ/062000 tanggal 30 Juni 2000.

Mengenai ketentuan penyampaian laporan keuangan berkala.

Keputusan Direksi PT BEJ No. Kep-05/BEJ/XII/1993 tanggal 28 Desember 1993. Tentang Keanggotaan Bursa

D. Website

Hendra Mohamad., Suspend (Suspensi), Posted May 13, 2009 at 12:57 pm http://pasarmodal.blog.gunadarma.ac.id/2009/05/13/suspend-suspensi/ diakses 20 Maret 2011

Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Menyunting Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan http://www.bapepam.go.id/ diakses 15 Mei 2011

http://justcallmehani.blogspot.com/2009/02/cornering.html diakses tanggal 10 Juli 2011