dan polifenol yang merupakan agensia antioksidan. Di Amerika, produk sari buah delima dikenal sebagai jenis minuman kesehatan terbaru Wijanarko, 2008.
Sekarang ini banyak peneliti didunia mulai menyoroti tanaman-tanaman obat untuk dijadikan alternatif guna mengatasi permasalahan reproduksi tersebut,
karena penggunaan tanaman obat herba bersifat alami dan tidak berbahaya bagi pemakainya. Salah satu contoh adalah tanaman buah delima yang diduga
merupakan tanaman yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan reproduksi.
1.2 Permasalahan
Ekstrak daun tembakau Nicotiana tabacum L. menurunkan kualitas spermatogenesis mencit Mus musculusL. yang meliputi jumlah sel
spermatogonia, spermatosit primer, spermatid dan lapisan sel serta menurunkan viabilitas dan kecepatan gerak Nugraheni et al.,2003. Seiring dengan hal
tersebut pemberian asupan jus buah delima yang mengandung polifenol dan flavonoid yang merupakan antioksidan juga diduga dapat memulihkan kembali
keadaan sperma secara kualitas. Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan apakah jus delima dapat memulihkan spermatozoa mencit Mus musculus L.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi pengaruh pemberian jus buah delima Punica granatumL. terhadap kualitas sperma mencit
yang telah diinduksi ekstrak daun tembakau.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian yang dilaksanakan adalah pemberian jus buah delima pada mencit Mus musculus L. dapat meningkatkan jumlah, morfologi,
viabilitas dan motilitas spermatozoa setelah pemberian ekstrak daun tembakau.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah delima Punica granatumL. terhadap kualitas sperma mencit yang telah
diinduksi ekstrak daun tembakau.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Klasifikasi Delima Punica granatum L. Klasifikasi ilmiah buah delima adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatumL.
sumber: Budka2008 Secara morfologi, tumbuhan delima Punica granatum merupakan
tanaman semak atau perdu meranggas yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 5-8 meter. Tanaman ini berasal dari Persia dan daerah Himalaya yang terletak di
selatan India. Tanaman buah delima tersebar mulai dari daerah subtropik hingga tropik, dari dataran rendah hingga ketinggian di bawah 1000 mdpl. Tanaman ini
sangat cocok untuk ditanam di tanah yang gembur dan tidak terendam oleh air, serta air tanahnya tidak dalam Madhawati, 2012.
Batang tanaman delima berbentuk kayu ranting yang bersegi, dan percabangan banyak tetapi lemah. Pada ketiak daunnya, terdapat duri dan
warnanya coklat. Daunnya tunggal dengan tangkai yang pendek dan letaknya berkelompok. Daun delima memiliki bentuk yang lonjong dengan pangkal yang
lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, dan permukaan mengkilap. Panjang daun bisa mencapai 1-9 cm dengan lebar 0,5-2,5 cm Savitri, 2008.
Delima dapat berbunga sepanjang tahun, bunganya tunggal dengan tangkai pendek, serta keluar di ujung ranting atau ketiak daun yang paling atas. Bunga
delima biasanya 1-5 kuntum berada di ujung ranting, berlilin, panjang dan lebarnya masing-masing 4-5 cm, daun kelopak dan penyangganya sama-sama 2-3
cm panjangnya. Bunga delima biasanya berwarna merah, putih dan ungu. Warna
bunga dapat menentukan warna daging buah delima di dalamnya Madhawati,
2012.
2.2Kandungan Buah Delima Punica granatum L. Flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan memiliki khasiat antioksidan.
Salah satu komponen flavonoid dari tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai antioksidan adalah zat warna alami yang disebut antosianin. Warna merah pada
delima disebabkan oleh kandungan antosianin yang cukup tinggi pada buah delima. Antosianin yang dapat diidentifikasi pada buah delima merah anatara lain
delphinidin 3-glucoside dan 3,5diglucoside, cyanidin 3-glucoside dan 3,5- diglucoside, pelargonidin 3-glucoside dan 3,5 diglucoside. Rasa kesat pada buah
delima disebabkan kandungan flavonoid golongan polifenol yang tinggi. Salah satu peran flavonoid yang penting adalah sebagai antioksidan. Flavonoid dapat
menstabilkan senyawa oksigen reaktif yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas Yanjun et al, 2009: Nijveldt, 2001.
Beberapa studi menyebutkan manfaat dan keuntungan dari delima pada manusia antara lain sebagai antioksidan yang sangat baik untuk mengurangi tubuh
kita dari kerusakan oksidatif. Asupan antioksidan sekunder dari bahan pangan sangat diperlukan. Makin tinggi asupan antioksidan eksogenus, makin tinggi pula
status antioksidan endogenus. Diperlukan konsumsi bahan makanan yang kaya akan komponen antioksidan dalam tubuh sehingga mampu menekan kerusakan sel
yang berlebihan dan mempertahankan status antioksidan seluler Harborne and Wiliam, 2001; Buhler and Miranda, 2000.
Bagian dari buah delima yang dapat dimakan kurang lebih 50 dari berat total buah terdiri dari 80 jus dan 20 biji. Jus segar dari buah delima
mengandung 85 air, 10 gula dan 1,5 pektin, asam askorbat, dan flavonoid polifenol Eibond, 2004. Kandungan polifenol dalam jus delima tergantung dari
jenis atau varietasnya yang sebagian besar terdiri dari antosianin, katekin, ellagic tannis, gallic dan ellagic acid. Polifenol komplek bersifat sebagai antioksidan
yang dapat diserap dalam tubuh manusia. Selain polifenol, jus delima juga mengandung vitamin C yang bersifat sebagai antioksidan Buhler and Miranda,
2000; Ignarro et al., 2006.
Menurut Duke 2010 kandungan kulit buah delima merah yang mempunyai efek farmakologis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis Kulit Buah Delima Kandungan kimia Efek Farmakologis
Pelletierene Anthihelminthes
Granatin Antihepatotoksik dan antioksidan
Betulic acid Antihelminthes, antibakterial, antikanker, antiinflamasi,
antimalaria, antiviral Ursolic acid
Analgesik, antiarthritis, antibakterial, antioksidan, antikanker Eligatanin
Antialergik, antioksidan Beta-sitosterol
Antibakterial, antikanker, antioksidan Casuarin
Antioksidan Ellagic acid
Antikanker, antikatarak, antiseptik, antiviral, antioksidan Friedelin
Antiinflamasi, diuretik Isopelletierine
Midriasis, laksatif Punicalagin
Antioksidan
2.3 Organ Reproduksi Mencit jantan
Organ reproduksi mencit jantan Mus musculus L. terdiri dari: testis, epididimis, Vas deferens, kelenjar aksesoris dan bebarapa organ pendukung
lainnya. Berikut dijelaskan beberapa organ utama reproduksi mencit:
A.Testis
Setiap testis ditutupi dengan jaringan ikat fibrosa, tunika albuginea, bagian tipisnya atau septa akan memasuki organ untuk membelah menjadi lobus yang
mengandung beberapa tubulus disebut tubulus seminiferus. Bagian tunika memasuki testis dan bagian arteri testiskuler yang masuk disebut sebagai hilus.
Epitel tubulus seminiferus berada tepat di bawah membran basalis yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrosa yang tipis. Antara tubulus adalah stroma interstitial,
terdiri atas gumpalan sel leydig ataupun sel sertoli dan kaya akan darah dan cairan limfe Rugh, 1968.
B. Epididimis
Epididimis terletak pada bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri
dari bagian kaput, korpus dan kauda epididimis. Epitel epididimis memiliki dua fungsi. Pertama mensekresi plasma epididimis yang bersifat kompleks tempat
sperma tersuspensikan dan mengalami pematangan. Kedua, mengabsobsi kembali
cairan testikuler yang mengankut sperma dari tubulus seminiferus dan sperma yang sudah rusak Rugh, 1968.
C.Vas Deferens
Vas deferens merupakan suatu saluran yang menghubungkan epididimis dan uretra. Letak vas deferens dimulai dari ujung kauda epididimis yang ada
dalam kantung skrotum, lalu naik ke bagian atas lipat paha. Sebelum masuk ke uretra, vas deferens ini bergabung terlebih dahulu dengan saluran ekskresi vesika
seminalis membentuk duktus ejakulatoris. Pada saat ejakulasi sperma dari epididimis diangkut melalui vas deferens dengan suatu seri kontraksi yang
dikontrol oleh saraf Rugh, 1968.
D. Kelenjar Aksesoris
Kelenjar-kelenjar tambahan menghasilkan plasma semen yang memungkinkan sperma dapat bergerak aktif dan hidup untuk waktu tertentu.
Kelenjar tambahan tersebut adalah kelenjar bulbourethra, kelenjar prostad dan vesika seminalis Rugh, 1968.
2.4 Spermatogenesis