Perbedaan Gangguan Tidur Pada Remaja Urban dan Suburban

(1)

PERBEDAAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA URBAN DAN SUBURBAN

TESIS

NUR’AINI 087103002/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PERBEDAAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA URBAN DAN SUBURBAN

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

NUR’AINI 087103002/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : Perbedaan Gangguan Tidur Pada Remaja Urban dan Suburban

Nama : Nur’aini

Nomor Induk Mahasiswa : 087103002

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Sri Sofyani, SpA(K)

Anggota

Dr. Supriatmo, SpA(K)

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

dr. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)


(4)

PERNYATAAN

PERBEDAAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA URBAN DAN SUBURBAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 25 Agustus 2011


(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : dr. Sri Sofyani, SpA(K) ………

Anggota : dr. Supriatmo, SpA(K) ………

Elvi Andriani Yusuf, MSi (Psi) ..………...

dr. Tiangsa Sembiring, SpA(K) .…………...

dr. Yazid Dimyati, SpA(K) ………


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan

kasih-Nya kepada penulis, hingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai jadwal

yang telah direncanakan.

Tesis ini dibuat sebagai tugas akhir, sekaligus untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Magister Kedokteran

Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Kekurangan dan

kelemahan menjadi pelajaran berharga bagi penulis, oleh karena itu

segala masukan, saran yang berharga serta kritik yang konstruktif dari

semua pihak akan diterima dengan lapang dada dan kerendahan hati,

demi perbaikan tesis ini ke arah yang lebih baik di masa yang akan

datang.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Sri Sofyani, SpA(K), dan Pembimbing II dr.


(7)

kritik berharga mulai dari tahap awal penelitian hingga penyelesaian

penulisan tesis ini.

2. Team penguji Ibu Elvi Andriani Yusuf, Msi(Psi), dr. Tiangsa Sembiring,

SpA(K) dan dr. Yazid Dimyati SpA(K), yang juga telah banyak

memberi masukan, arahan, saran dan kritik berharga dan konstruktif

selama proses penelitian dan penulisan tesis ini berlangsung.

3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dan dr. Siska Mayasari Lubis, M.Ked (Ped) SpA, selaku Sekretaris

Departeman Ilmu Kesehatan Anak yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian tesis ini.

4. Prof. dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K), yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program

Pendidikan Dokter Spesialis Anak di Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), dan Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD,

KGEH, yang juga telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. dr. Melda Deliana, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan


(8)

Utara dan dr. Beby Sofyani M.Ked (Ped), SpA yang telah

memberikan banyak bantuan dan pengarahan selama masa

penelitian hingga penyelesaian penulisan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik

Medan, yang telah mendidik penulis dalam perkuliahan dan juga

telah memberikan sumbangan pemikiran selama masa penelitian

dan penyelesaian penulisan tesis ini berlangsung.

8. Para kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Menengah Pertama

(SMP), meliputi SMP yang di suburban yaitu SMP 31 Lau Chi

kecamatan Medan Tuntungan dan SMP di urban yaitu SMP GPKI

dan SMP Syafiyyatul Amaliyah di kecamatan Medan Baru yang telah

memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat

terlaksana dengan baik.

9. Teman-teman PPDS periode 2008 yang tidak mungkin dapat saya

lupakan yang telah membantu saya dalam pendidikan, penelitian dan

penyelesaian tesis ini, Linawati, Arida Muriani Lubis, Winra Pratita,

Masitha Sri Wahyuni, Hafaz Z.A, Marlisye Marpaung, Merina Daulay,

Hendri Wijaya, Mars Nasrah Abdullah, Sriyanti Harahap , Ifo Fauziah

Sihite, Windya Sari Nasution, dan Ade Amelia yang selama dua

setengah tahun bersama-sama dalam suka dan duka serta teman


(9)

10. Pemerintah Aceh Tamiang dan segenap jajarannya, yang telah

memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

11. Kepada Yayasan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Nanggro

Aceh Darussallam, yang telah memberikan bantuan dalam penelitian

dan penyelesaian tesis ini.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta

penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk suami tercinta Erie Widyanto, ST, terima kasih

atas doa, pengertian, dukungan dan pengorbanan tanpa kenal lelah yang

telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Mudah-mudahan

Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karunia Nya

buat kita semua.

Kepada yang tercinta orangtua Alm Usman Simangunsong dan Upik

Panjaitan serta kakak dan adik – adik Dra Nur’aisyah, Nurhafni SE, Sri

Ramadhani Amd, Ivana US Amd dan M. Ridwan Syahputra serta mertua

tercinta Drs Huddy Sumantri dan Rury Siti Siswati dan adik- adik yang

selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil

selama penulis mengikuti pendidikan ini. Terima kasih atas doa,

pengertian, dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan


(10)

diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah Yang Maha

Kuasa.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih

sangat banyak kelemahan dan kekurangan, izinkanlah penulis mohon

maaf yang setulus-tulusnya atas kesalahan dan kekurangan, semoga

segala bantuan, dorongan, bimbingan yang diberikan kiranya mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan penulis berharap

semoga penelitian dan tulisan ini dapat membawa manfaat bagi kita

semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, 25 Agustus 2011

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Persetujuan iii

Lembaran Pernyataan iv

Ucapan Terima Kasih vi

Daftar Isi xi

Daftar Tabel xiii

Daftar Gambar xiv

Daftar Singkatan xv

Daftar Lambang xvi

Abstrak xvii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Hipotesis 4

1.4. Tujuan Penelitian 4

1.5. Manfaat Penelitian 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pola Tidur Normal Pada Remaja 6

2.2. Remaja 7

2.3. Gangguan Tidur 2.3.1. Defenisi Gangguan Tidur 8

2.3.2. Epidemiologi Gangguan Tidur 8

2.3.3. Klasifikasi Gangguan Tidur 9

2.3.4. Etiologi dan Faktor Risiko 10

2.3.5. Dampak Gangguan Tidur pada Remaja 12

2.3.6. Diagnosis 13

2.3.7. Tatalaksana 16

2.4. Pengertian Urban dan Suburban 17

2.5. Kerangka Konsep 19

BAB 3. METODOLOGI 3.1. Desain Penelitian 20

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 20

3.3. Populasi dan Sampel 20

3.4. Besar Sampel 21

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi 22

3.5.2. Kriteria Eksklusi 22

3.6. Persetujuan / Informed Consent 22

3.7. Etika Penelitian 22


(12)

3.9. Cara Kerja dan Alur Penelitian

3.9.1. Cara Kerja 23

3.9.2. Alur Penelitian 24

3.10. Identifikasi Variabel 24

3.11. Definisi Operasional 25

3.12. Pengolahan dan Analisis Data 32

BAB 4. HASIL

4.1. Hasil Penelitian 33

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pembahasan 39

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Penelitian 43

6.2. Saran 43

RINGKASAN 44

SUMMARY 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN

1. Komite Etik Fakultas Kedokteran

2. Jadwal Penelitian

3. Personil Penelitian

4. Perkiraan Biaya

5. Lembar Penjelasan

6. Persetujuan Setelah Penjelasan

7. Lembaran Kuisioner Skala Gangguan Tidur 8. Riwayat Hidup


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 35

Tabel 4.2. Kategori klinis tidur urban dan suburban 35

Tabel 4.3. Jenis gangguan tidur pada urban dan suburban 36

Tabel 4.4. Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur urban dan 37


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konseptual 19


(15)

DAFTAR SINGKATAN

SDSC : Sleep Disturbance Scale for Children

FK-USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PPDGJ III : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi ke-3

GPKI : Gereja Kristen Protestan Indonesia REM : Rapid Eye Movement

NREM : Non-rapid Eye Movement WHO : Word Health Organization SMU : Sekolah Menengah Umum SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPSS : Statistical Package for Social Sciense

DSM IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition, Text Revision


(16)

DAFTAR LAMBANG

 : Kesalahan tipe I

 : Kesalahan tipe II

n1 : Jumlah subjek / sampel urban (kelompok I) n 2 : Jumlah subjek/ sampel suburban (kelompok II) P : Proporsi

P1 : Proporsi gangguan tidur kelompok I P2 : Proporsi gangguan tidur kelompok II Q : 1 – P

Q1 : 1 – P1 Q2 : 1 – P2

Z : Deviat baku normal untuk  Z : Deviat baku normal untuk 

P : Tingkat kemaknaan

> : Lebih besar dari < : Lebih kecil dari

≥ : Lebih besar atau sama dengan dari ≤ : Lebih kecil atau sama dengan dari


(17)

ABSTRAK

Latar Belakang: Gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja yang dipengaruhi berbagai faktor baik medis maupun non-medis. Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga, gaya hidup, dan lingkungan urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur pada remaja. Proses modrenisasi di urban dimana media tehnologi informasi semakin berkembang, dan kurangnya pemantaun orangtua terhadap remaja mengakibatkan terjadinya perubahan pola tidur pada remaja, sehingga terjadi gangguan tidur. Gangguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan perkembangan sosial. Masih terbatasnya penelitian mengenai gangguan tidur pada remaja.

Tujuan: Mengetahui perbedaan gangguan tidur pada remaja urban dan suburban serta faktor yang paling mempengaruhinya.

Metode: Suatu penelitian cross sectional dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di SMP Syaffiyatul Amaliyah dan GPKI (Gereja Protestan Kristen Indonesia) Kecamatan Medan Baru sebagai daerah urban dan SMPN 31 Lau chih Kecamatan Tuntungan sebagai daerah suburban di Medan, Propinsi Sumatera Utara. Sampel dipilih secara consecutive sampling yaitu remaja SMP usia 12 sampai 15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam penelitian. Gangguan tidur pada remaja dinilai dengan menggunakan SDSC (Sleep Disturbances Scale for Children) dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan tidur. Analisis yang digunakan adalah uji t independen dan uji kai-kuadrat.

Hasil: Sebanyak masing - masing 350 remaja urban dan suburban yang mengikuti penelitian dengan rentang usia 12 sampai 15 tahun. Pada penelitian ini didapati remaja yang mengalami gangguan tidur di urban 133(38%), borderline 182 (52%), normal atau tidak mengalami gangguan tidur 35 (10%) dan suburban 132 (37,7%), borderline 180 (51.4%), normal 38 (10.9%) dengan (P 0.195) Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya gangguan tidur di urban dan suburban adalah suara bising yang berasal dari lingkungan (P 0.001) dan minum minuman yang mengandung kafein (P 0.001). Berdasarkan kuesioner SDSC adanya perbedaan dari jenis gangguan tidur antara urban dan suburban.

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan gangguan tidur antara remaja urban dan suburban tetapi berdasarkan SDSC didapati perbedaan jenis gangguan tidur antara urban dan suburban. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya gangguan tidur urban dan suburban adalah suara bising dan kafein.

Kata kunci: Remaja, urban, suburban, gangguan tidur, kuesioner gangguan tidur.


(18)

ABSTRACT

Background: Sleep disturbances commonly occur in adolescents. Disparities of family’s socioeconomic levels, life style, and urban-suburban environment have an influence on the sleep pattern of adolescents. The modernization process in urban environment is marked by the development of information technology media and lack of parental monitoring in adolescents resulted in the incident of sleep disturbances among them. Sleep disturbances can affect physical growth, emotional, cognitive, and social development. This study was conducted considering limited studies on sleep disturbances in adolescents.

Objective: To determine the differences on sleep disturbances in urban and suburban adolescents and to find out the most influencing factors in the incident of sleep disturbance.

Methods: A cross-sectional study was conducted on the 12 to 15 years junior high school students in urban (n=350) and suburban (n=350) environments in the city of Medan, Sumatera Utara, who met the inclusion and exclusion criteria. The screening test for sleep disturbances screening using SDSC (Sleep Disturbances Scale for Children) was done from May to June 2010. SDSC was a set questionaire filled out by the parents based on what they remember about their children’s sleep pattern for the last 6 months. The data obtained were analyzed through the independent t-test and chi square tests.

Results: Urban adolescents experienced sleep disturbances were 133 (38%), borderline 182 (52%) and normal 35 (10%), while for the sub-urban adolescents 132 (37,7%), 180 (51,4%), 38 (10,9%) respectively (P 0.192). The most influencing factor of sleep disturbances in urban and suburban were noisy that come from the near environment (P 0.001) and drink that contain caffeine (P 0.001). Based on questionaires SDSC differences of types of sleep disordesr among urban and suburban.

Conclusion: There were no differences in sleep disturbances between the urban and sub-urban adolescents but based on the SDSC were found diffrentences of types of sleep disorders among urban and suburban. The most influencing factor in the incident of sleep disturbances for the urban and sub-urban was noisy and caffeine.


(19)

ABSTRAK

Latar Belakang: Gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja yang dipengaruhi berbagai faktor baik medis maupun non-medis. Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga, gaya hidup, dan lingkungan urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur pada remaja. Proses modrenisasi di urban dimana media tehnologi informasi semakin berkembang, dan kurangnya pemantaun orangtua terhadap remaja mengakibatkan terjadinya perubahan pola tidur pada remaja, sehingga terjadi gangguan tidur. Gangguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan perkembangan sosial. Masih terbatasnya penelitian mengenai gangguan tidur pada remaja.

Tujuan: Mengetahui perbedaan gangguan tidur pada remaja urban dan suburban serta faktor yang paling mempengaruhinya.

Metode: Suatu penelitian cross sectional dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2010 di SMP Syaffiyatul Amaliyah dan GPKI (Gereja Protestan Kristen Indonesia) Kecamatan Medan Baru sebagai daerah urban dan SMPN 31 Lau chih Kecamatan Tuntungan sebagai daerah suburban di Medan, Propinsi Sumatera Utara. Sampel dipilih secara consecutive sampling yaitu remaja SMP usia 12 sampai 15 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diikutsertakan dalam penelitian. Gangguan tidur pada remaja dinilai dengan menggunakan SDSC (Sleep Disturbances Scale for Children) dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan tidur. Analisis yang digunakan adalah uji t independen dan uji kai-kuadrat.

Hasil: Sebanyak masing - masing 350 remaja urban dan suburban yang mengikuti penelitian dengan rentang usia 12 sampai 15 tahun. Pada penelitian ini didapati remaja yang mengalami gangguan tidur di urban 133(38%), borderline 182 (52%), normal atau tidak mengalami gangguan tidur 35 (10%) dan suburban 132 (37,7%), borderline 180 (51.4%), normal 38 (10.9%) dengan (P 0.195) Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya gangguan tidur di urban dan suburban adalah suara bising yang berasal dari lingkungan (P 0.001) dan minum minuman yang mengandung kafein (P 0.001). Berdasarkan kuesioner SDSC adanya perbedaan dari jenis gangguan tidur antara urban dan suburban.

Kesimpulan: Tidak ada perbedaan gangguan tidur antara remaja urban dan suburban tetapi berdasarkan SDSC didapati perbedaan jenis gangguan tidur antara urban dan suburban. Faktor yang paling mempengaruhi terjadinya gangguan tidur urban dan suburban adalah suara bising dan kafein.

Kata kunci: Remaja, urban, suburban, gangguan tidur, kuesioner gangguan tidur.


(20)

ABSTRACT

Background: Sleep disturbances commonly occur in adolescents. Disparities of family’s socioeconomic levels, life style, and urban-suburban environment have an influence on the sleep pattern of adolescents. The modernization process in urban environment is marked by the development of information technology media and lack of parental monitoring in adolescents resulted in the incident of sleep disturbances among them. Sleep disturbances can affect physical growth, emotional, cognitive, and social development. This study was conducted considering limited studies on sleep disturbances in adolescents.

Objective: To determine the differences on sleep disturbances in urban and suburban adolescents and to find out the most influencing factors in the incident of sleep disturbance.

Methods: A cross-sectional study was conducted on the 12 to 15 years junior high school students in urban (n=350) and suburban (n=350) environments in the city of Medan, Sumatera Utara, who met the inclusion and exclusion criteria. The screening test for sleep disturbances screening using SDSC (Sleep Disturbances Scale for Children) was done from May to June 2010. SDSC was a set questionaire filled out by the parents based on what they remember about their children’s sleep pattern for the last 6 months. The data obtained were analyzed through the independent t-test and chi square tests.

Results: Urban adolescents experienced sleep disturbances were 133 (38%), borderline 182 (52%) and normal 35 (10%), while for the sub-urban adolescents 132 (37,7%), 180 (51,4%), 38 (10,9%) respectively (P 0.192). The most influencing factor of sleep disturbances in urban and suburban were noisy that come from the near environment (P 0.001) and drink that contain caffeine (P 0.001). Based on questionaires SDSC differences of types of sleep disordesr among urban and suburban.

Conclusion: There were no differences in sleep disturbances between the urban and sub-urban adolescents but based on the SDSC were found diffrentences of types of sleep disorders among urban and suburban. The most influencing factor in the incident of sleep disturbances for the urban and sub-urban was noisy and caffeine.


(21)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang memiliki karakteristik

adanya perubahan penting dalam fungsi kognitif, perilaku, sosial, dan

emosional sesuai perkembangan biologis, serta adanya fungsi dan

tuntutan baru dalam lingkungan keluarga maupun sosial. Pada remaja

terdapat perubahan dramatis dalam pola tidur-siaga selama remaja,

termasuk berkurangnya durasi tidur, tertundanya waktu tidur, dan

bertambahnya perbedaan pola tidur pada hari kerja dan akhir pekan.

Kualitas tidur pada remaja juga cenderung berkurang.1

National Institute of Health menyimpulkan bahwa remaja adalah

kelompok beresiko tinggi mengalami gangguan tidur.2 Prevalensi

gangguan tidur pada remaja dari berbagai penelitian menunjukan hasil

yang bervariasi. Liu dkk mendapatkan 21,2% anak usia 2 sampai 12 tahun

di Beijing mengalami gangguan tidur.3 Penelitian Ohida dkk terhadap

siswa SMP dan SMU menunjukkkan prevalensi gangguan tidur bervariasi

mulai 15,3% hingga 39,2% bergantung pada jenis gangguan tidur yang

dialami.4 Di Indonesia belum terdapat penelitian epidemiologi mengenai

gangguan tidur pada remaja.

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan

dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada

seorang individu.5 Gangguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik,


(22)

menunjukkan besarnya kemungkinan masalah akademis, emosional,

kesehatan, dan perilaku pada remaja dapat dicegah atau diperbaiki

secara signifikan melalui intervensi yang memperbaiki kualitas dan

kuantitas tidur.1

Gangguan tidur pada remaja dipengaruhi berbagai faktor medis

maupun non-medis. Faktor-faktor non-medis yang mempengaruhi antara

lain jenis kelamin, pubertas, kebiasaan tidur, sosioekonomi, keluarga,

gaya hidup, dan lingkungan. Sedangkan faktor medis yang mempengaruhi

antara lain berbagai gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis seperti

asma dan dermatitis atopi.4,6,7

Diagnosis gangguan tidur pada remaja sulit ditegakkan, karena

keluhan gangguan tidur seringkali tidak disampaikan oleh remaja, selain

itu di usia remaja pola tidur tidak lagi menjadi pusat perhatian orang tua.

Hal tersebut menyebabkan gangguan tidur pada remaja seringkali tidak

terdeteksi, dan pada akhirnya tidak ditangani dengan baik. Uji tapis

gangguan tidur dapat dilakukan dengan bantuan berbagai metode, salah

satunya dengan Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC). SDSC

merupakan kuesioner yang diisi oleh orangtua pasien dengan mengingat

pola tidur anak mereka dalam keadaan sehat selama 6 bulan terakhir.

Metode SDSC dapat digunakan untuk mendeteksi adanya gangguan tidur

dan juga jenis gangguan tidur yang dialami oleh anak usia 6 hingga 15


(23)

normalitas yang distandarisasi, dan usia yang dipakai sesuai dengan usia

subjek yang diteliti.8,9

Berdasarkan pola jam sekolah, gaya hidup, dan pola aktivitas

remaja di luar jam sekolah, diperkirakan gangguan tidur merupakan

masalah yang banyak dialami oleh remaja. Oleh karena itu dilakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana gangguan tidur pada remaja dan

melihat apakah ada perbedaan gangguan tidur pada remaja di daerah

urban dan suburban. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui pola

tidur dan jenis-jenis gangguan tidur yang dialami oleh remaja tersebut,

serta faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan tidur.

Perbedaan tingkat sosial ekonomi keluarga, gaya hidup dan

lingkungan urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur pada

remaja. Proses modernisasi di urban dimana media tehnologi informasi

semakin berkembang dan kurangnya pemantauan orang tua terhadap

remaja mengakibatkan terjadinya perubahan pola tidur pada remaja yang

sehingga terjadi gangguan tidur.

Diharapkan dengan mengetahui besarnya masalah gangguan tidur

remaja di masyarakat beserta faktor-faktor yang berhubungan, dapat

dilakukan deteksi serta tatalaksana dini oleh petugas kesehatan terkait,


(24)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

- Bagaimana prevalensi gangguan tidur pada remaja di urban?

- Bagaimana prevalensi gangguan tidur pada remaja di suburban?

- Apakah terdapat perbedaan gangguan tidur pada remaja di urban dan suburban?

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan gangguan tidur pada remaja di urban dan suburban

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum : mengetahui perbedaan gangguan tidur pada

remaja urban dan suburban

1.4.2. Tujuan Khusus :

- mengetahui prevalensi gangguan tidur

- mengetahui faktor yang paling mempengaruhi gangguan tidur

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Dibidang akademik/ilmiah : mengetahui prevalensi gangguan tidur


(25)

1.5.2. Dibidang pelayanan masyarakat : meningkatkan pelayanan

kesehatan pada remaja yang mengalami ganguan tidur.

1.5.3. Dibidang pengembangan penelitian : dapat menjadi sumber

referensi mengenai gangguan tidur di kota Medan untuk penelitian


(26)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pola Tidur Normal pada Remaja

Tidur merupakan suatu fenomena yang umum, terjadi kehilangan

kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan suatu keadaan

fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya fluktuasi yang dinamik pada

parameter susunan syaraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan metabolik.10

Fase tidur terbagi menjadi dua macam yaitu rapid eye movement

(REM) dan non-rapid eye movement (NREM). Berdasarkan studi pola

gelombang otak NREM terbagi menjadi beberapa tingkat dimulai dari

keadaan mengantuk sampai tidur nyenyak. Tingkat awal (tingkat I dan II)

adalah mudah terbangun dan bahkan tidak menyadari bila sedang tertidur.

Tingkat lanjutan (tingkat III dan IV) ialah sangat sulit dibangunkan, dan

apabila dibangunkan akan disorientasi dan bingung.11

Kegunaan tidur belum sepenuhnya diketahui, tetapi tidur

merupakan proses penting dalam konsolidasi ingatan serta proses

penyembuhan.Lamanya kebutuhan tidur bervariasi antara tiap orang dan

sangat sulit untuk menilai berapa lama tidur yang dibutuhkan oleh

seseorang untuk dapat berfungsi optimal. 10

Pola tidur remaja perlu perhatian lebih karena berhubungan

pada performa sekolah. Pada 20 tahun terakhir ini, para peneliti


(27)

telat. Untuk terjatuh tidur menjadi lebih malam dan bangun tidur lebih

telat pada pagi hari. Dan remaja tersebut lebih waspada pada malam

hari dan menjadi lebih susah tidur.12

Menurut penelitian remaja membutuhkan waktu 9 sampai 9.25 jam

untuk tidur dalam sehari. Namun nyatanya sekitar 8 jam sehari karena

pengaruh waktu sekolah. Waktu tidur dan bangun berdasarkan waktu

sekolah dan kehidupan sosial akan mengkontribusi pengurangan waktu

tidur pada remaja.13 Penelitian yang dilakukan oleh Iglowstein dkk13

terhadap anak di Swiss mendapatkan hasil bahwa anak usia 12 sampai

15 tahun memiliki rata-rata jumlah waktu tidur sebanyak 8,4 sampai 9,3

jam per hari. 14

2.2 Remaja

WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia

10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua

kelompok umur yang tumpang-tindih ini digolongkan sebagai pemuda

(young people) yang mencakup usia 10 sampai 24 tahun.12 Secara garis

besar, fase remaja dibagi menjadi tiga periode penting, yaitu fase awal,

pertengahan, dan lanjut; yang masing-masing memiliki karakteristik dalam

hal biologis, psikologis, dan isu sosial.15 Berdasarkan Nelson dkk,

penggolongan fase remaja dibagi menjadi fase remaja awal, yaitu usia 10


(28)

tahun; dan fase remaja lanjut, yaitu usia 17 samapi 20 tahun hingga

seterusnya. 15

2.3Gangguan tidur

2.3.1 Defenisi Gangguan Tidur

Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan

dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada

seorang individu.5 Pada kelompok remaja, kurangnya durasi tidur juga

dapat terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup. Kualitas tidur

inadekuat adalah fragmentasi dan terputusnya tidur akibat periode singkat

terjaga di malam hari yang sering dan berulang.16

2.3.2 Epidemiologi Gangguan Tidur

Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dkk di SMU di provinsi

Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di malam

hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia.17

Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13

hingga 16 tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada

remaja menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan

usia median timbulnya insomnia adalah 11 tahun.18 Penelitian Halbower

dan Marcus yang menyatakan gangguan tidur yang paling banyak


(29)

2.3.3 Klasifikasi Gangguan Tidur

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di

Indonesia III WHO (PPDGJ III),gangguan tidur secara garis besar dibagi

dua, yaitu dissomnia dan parasomnia.20 Dissomnia merupakan suatu

kondisi psikogenik primer dengan ciri gangguan utama pada jumlah,

kualitas, atau waktu tidur yang terkait faktor emosional. Termasuk dalam

golongan ini antara lain adalah insomnia, hipersomnia, dan gangguan

jadwal tidur. Parasomnia merupakan peristiwa episodik abnormal yang

terjadi selama masa tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah

somnabulisme, teror tidur, dan mimpi buruk. Penggolongan gangguan

tidur lain berdasarkan PPDGJ III adalah gangguan tidur organik,

gangguan nonpsikogenik termasuk narkolepsi dan katapleksi, apne waktu

tidur, gangguan pergerakan episodik termasuk mioklonus nokturnal, dan

enuresis.

Menurut DSM IV-TR (American Psychiatric Association)20

gangguan tidur dibagi menjadi insomnia primer, hipersomnia primer,

narkolepsi, gangguan tidur yang berhubungan dengan pernapasan,

gangguan tidur irama sirkadian, gangguan mimpi buruk, gangguan teror

tidur, gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terkait kondisi medis, dan

gangguan tidur yang diinduksi zat.21 Sedangkan, Nelson dkk membuat

klasifikasi gangguan tidur spesifik pada anak dan remaja, karena pola

gangguan tidur pada anak berbeda dengan pola gangguan tidur pada


(30)

bertambahnya usia; dari masa bayi, anak, hingga remaja; kearah pola

tidur dewasa, yaitu durasi tidur yang berkurang, siklus tidur yang lebih

panjang, dan berkurangnya waktu tidur siang.15

2.3.4 Etiologi dan Faktor Risiko

Gangguan tidur pada remaja dipengaruhi berbagai faktor baik

medis maupun nonmedis. Penelitian di Jepang oleh Ohida T dkk pada

tahun 2004 menunjukkan beberapa faktor risiko terjadinya gangguan tidur,

yaitu jenis kelamin perempuan, siswa tingkat SMU, dan gaya hidup yang

tidak sehat (stres psikologis, merokok dan minum alkohol).4 Penelitian di

Cina oleh Liu X pada tahun 2000 juga menunjukkan hal yang serupa.17

Pubertas sebagai salah satu ciri yang dialami oleh remaja juga

memberikan pengaruh terhadap timbulnya gangguan tidur. Hipersomnia

adalah lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda sedangkan

insomnia lebih umum terjadi pada orang dewasa.7 Pada analisis

eksploratif insomnia dan perkembangan pubertas oleh Johnson EO dkk18,

didapatkan hasil bahwa menstruasi meningkatkan risiko insomnia.

Anak perempuan mengalami gangguan tidur dan kelelahan di siang

hari lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini diperkirakan karena perempuan

memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami kelelahan terkait pubertas,

prevalensi gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif terhadap


(31)

Patten dkk melakukan penelitian berbasis populasi secara

longitudinal dengan Teenage Attitudes and Practices Survey pada remaja

berusia 12 hingga 18 tahun untuk mengevaluasi faktor yang berkaitan

dengan perkembangan dan persistensi gangguan tidur pada remaja.23

Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin perempuan dan gejala depresi

yang jelas berhubungan dengan perkembangan, persistensi serta

frekuensi dari gangguan tidur. Merokok menunjukkan hubungan yang

bergantung dosis dalam perkembangan dan frekuensi gangguan tidur.

Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi berbagai hal di lingkungan

sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan seperti bunyi, cahaya,

pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi dan kualitas tidur.

Lokasi tidur juga mempengaruhi kualitas tidur seperti dikamar atau pada

transportasi umum. Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah

keadaan sosial ekonomi dan lingkungan sekitar seperti kelembaban, suhu

dingin, kumuh, kepadatan dan bising.24

Johnson dkk25 melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan

antara menonton televisi dengan gangguan tidur pada remaja dan dewasa

muda dengan metode penelitian prostektif longitudinal dengan cara

wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menonton

televisi lebih atau sama dengan 3 jam per hari memiliki peningkatan risiko

gangguan tidur yang bermakna pada saat dewasa, sedangkan remaja

yang membatasi menonton televisi hingga 1 jam atau kurang mengalami


(32)

Berbagai keadaan medis juga dapat menyebabkan timbulnya

gangguan tidur. Sebanyak 35-50% individu dengan kelainan neuropsikiatri

mengalami gangguan tidur. 7

2.3.5 Dampak Gangguan Tidur pada Remaja

Tidur berhubungan dengan kualitas dan kuantitas morbiditas dan

mortalitas. Menurut data epidemiologi tidur yang kurang dari 6 jam atau

tidur yang lebih dari 9 jam perhari, erat hubungannya dengan peningkatan

mortalitas.26

Kualitas dan kuantitas tidur yang kurang pada anak dapat

mengakibatkan terjadinya rasa kantuk yang berlebihan di siang hari dan

penurunan tingkat atensi di siang hari.2 Gangguan pola tidur berupa pola

tidur yang berlebihan dapat menimbulkan efek negatif pada performa di

sekolah, fungsi kognitif, dan mood sehingga dapat menimbulkan

konsekuensi serius lainnya seperti peningkatan angka kejadian

kecelakaan mobil dan motor.27

Dari hasil penelitian disebutkan bahwa berkurangnya waktu tidur

dan jadwal tidur yang tidak teratur terkait erat dengan performa sekolah

yang buruk pada remaja. Selain itu, pada penelitian sebelumnya terhadap

siswa SMU didapatkan bahwa siswa yang mendapat peringkat akademik

yang baik memiliki jadwal tidur yang lebih teratur dan waktu tidur yang


(33)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat keterkaitan antara

pola tidur atau bangun dan kemampuan persepsi mereka di sekolah dan

mempengaruhi hasil peringkat akademik dan nilai ujian mereka. 27

2.3.6 Diagnosis

Gangguan tidur secara umum terdiagnosis oleh dokter spesialis

anak atau sleep specialist. Jika orang tua menyadari akan hal tersebut

maka mereka akan berdiskusi dengan dokter. Tetapi tidak semua dokter

spesialis anak mengetahui variasi gangguan tidur pada anak dan remaja,

jika orang tua tidak puas akan hasil diskusi dengan dokter tersebut maka

biasanya orang tua akan membawa anaknya pada sleep specialist atau

sleep clinic.28

Di sekolah misalnya orang tua akan berkonsultasi dengan psikologi

untuk mendiskusikan gangguan tidur tersebut. Ternyata masalah perilaku

dan atensi anak mempengaruhi tidur anak karena akan berdampak pada

gangguan tidur atau waktu tidur berkurang termasuk sulit berkonsentrasi,

mudah marah, hiperaktifitas, dan tidak dapat mengontrol masalah.28 Untuk

mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap pola tidur penderita,

pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang, tingkatan stres psikis,

riwayat medis dan aktivitas fisik.8

Salah satu metode untuk diagnosis gangguan tidur adalah dengan

SDSC (Sleep Disturbancess Scale for Children), berupa suatu kuesioner


(34)

gangguan tidur. Kuesioner SDSC dibuat dalam rangka standardisasi

penilaian terhadap gangguan tidur anak-anak dan remaja dengan

memberikan kemudahan kepada ilmuwan dan peneliti untuk

menggunakan sistem skoring tidur, membuat basis data dari populasi

besar untuk mendapatkan standar nilai normal, mendefinisikan tiap-tiap

bagian yang dapat digunakan dalam mengidentifikasikan batasan spesifik

gangguan tidur dan mengidentifikasikan anak-anak yang mengalami

gangguan tidur.8

Metode SDSC digunakan karena prinsip analisis komponennya

yang kuat, normalitas yang distandardisasi, dan usia yang dipakai sesuai

dengan yang diteliti. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan

gangguan tidur pada anak dengan usia 6,5-15,3 tahun. Kuesioner SDSC

terdiri dari 26 pertanyaan, dinilai dalam 5 poin skala intensitas atau

frekuensi.9

Orang tua diinstruksikan untuk mengingat pola tidur anak mereka

pada waktu keadaan sehat selama enam bulan terakhir. Untuk memeriksa

anak dengan gangguan tidur, lebih baik menggunakan metode konsultasi

dibandingkan dengan kuesioner.8 Penilaian SDSC ini dilakukan dengan

menggunakan angka mulai dari 1 sampai dengan 5. Angka 1 untuk tidak

pernah, 2 untuk jarang (1 atau 2 kali per bulan atau kurang), 3 untuk

kadang-kadang (1 atau 2 kali seminggu), 4 untuk sering (3 sampai 5 kali


(35)

dijumlahkan dan didapatkan penilaian akan adanya gangguan tidur pada

anak.9

Total angka gangguan tidur didapatkan dengan menjumlahkan

seluruh angka faktor tidur. Standardisasi digunakan untuk mengkalkulasi

angka T (mean = 50, SD = 10), dengan angka T lebih besar dari 70 maka

dinyatakan terdapat gangguan tidur. Gangguan tidur anak dibagi menjadi

tiga kategori klinis berdasarkan total angka T: (1) normal (angka T<50); (2)

borderline (angka T 50-70); dan (3) signifikan secara klinis (angka T>70,

yaitu >95th sentil). Dalam penelitian ini total angka faktor gangguan tidur

dibagi menjadi dua variabel: angka T normal (T≤70) dan angka T dalam batas klinis (T>70). Dua variabel ini dikategorikan sebagai variabel terikat

dan usia serta jenis kelamin dikategorikan sebagai variabel bebas.9

Sleep Disturbancess Scale for Children (SDSC) mengemukakan

enam kategori gangguan tidur yaitu (1) gangguan memulai dan

mempertahankan tidur ( mulai tidur yang lama, bangun malam hari, dan

lain-lain); (2) gangguan pernapasan waktu tidur (frekuensi mengorok,

apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas); (3) gangguan kesadaran

(berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan teror tidur), (4) gangguan transisi

tidur-bangun (gerakan involunter saat tidur, restless legs, gerakan

menganggukkan kepala, bicara saat tidur); (5) gangguan somnolen

berlebihan (mengantuk saat pagi dan tengah hari, dan lain-lain); (6)


(36)

2.3.7 Tata Laksana

Secara umum, langkah awal untuk mengatasi gangguan tidur

akibat kondisi medik atau psikiatrik adalah dengan mengoptimalkan terapi

terhadap penyakit yang mendasarinya. Cara farmakologik dan

nonfarmakologik diperlukan untuk terapi gangguan tidur, namun

penatalaksanaan utama umumnya mencakup aspek nonfarmakologik.

Pada beberapa gangguan tidur tertentu, dibutuhkan

penanganan-penanganan khusus.11,29

Tatalaksana non farmakologik gangguan tidur antara lain adalah

melalui pengaturan higiene tidur, terapi pengontrolan stimulus, sleep

restriction therapy, terapi relaksasi dan biofeedback.29

Higiene tidur bertujuan untuk memberikan lingkungan dan kondisi

yang kondusif untuk tidur, dan merupakan aspek yang mutlak

dimanipulasi pada tatalaksana gangguan tidur.29

Terapi pengontrolan stimulus bertujuan untuk memutus siklus

masalah yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai atau jatuh

tidur.29

Sleep Restriction Therapy merupakan pembatasan waktu di tempat

tidur yang dapat membantu mengkonsolidasikan tidur. Terapi ini

bermanfaat untuk pasien yang berbaring di tempat tidur tanpa bisa

tertidur. 29


(37)

relaks cukup efektif untuk memperbaiki tidur. Pasien membutuhkan latihan

yang cukup dan serius.29

Beberapa gangguan tidur memerlukan perhatian khusus dalam

penatalaksanaanya. Pada psychophysiologic insomnia, terapi atau

penanganannya antara lain adalah melakukan edukasi kepada individu

tentang prinsip higiene tidur, menginstruksikan kepada mereka untuk

menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur dan keluar dari tempat tidur

jika belum dapat tertidur (stimulus), dan diajarkan bagaimana teknik

relaksasi untuk mengurangi ansietasnya. Medikasi hipnosis jarang

dibutuhkan.15

Terapi parasomnia meliputi edukasi kepada orang tua dan

memberikan dukungan, menghindari faktor yang dapat mempengaruhi.

Farmakoterapi dan atau psikoterapi jarang dibutuhkan.15

Restless Legs Syndrome/Periodic Limb Movement Disorder

merupakan gangguan tidur neuromotor dengan karakteristik rasa

kesemutan dan rasa tidak enak pada ekstrimitas bawah. Pengobatan

dengan agen dopaminergik seperti carbidopa, levodopa, dan agonis

dopaminergik, pramipexole, ropinirole, dan pergolide.15

Narkolepsi merupakan gangguan primer dari rasa kantuk yang

berlebihan pada siang hari. Penanganannya yaitu dengan memberikan


(38)

2.4 Pengertian urban & suburban

Urban artinya kota, dimana pemahaman arti kota meliputi dua aspek

besar yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek tersebut

yang pertama adalah aspek fisik sebagai wujud ruang dengan elemen -

elemennya dan kedua adalah aspek manusia sebagai subjek

pembangunan dan pengguna ruang kota. Dalam bahasa Inggris terdapat

dua kata yang menunjukkan kedua arti tersebut yaitu City dan Citizen,

yang pertama menyangkut wujud suatu tempat yang tebentuk oleh

prasarana dan sarana dan yang kedua menyangkut penghuninya. Kedua

aspek tersebut tidak dapat lepas satu dengan lainnya. Kota adalaah

tempat bermukimnya manusia dengan segala kehidupannya. Yang

mencirikan suatu kota yaitu kehidupan yang individualisme, aktivitas

ekonomi yang non agraris dan kepadatan penduduk. Pemukiman

pedesaan yang padat tidak dapat disamakan dengan pemukiman kota,

karena masyarakatnya relatif homogen, dengan aspek sosial ekonomi,

politik dan budaya, itulah yang membedakan kota dan desa.30

Suburban merupakan suatu proses substitusi daerah pinggiran ke

pusat kota. Daerah suburban terbentuk sebagai daerah yang tergantung

kepada kota induk. Sektor pendidikan menjadi kunci pada proses

pengembangan wilayah yang didukung oleh masyarakat lokal. Sektor

pendidikan pada kenyataanya tidak pernah dibangun melaui dasar


(39)

lokal. Pendidikan selalu berorientasi ke jenjang sekolah yang membawa

arus migrasi ke kota.30

2.5. Kerangka Konsep

Gangguan Tidur pada Remaja Urban &

Suburban Sosial Budaya - Co-sleeping Diteliti Tidak diteliti - Usia - Pubertas - Stress - Posisi tidur - Aktivitas fisik - Penggunaan

obat-obatan

- Kondisi medis / penyakit kronik lain

- Jenis kelamin - Kebiasaan tidur - Gaya hidup:

1. Minuman berkafein 2. Rokok

3. Alkohol

- Bising - Cahaya - Lokasi tidur

- Televisi di kamar tidur Lingkungan

suburb

Urban an &

- Pergerakan - Bau

- Kelembaban - Suhu dingin - Kumuh - Kepadatan Faktor Individu


(40)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Desain penelitian cross sectional digunakan untuk melihat perbedaan

antara gangguan tidur pada remaja urban dan suburban.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Syaffiyatul Amaliyah dan SMP GPKI di

Kecamatan Medan Baru sebagai daerah urban dan SMPN 31 di

Kecamatan Tuntungan sebagai daerah suburban di Medan dengan waktu

penelitian bulan Mei – Juni 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah remaja pelajar SMP urban dan suburban di Medan

Populasi terjangkau adalah remaja pelajar SMP disalah satu daerah

urban dan suburban di Medan

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis terhadap


(41)

n1 = n2 = (Z√2PQ + Z√P1Q1 + P2Q2 )2 (P1 – P2)2

n1 = jumlah subyek dalam kelompok urban (kelompok A)

n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok suburban (kelompok B)

 = kesalahan tipe I = 0,05 (Tingkat kepercayaan 95%)  Z = 1,96

 = kesalahan tipe II = 0,2 (kekuatan penelitian 80%)  Z = 0,842 P1 = proporsi gangguan tidur kelompok A = 0.3

Q1 = 1 – P1 = 0.7

P2 = proporsi gangguan tidur kelompok B = 0.1

Q2 = 1 – P2 = 0,9

P = P1+P2 = 0,2

2

Q = 1 – P = 0.8

Dengan menggunakan rumus di atas didapat besar sampel untuk

masing-masing kelompok sebanyak 62 orang. Koreksi besar sampel untuk

antisipasi drop out yaitu n = n / (1-f) → 70 orang. f= perkiraan proporsi drop out = 10% (0.1)

3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi 3.5.1. Kriteria inklusi

1. Remaja pelajar SMP usia 11 – 15 tahun ( kelas 1, 2 dan 3) 2. Remaja pelajar SMP yang bersedia mengisi kuesioner

3.5.2 Kriteria Eksklusi


(42)

2. Remaja dengan kelainan hormonal yang terlihat secara klinis

3.6. Persetujuan/Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuannya baik orang tua dan

anaknya setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir

penjelasan terlampir dalam usulan penelitian.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etis Kesehatan dari Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

3.8. Alat Ukur

Pada penelitian ini digunakan alat ukur :

1. SDSC (Sleep Disturbancess Scale for Children )

2. Kuesioner faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan tidur

3.9. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.9.1. Cara Kerja

1. Peneliti meminta izin kepada pihak SMP di urban dan suburban

2. Pemilihan subjek penelitian dipusatkan di salah satu SMP yang ada di

daerah urban Kecamatan Medan Baru yaitu SMP Syaffiyatul Amaliyah

dan GPKI dan daerah suburban Kecamatan Medan Tuntungan yaitu


(43)

3. Pengambilan subjek penelitian dilakukan tiap hari sampai jumlah

sampel terpenuhi.

4. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam

penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi

5. Data diperoleh dari wawancara dan kuesioner.

6. Semua subjek baik yang di urban dan suburban diberi kuesioner dan

dijelaskan bagaimana cara mengisi kuesioner tersebut.

7. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat

persetujuan

orangtua dimasukkan dalam penelitian dan kueioner diisi oleh subjek

dirumah bersama orangtua dan akan dikembalikan setelah selesai

diisi atau maksimal 1 minggu.

8. Kuesioner dikumpulkan kembali setelah diisi


(44)

3.9.2. Alur Penelitian

Kuesioner, wawancara Kuesioner, wawancara

Orang tua & remaja SMP

yang memenuhi kriteria inklusi di urban

Gangguan tidur (+) Gangguan tidur (-) Gangguan tidur (+) Gangguan tidur (-)

Faktor yang mempengaruhi : - Jenis kelamin

- Gaya Hidup - Bising - Teman tidur

- Televisi di kamar tidur

Faktor yang mempengaruhi : - Jenis kelamin

- Gaya Hidup - Bising - Teman Tidur

- Televisi di kamar tidur

Perbedaan Gangguan Tidur Urban

& Suburban

Orang tua & remaja SMP yang memenuhi kriteria

inklusi di suburban

3.10. Identifikasi variabel

Variabel bebas subjek penelitian : skala

 Jenis kelamin nominal

 Kebiasaan tidur kategorikal


(45)

 Kebiasaan minum minuman beralkohol kategorikal  Jumlah teman tidur ( co-sleeping ) kategorikal

 Bising kategorikal

 Cahaya kategorikal

 Lokasi tidur kategorikal

 Ketersedian televisi di ruang tidur kategorikal

Variabel terikat subjek penelitian : skala  Gangguan tidur pada remaja SMP numerik

3.11. Definisi Operasional dan Identifikasi Variabel

 Subjek penelitian adalah remaja pelajar SMP kelas 1,2,3 yang bersekolah di SMP daerah urban dan suburban.

 Urban adalah daerah perkotaan.

 Suburban adalah daerah pinggiran kota

 Usia adalah usia subjek yang dihitung sejak tanggal lahir subjek sampai pengisian kuesioner.

 Jenis kelamin adalah jenis kelamin subjek, dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

 Gangguan tidur adalah kumpulan kondisi yang dicirikan dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas atau waktu tidur pada seorang individu. Gangguan tidur diidentifikasi menggunakan Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) yang dimodifikasi


(46)

 Kuesioner yang pertama adalah SDSC yang terdiri dari 26 pertanyaan

 Kuesioner yang kedua adalah kuesioner faktor – faktor yang mempengaruhi gangguan tidur.

 SDSC Sleep Disturbances Scale for Chilren (SDSC) merupakan kuisioner yang terdiri dari 26 pertanyaan, yang masing-masing mewakili keenam kelompok gangguan tidur. Gangguan tidur dikategorikan menjadi tiga berdasarkan jumlah skor yang didapat, yaitu:

o Signifikan (skor > 70) o Borderline (skor 50-70) o Tidak signifikan (skor <50)

Variabel: gangguan tidur (data kategorikal)

Berdasarkan SDSC, gangguan tidur diklasifikasikan menjadi 6 kelompok, yaitu gangguan pernapasan waktu tidur, gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan kesadaran, gangguan transisi tidur-bangun, gangguan somnolen berlebihan, dan hiperhidrosis saat tidur. Skor masing-masing kelompok gangguan tidur diketahui dengan menjumlahkan skor pada pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kelompok tersebut :

o Skor gangguan memulai dan mempertahankan tidur didapatkan dari pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10, dan 11. Persentasi didapatkan dengan rumus : ( total skor/skor total gangguan tidur x 100% )

Variabel: gangguan memulai dan mempertahankan tidur (data numerik).

o Skor gangguan pernapasan waktu tidur didapatkan dari pertanyaan nomor 13, 14, dan 15. Persentase didapatkan


(47)

o Skor gangguan kesadaran didapatkan dari pertanyaan nomor 17, 20, dan 21. Persentase gangguan kesadaran didapatkan dengan : ( total skor/skor total gangguan tidur x 100%)

Variabel : gangguan kesadaran (data numerik).

o Skor gangguan transisi tidur-bangun didapatkan dari pertanyaan nomor 6, 7, 8, 12, 18, dan 19. Persentase didapatkan dengan rumus: ( total skor/skor total gangguan tidur x 100%)

Variabel: gangguan transisi tidur-bangun (data numerik).

o Skor gangguan somnolen berlebih didapatkan dari pertanyaan nomor 22, 23, 24, 25, dan 26. Persentase didapatkan dengan rumus: ( total skor/skor total gangguan tidur x 100% )

Variabel: gangguan somnolen berlebih (data numerik).

o Skor hiperhidrosis saat tidur didapatkan dari pertanyaan nomor 9 dan 16. Persentase didapatkan: (total skor/skor total gangguan tidur x 100%)

Variabel: hiperhidrosis saat tidur (data numerik).

 Kebiasaan tidur meliputi durasi tidur, perbedaan waktu bangun dan tidur subjek pada hari sekolah dan pada hari libur, kebiasaan sebelum tidur, dan aktivitas di tempat tidur.

o Durasi tidur hari sekolah

Durasi tidur hari sekolah adalah jumlah jam yang digunakan oleh

anak responden untuk tidur dimalam hari pada hari sekolah (Senin-Jumat). Rata-rata durasi tidur remaja dianggap normal adalah 8,4-9,3 jam.11 Durasi tidur dikelompokkan menjadi :

- Tidak cukup, jika durasi tidur kurang dari 8 jam - Cukup, jika durasi tidur 8 jam atau lebih

Variabel: durasi tidur di hari sekolah o Durasi tidur dihari libur

Durasi tidur hari sekolah adalah jumlah jam yang digunakan oleh anak responden untuk tidur dimalam hari pada hari libur (Sabtu/Minggu/hari libur lain).


(48)

Variabel: durasi tidur di hari libur o Waktu bangun di hari sekolah

Waktu bangun dihari sekolah adalah rata-rata waktu ketika subjek bangun dihari sekolah selama satu minggu terakhir.

Variabel: waktu bangun di hari sekolah o Waktu bangun dihari libur

Waktu bangun dihari libur adalah rata-rata waktu ketika subjek bangun di hari libur selama satu minggu terakhir.

Variabel: waktu bangun di hari libur o Waktu tidur di hari sekolah

Waktu tidur di hari sekolah adalah rata-rata waktu ketika subjek tidur di hari sekolah selama satu minggu terakhir.

Variabel: waktu tidur di hari sekolah o Waktu tidur di hari libur

Waktu tidur di hari libur adalah rata-rata waktu ketika subjek tidur di hari libur selama satu minggu terakhir.

Variabel: waktu tidur di hari libur o Perbedaan waktu bangun

Perbedaan waktu bangun adalah perbedaan waktu ketika subjek bangun dihari sekolah dengan waktu bangun subjek dihari libur. Variabel ini dibedakan menjadi :

- Tidak bermakna, perbedaan waktu bangun kurang dari atau sama dengan satu jam

- Bermakna, perbedaan waktu bangun lebih dari satu jam Variabel: perbedaan waktu bangun

o Perbedaan waktu tidur

Perbedaan waktu tidur adalah perbedaan waktu ketika subjek tidur dihari sekolah dengan waktu tidur subjek dihari libur. Dikatakan terdapat perbedaan waktu tidur jika terdapat


(49)

o Kegiatan sebelum tidur

Kegiatan sebelum tidur adalah kegiatan yang dilakukan 30-60 menit sebelum tidur.

- Mendukung, jika kegiatan sebelum tidur meliputi kegiatan yang menenangkan, seperti membaca buku, mendengarkan musik yang tenang, berdoa.

- Tidak mendukung, jika kegiatan sebelum tidur meliputi kegiatan yang dapat mengganggu ketenangan tidur, seperti mendengarkan musik yang keras, menonton film laga atau horor, mengobrol, menelpon, belajar, berolahraga.

Variabel: kegiatan sebelum tidur o Aktivitas di tempat tidur

Aktivitas di tempat tidur adalah segala aktivitas yang dilakukan subjek di atas tempat tidur. Aktivitas di tempat tidur yang baik adalah tidur.

- Baik, jika tempat tidur hanya digunakan untuk tidur.

- Tidak baik, jika tempat tidur juga digunakan untuk aktivitas lain selain tidur.

Variabel: aktivitas di tempat tidur

 Kebiasaan minum minuman berkafein

Kebiasaan minum minuman berkafein adalah kebiasaan untuk meminum minuman mengandung kafein seperti kopi, teh, soda, atau coklat pada saat makan malam atau setelahnya secara teratur setiap hari dalam 6 bulan terakhir. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ya, jika ada kebiasaan konsumsi minuman mengandung kafein o Tidak, jika tidak ada kebiasaan konsumsi minuman

mengandung kafein


(50)

 Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok adalah merokok maksimal 1 jam sebelum tidur, tanpa dipengaruhi jumlah atau jenis rokok, secara teratur dalam 6 bulan terakhir. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ya, jika ada kebiasaan merokok 1 jam sebelum tidur

o Tidak, jika tidak ada kebiasaan merokok 1 jam sebelum tidur Variabel: merokok

 Kebiasaan minum minuman beralkohol

Kebiasaan minum minuman beralkohol adalah kebiasaan untuk meminum minuman mengandung alkohol secara teratur rata-rata satu kali per hari dalam enam bulan terakhir. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ya, jika mengkonsumsi minuman beralkohol

o Tidak, jika tidak mengkonsumsi minuman beralkohol Variabel: konsumsi alkohol

 Bising

Bising adalah suara yang mengganggu subjek, datangnya dari lingkungan, dan tidak dapat diintervensi untuk berhenti. Contoh bising di antaranya: suara kendaraan di jalan raya, suara kereta yang melintas. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ya, jika terdapat bising. o Tidak, jika terdapat bising. Variabel: bising

 Cahaya

Cahaya merupakan cahaya yang berasal dari lampu yang digunakan oleh subjek saat tidur. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:


(51)

 Lokasi tidur

Lokasi tidur adalah ruangan atau tempat subjek tidur. Lokasi tidur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ruang tidur yaitu ruangan yang berfungsi sebagai tempat untuk tidur, terpisah dari ruangan lainnya

o Bukan ruang tidur, yaitu ruangan yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk tidur

Variabel: lokasi tidur

 Teman tidur (co-sleeping)

Teman tidur adalah orang yang tidur bersama dengan subjek dalam satu tempat tidur. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ada, jika subjek tidur dalam satu tempat tidur dengan satu atau lebih orang lain.

o Tidak ada, jika subjek tidur sendiri dalam satu tempat tidur. Variabel: jumlah teman tidur

 Televisi dalam kamar tidur

Televisi dalam kamar tidur adalah adanya televisi dalam kamar tidur subjek. Variabel ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

o Ada, jika terdapat televisi dalam kamar tidur subjek.

o Tidak ada, jika tidak ada televisi dalam kamar tidur subjek. Variabel: menonton televisi

3.11. Pengolahan dan Analisis Data :

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan

menggunakan program komputer SPSS versi 15.0 dengan tingkat

kemaknaan P < 0,05. Untuk menilai perbedaan skor gangguan tidur

antara kelompok remaja SMP di urban dan suburban digunakan uji Chi


(52)

BAB 4. HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap kelompok remaja SMP di daerah

urban dan suburban. Daerah urban yaitu Kecamatan Medan Baru dimana

SMP yang izin untuk diberikan kuesioner adalah SMP Syaffiyatul

Amaliyah dan SMP GPKI sebanyak 350 anak. Kecamatan Medan Baru

berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Selayang disebelah

selatan, kecamatan Medan Petisah di sebelah Utara, kecamatan Medan

Sunggal di sebelah Barat dan kecamatan Medan Polonia di sebelah

Timur. Kecamatan Medan Baru merupakan salah satu kecamatan di Kota

Medan yang mempunyai luas sekitar 5,41km2. Jarak kantor kecamatan ke

kantor walikota Medan yaitu sekitar 8 km. Ditinjau dari jarak antara kantor

kelurahan dan kecamatan, kantor kelurahan Babura memiliki jarak terjauh

dari kantor kecamatan medan Baru yaitu 5,3 km. Daerah suburban yaitu

Kecamatan Medan Tunutungan dimana SMP yang izin untuk diberikan

kuesioner adalah SMPN 31 Lau Chi sebanyak 350 anak. Kecamatan

Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan kecamatan Medan

Selayang & Johor disebelah utara, kabupaten Deli Serdang di sebelah

barat dan timur. Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu

kecamatan di kota Medan yang mempunyai luas sekitar 21,58 km2. Jarak

kantor kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu sekitar 18 km. Ditinjau


(53)

SMP yang diberi kuesioner yang terbagi atas 350 orang di daerah urban

dan 350 orang di daerah suburban. Selanjutnya kedua kelompok ini

diskrining melalui beberapa pertanyaan atau kuesioner yang diisi oleh

remaja dan orangtua dirumah atau pengasuh untuk melihat apakah

remaja mengalami gangguan tidur atau tidak. Orangtua atau pengasuh

mengisi kuisioner dengan mengingat pola tidur anak dalam 6 bulan

terakhir. Setelah itu kuesioner dikembalikan kepada peneliti 3hari

kemudian atau maksimal 1 minggu. (Gambar 4.1).

Remaja urban (n=350)

Remaja suburban (n=350)

Kuisioner SDSC diberikan dan dikembalikan 3 hari kemudian

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

Borderline (n=182) Normal (n=35)

Gangguan tidur (n=132)

Borderline (n=180)

Normal ( n=38) Gangguan

tidur(n=133)


(54)

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik Urban (n=350)

Suburban (n=350) Umur, rerata (SD) 12.9 (0.98) 13.2 (0.76) Jenis kelamin , n (%)

- Laki-laki - Perempuan 167 (47.7) 183 (52.3) 166 (47.4) 184 (52.6) Pendidikan orangtua, n (%)

- SD - SMP - SMA - S1 - S2 - S3 9 (2.6) 28 (8.0) 152 (43,4) 122 (34.9) 35 (10.0) 4 (1.1) 16 (4.6) 36 (10.3) 210 (60.0) 82 (23.4) 6 (1.7) 0

Gambaran karakteristik sampel terlihat dari Tabel 4.1. Studi ini

memperlihatkan bahwa rerata umur sampel adalah 12.9 tahun pada urban

dan 13.2 tahun pada suburban, sementara perempuan adalah jenis

kelamin terbanyak untuk kejadian gangguan tidur baik pada kelompok

urban maupun suburban. Pendidikan orang tua terbanyak pada kedua

kelompok adalah SMA dan S1.

Tabel 4.2. Kategori klinis tidur urban dan sub-urban

Kategori klinis Urban (n=350) Suburban (n=350) P Gangguan tidur, n (%) 133 (38.0) 132 (37.7) 0.195 Borderline, n(%) 182 (52.0) 180 (51.4)

Normal, n(%) 35(10.0) 38 (10.9)


(55)

urban dan suburban. Walaupun demikian terlihat pada kedua kelompok

yang banyak adalah borderline.

Tabel 4.3. Jenis gangguan tidur pada urban dan suburban URBAN SUBURBA

N

IK 95% P

Jenis gangguan tidur

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur, n(%)

65 (48.9) 47 (35.6) -0.153; -029 0.014 Gangguan pernafasan waktu tidur, n(%) 26 (19.5) 18(13.6) 0.023; 0189 0.130 Gangguan kesadaran, n(%) 45(33.8) 29(22.0) -0.059; 0.089 0.685 Gangguan transisi tidur bangun, n(%) 98 (73.7) 81 (61.4) -0.134; 0.017 0.062 Gangguan somnolen berlebihan, n (%) 89 (66.9) 19 (52.3) -0.176; 0.051 0.001 Hiperhidrosis saat tidur, n(%) 16 (12.0) 12 (9.1) 0.003; 0148 0.041

Berdasarkan kuesioner SDSC didapati beberapa jenis gangguan

tidur yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 dimana terlihat bahwa antara

urban dan suburban ada perbedaan jenis gangguan tidur yang signifikan

antara kelompok urban maupun suburban. Berdasarkan kuesioner SDSC

ada 6 jenis gangguan tidur dimana didapati beberapa jenis gangguan tidur

berbeda bermakna antara urban dan sub-urban yaitu gangguan memulai

dan mempertahankan tidur, gangguan somnolen dan hiperhidrosis saat


(56)

Tabel 4.4 Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur urban dan suburban

Faktor yang diamati

Urban (n = 133 )

Suburban

( n = 132 ) IK 95% P

Lama tidur sekolah 88 (66.2) 62(47.0) -0.314; -0.780 0.178 Lama tidur libur 46 (34.5) 44(33.3) -0.121; 0.091 0.778 Jam bangun di hari sekolah 92 (69.2) 101(76.5) -0.034; 0.186 0.175

Jam bangun di hari libur 43 (32.3) 34(26.0) -0.043; 0.166 0.250 Jam tidur di hari sekolah 96 (72.2) 100(75.8) -0.147; 0.071 0.494

Jam tidur di hari libur 90 (67.7) 80(60.6) -0.041; 0.177 0.218 Kegiatan 30-40 menit sebelum

tidur

86 (64.7) 98(74.2) -0.20; 0.019 0.103

Aktivitas di tempat tidur 58 (43.6) 98(74.2) -0.193; 0.042 0.205 Konsumsi minuman berkafein 46 (34.6) 18 (13.6) -0.208; 0.009 0.001

Merokok 1 jam sebelum tidur 8 (6.0) 1(0.8) -0.097; -0.026 0.128 Minuman beralkohol 1 kali sehari 2(1.5) 1(0.8) -0.034; 0.018 0.566 Suara bising 74 (55.6) 68(51.5) -0.169; 0.008 0.001 Mematikan lampu 50 (37.6) 37 (28.0) -0.016; 0.213 0.091 Tidur di kamar tidur 112 (84.2) 114(86.4) -0.10; 0.07 0.725 Ada teman tidur 99(74.9) 85(64.6) -0.219; 0.007 0.066 Ada TV di kamar 57 (42.9) 45(34.1) -0.31; -0.115 0.091

Faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya gangguan tidur di

urban dan suburban adalah suara bising yang berasal dari lingkungan

sekitar yang terlihat pada Tabel 4.4. Di sini terlihat bahwa suara bising

signifikan mempengaruhi terjadinya gangguan tidur dengan (p=.001).


(57)

BAB 5. PEMBAHASAN

Gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh

remaja. Pada penelitian ini didapati 132 orang remaja yang mengalami

gangguan tidur di daerah urban dan 133 orang remaja yang mengalami

gangguan tidur di daerah suburban. Angka tersebut cukup tinggi dan oleh

karena itu ganguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik,

emosional, kognitif, dan sosial seorang anak walaupun dalam penelitian

ini tidak diteliti. Fakta tersebut menunjukkan besarnya kemungkinan

masalah akademis, emosional, kesehatan, dan perilaku pada remaja

dapat dicegah atau diperbaiki secara signifikan melalui intervensi yang

memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur.

Kebutuhan tidur remaja tidak banyak berubah dari kehidupan

praremaja ke masa remaja. Rata-rata anak remaja membutuhkan sekitar

8.5 sampai 9.5 jam tidur setiap malamnya. Kebanyakan remaja tidak

cukup waktu tidur sesuai dengan kebutuhannya.1,2

Faktor-faktor non-medis yang mempengaruhi antara lain jenis kelamin,

pubertas, kebiasaan tidur, sosioekonomi, keluarga, gaya hidup, dan

lingkungan. Perbedaan sosioekonomi, gaya hidup, lingkungan urban dan

suburban dapat mempengaruhi pola tidur remaja urban dan suburban.

Sedangkan faktor medis yang mempengaruhi antara lain berbagai

gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis seperti asma dan dermatitis


(58)

Penelitian yang dilakukan di daerah urban yaitu SMP Syaffiyatul Amaliyah

dan SMP GPKI di Kecamatan Medan Baru didapati persentase remaja

yang mengalami gangguan tidur sebesar 38% atau 133 orang dengan

usia rerata 12.9 tahun. Di daerah suburban yaitu SMP 31 Lau Cih di

Kecamatan Tuntungan didapati persentase yang tidak jauh berbeda

37.7% dengan usia rerata 13.2 tahun. Penelitian ini dilakukan disekolah

yang terletak didaerah urban dan suburban untuk kemudahan dalam

mengumpulkan sampel dalam penelitian ini. Namun setelah dilakukan

penelitian didapati kebanyakan pelajar yang bersekolah di daerah tersebut

tinggal tidak sesuai dengan alamat sekolah tersebut.

Sebuah systematik review juga menggambarkan prevalensi

gangguan tidur di Singapura sebanyak 25%, dan mengalami gangguan

pernafasan seperti OSA ( Obstruktif Sleep Apnoea) 1% sampai 3%.32 Dari

penelitian lain didapati prevalensi dari gangguan tidur 25% sampai 40%,

dan didapati dari penelitian sebelumnya prevalensi gangguan tidur urban

41,3% dan rural 29%.33 Suatu studi di Cina menunjukkan adanya

hubungan antara gangguan tidur dengan kecelakaan pada anak sekolah

di daerah pedesaan Cina akibat durasi tidur yang pendek sehingga

menimbulkan kantuk di siang hari.34

Jenis – jenis gangguan tidur berdasarkan kuisioner pada

penelitian ini di daerah urban didapati yaitu : gangguan memulai dan


(59)

gangguan transisi tidur bangun 348 orang 99.4%, gannguan somnolen

berlebihan 85 orang (24,3%), hiperhidrosis saat tidur 30 orang ( 8.6%), di

daerah suburban gangguan memulai dan mempertahankan tidur

sebanyak 67 orang (19.1%), gangguan pernafasan waktu tidur 31 orang

(8.9%), gangguan kesadaran 59 orang (16.9%), gangguan transisi tidur

bangun 128 orang (36.6%), gannguan somnolen berlebihan 106 orang

(30,3%), hiperhidrosis saat tidur 23 orang (6.6%).

Kebisingan lalu lintas jalan merupakan masalah utama

masyarakat di daerah perkotaan yang dapat menyebabkan gangguan

kesehatan seperti gangguan tidur yang terjadi pada remaja.35 Pada

penelitian ini suara bising merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap terjadinya gangguan tidur di urban. Suara bising yang berasal

dari lingkungan di derah tempat tinggal di tengah kota yang ramai dengan

hiruk pikuk kendaraan bermotor. Beberapa hal yang hal yang dapat

menyebabkan susah tidur adalah : Televisi terutama yang ada dikamar

tidur, makan terlalu banyak, terlalu banyak minum, minuman beralkohol,

kafein dan rokok. Kafein adalah perangsang yang mengaktifkan sistem

syaraf pusat yang dapat membuat orang nerasa lebih waspada dan

terjaga. Orang Amerika Utara mencerna rata – rata sekitar dua setengah

cangkir perhari, pertama-tama dalam bentuk minuman berkafein seperti

kopi, teh, dan coca cola. Semakin kental teh atau kopi semakin tinggi

kadar kafeinnya. Kafein menggangu tidur dengan meningkatkan jumlah


(60)

Pada studi ini didapati beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya gangguan tidur di urban dan suburban. Pada daerah suburban

didapati sebanyak 52.2% remaja yang mengkonsumsi minuman yang

mengandung kafein seperti teh, kopi, coca cola dari total remaja yang

mengalami gangguan tidur. Kafein adalah alkaloid alami ditemukan dalam

minuman umum seperti kopi, teh dan obat obatan termasuk sakit kepala.

Studi di Amerika mengatakan prevalensi konsumsi kafein di Amerika

Utara, kopi (60-75%) dan teh (15-30%) dimana kafein merupakan sumber

utama dalam makanan.36 Anak-anak dengan nyeri kepala biasanya

mengalami gangguan tidur seperti tidur yang kurang, tidur harus ditemani

oreangtua, sulit tertidur, restless, sering terbangun dan mimpi buruk.37,38

Suatu penelitian yang dilakukan pada populasi anak dalam jumlah besar

mendapatkan hubungan yang kuat antara nyeri kepala dan gangguan

tidur seperti parasomnia, insomnia, mengantuk yang berlebihan.39

Ada semakin banyak bukti bahwa tidur yang optimal penting bagi

kesehatan fisik dan mental.40 Kurang tidur pada remaja didapati pada

kondisi tertentu yang berakibat negatif terhadap kesehatan, produktivitas

dan keamanan karena adanya interaksi antara biologis, psikologis, sosial

dan lingkungan. Dimana pola tidur berubah drastis pada masa remaja.41

Berdasarkan hasil penelitian tidak ada dijumpai perbedaan yang

bermakna mengenai gangguan tidur pada urban dan suburban dimana


(61)

dengan suburban (51.4%). Pada penelitian ini didapati juga beberapa

jenis gangguan tidur dapat dilihat pada (Tabel 4.4). Dimana secara umum

tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap jenis gangguan tidur antara

kelompok urban dan suburban. Meskipun terlihat bahwa gangguan tidur

yang paling banyak terjadi baik di urban maupun suburban adalah

gangguan transisi tidur bangun.

Penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain

desain penelitian yang bersifat cross sectional. Penelitian lanjutan masih

dibutuhkan untuk menilai secara langsung hubungan antara prestasi

remaja dengan gangguan tidur atau hubungan gangguan tidur dengan

kecelakaan pada remaja. Pada penelitian ini dilakukan di sekolah SMP

yang terletak di daerah urban dan suburban ternyata yang didapati

dilapangan masih banyak remaja yang tinggal diluar daerah tersebut

sehingga menimbulkan bias. Pada penelitian ini, pola tidur juga bersifat

subjektif yaitu hanya berdasarkan keterangan orangtua dan hanya satu


(62)

BAB 6. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada perbedaan gangguan tidur pada kelompok urban maupun suburban. Faktor yang paling mempengaruhi di urban adalah suara bising, dan faktor yang paling mempengaruhi di suburban adalah minum minuman yang mengandung kafein.

6.2 Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan tidur pada remaja dan skrining lebih lanjut terhadap dampak gangguan tidur baik di daerah urban dan suburban.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

1. LeBourgeois MK, Giannotti F, Cortesi F, Wolfson AR, Harsh J. The relationship between reported sleep quality and sleep hygiene in Italian and American adolescents. Pediatrics. 2005; 115:257-65 2. Currie S, Wilson K. Enampuluh menit tidur nyenyak. Jakarta :PT

Bhuana Ilmu Populer, 2002:239-262

3. Liu X, Yuyan M, Yizhuo W, Jiang Q, Rao X, Lu X, dkk. Brief report: an epidemiologic survey of the prevalence of sleep disorders among children 2 to 12 years old in Beijing, China. Pediatrics. 2005; 115:266-268

4. Ohida T, Osaki Y, Doi Y, Tanihata T, Minowa M, Suzuki K dkk. An epidemiologic study of self-reported sleep problems among

Japanese adolescents. Sleep. 2004; 27:978-85

5. Free Health Encyclopedia. Sleep disorders. Diunduh dari :

http://www.faqs.org/health/Sick-V4/Sleep-Disorders.html. Diakses 12 May 2009

6. García-Jiménez MA, Salcedo-Aguilar F, Rodríguez-Almonacid FM, Redondo-Martínez MP, Monterde-Aznar ML, Marcos-Navarro AI,dkk. The prevalence of sleep disorders among adolescents in Cuenca, Spain. Rev Neurol. 2004; 39:18-24

7. Nutter DA. Sleep disorder: problems associated with other

disorders. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/916611-overview. Diakses

12 May 2009

8. Bruni O, Ottaviano S, Guidetti V, dkk. The sleep disturbances scale for children (SDSC) construction and validation of an instrument to evaluate sleep disturbancess in childhood and adolescence. J Sleep Rrs. 1996 [cited 2009, May 12]; 5:251-61

9. Blunden S, Lushington K, Lorenzen B, Ooi T, Fung F, Kennedy D. Are sleep problems under-recognised in general practice. Arch Dis Child. 2004; 89:708-12

10. Bae CJ, Schaefer NF. Normal Human sleep. Dalam: Carney PR, Berry RB, Geyer JD, penyunting. Clinical sleep disorders. Edisi ke-18 Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.h.29-37

11. Dawson P. Sleep and sleep disorders in children and adolescents: information for parents and educators. Diunduh dari: http//www.nasponline.org/resources/health_wellness/sleepdisorder s_ho.aspx.

12. Kahn A, Franco P, Groswasser J, Scaillet S, Kelmanson I, Kato I, dkk. Sleep characteristics and sleep deprivation in infants, children and adolescence. WHO Technical Meeting on Sleep and Health; 2004 Jan 22-24; Bonn,German. Diunduh dari: http://www.euro.who.int/document/ E84683_1.pdf. Diakses May 2009


(64)

13. Zee C. The normal duration of daily sleep for different groups. 2005 Diunduh dari : http//www.cme.medscape.com/viewarticle/511229. 14. Iglowstein I, Jenni OG, Molinari L, Largo RH. Sleep duration from

infancy to adolescencr; reference values and generational trends. Pediatrics. 2003; 111:302–307

15. Marcell AV. Adolescence. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.h.60-65

16. Owens JA. Sleep medicine. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelson Textbook of Pediatrics.Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.h.91-100

17. Liu X, Uchiyama M, Okawa M, Kurita H. Prevalence and correlates of self-reported sleep problems among chinese adolescents. Sleep. 2000; 23:27-34

18. Johnson EO, Roth T, Schultz L, Breslau N. Epidemiology of DSM-IV insomnia in adolescence: lifetime prevalence, chronicity, and an emergent gender difference. Pediatrics. 2006; 117:247-256

19. Halbower, Marcus. Sleep disorders in children. Diunduh dari: http://www.medscape.com/viewarticle/463494.

20. World Health Organization - Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III; 1993.

21. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders IV - Text revision; 2000

22. Vallido T, Jackson D, O'Brien L. Mad, sad and hormonal: the gendered nature of adolescent sleep disturbances. J Child Health Care. 2009; 13:7-18

23. Patten, CA, Choi WS, Gillin JC, Pierce JP. Depressive symptoms and cigarette smoking predict development and persistence of sleep problems in US adolescents. Pediatrics. 2000; 106:23

24. National Sleep Disorders Research Plan. Normal sleep, sleep restriction and health consequences. Diunduh dari: http//www.nhlbi.nih.gov/health/prof/sleep/res_plan/section4/section 4d.html.

25. Johnson JG, Cohen P, Kasen S, First MB, Brook JS. Association between television viewing and sleep problems during adolescence and early adulthood. Arch Pediatr Adolesc Med. 2004; 158:562-568.

26. National Sleep Disorders Research Plan. Normal sleep, sleep restriction and health consequences. Diunduh dari: http//www.nhlbi.nih.gov/health/prof/sleep/res_plan/section4/section 4d.html

27. Millman, Richard P. Excessive sleepiness in adolescents and young adults: causes, consequences, and treatment stragies. Pediatrics.


(1)

12) Apakah anak sering menyentakkan kaki saat tidur atau mengubah posisi saat tidur atau sering menendang-nendang selimut pada saat tidur?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

13) Apakah anak pernah merasakan sulit bernapas sepanjang malam? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

14) Apakah anak merasa kesulitan bernapas diwaktu tidur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

15) Apakah anak anda mendengkur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

16) Apakah anak berkeringat berlebihan selama tidur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

17) Apakah anak pernah berjalan saat tidur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

18) Apakah anak pernah mengigau saat tidur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)


(2)

19) Apakah anak pernah menggertakan gigi saat tidur ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

20) Apakah anak pernah terbangun sambil berteriak dan merasa kebingungan tetapi kejadiannya tidak dapat diingat keesokan harinya ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

21) Apakah anak pernah mengalami mimpi buruk yang tidak dapat diingat keesokan harinya ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

22) Apakah anak sulit bangun dipagi hari ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

23) Apakah saat bangun dipagi hari ada perasaan letih atau capek ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

24) Apakah anak merasa sulit bergerak ketika bangun dipagi hari ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

25) Apakah anak merasa mengantuk disiang hari ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)


(3)

26) Apakah anak pernah tiba-tiba tertidur di saat yang tidak tepat ? 1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu) 4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

Kuesioner B

1. Berapa jamkah waktu tidur anda di hari sekolah ? a. < 8 jam

b. > 8 jam

2. Berapa jamkah waktu tidur anda dihari libur ? a. < 8 jam

b. > 8 jam

3. Jam berapakah anda bangun di hari sekolah ? a. < 06.00

b. > 06.00

4. Jam berapakah anda bangun di hari libur ? a. < 06.00

b. > 06.00

5. Jam berapakah anda tidur di hari sekolah ? a. < 22.00

b. > 22.00

6. Jam berapakah anda tidur di hari libur ? a. < 22.00

b. > 22.00

7. Apakah kegiatan anda 30-60 menit sebelum tidur ?

a. membaca buku / mendengarkan musik yang tenang / berdoa

b. mendengarkan musik yang keras / menonton film / ngobrol / menelepon / belajar

8. Apakah aktifitas anda di tempat tidur ? a. hanya untuk tidur

b. aktifitas lain seperti : belajar / membaca / menelepon / mendengar musik 9. Apakah dalam 6 bulan terahir anda mengkonsumsi / meminun yang

mengandung kafein (kopi, teh, soda, atau coklat) pada malam hari ? a. ya


(4)

10. Apakah dalam 6 bulan terahir anda merokok pada saat 1 jam sebelum tidur ?

a. ya b. tidak

11. Apakah dalam 6 bulan terahir anda minum-minuman beralkohol 1 kali dalam 1 hari ?

a. ya b. tidak

12. Apakah pada saat ingin tidur, banyak suara bising yang anda dengar seperti: suara kendaraan, suara musik dan lain-lain ?

a. ya b. tidak

13. Apakah pada saat tidur anda mematikan lampu ? a. ya

b. tidak

14. Apakah anda tidur di kamar tidur ? a. ya (jika tidur di kamar tidur)

b. tidak (jika tidur tidak di kamar tidur)

15. Apakah sewaktu tidur anda memiliki teman tidur ?

a. ya (jika tidur dalam 1 tempat tidur terdapat lebih dari 1 orang) b. tidak (jika tidur dalam 1 tempat tidur hanya 1 orang)

16. Apakah anda memiliki televisi dalam kamar tidur ? a. ya


(5)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : dr. Nur’aini

Tempat dan Tanggal Lahir : Kisaran, 24 Maret 1979

Alamat : Jln Setia Budi Pasar II Tanjung Sari

Komplek Perumahan Ambasador

No.3 Medan 20132

Nama Orang Tua :

Ayah : Alm. Usman Simangunsong

Ibu : Upik Panjaitan

PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Negeri 2 Kisaran, tamat tahun 1991

Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Kisaran, tamat tahun 1994 Sekolah Menengah Umum : SMUN 1 Kisaran, tamat tahun 1997 Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan,

tamat tahun 2003

Dokter Spesialis Anak : Fakultas Kedokteran USU Medan,

Januari 2008

RIWAYAT PEKERJAAN : Dokter PTT Puskesmas Kejuruan

Muda Aceh Tamiang, tahun 2004 – 2006

Dokter PNS di Dinas Kesehatan


(6)

PERTEMUAN ILMIAH / PELATIHAN

1. Simposium “New Trend in Management of Pediatric Problems 2008” di Medan, 14 – 18 Januari 2008, sebagai peserta..

2. Scientific Meeting “Cow Milk Allergy: New Insight, Patophysiology, and Clinical Perspective” di Medan, 17 Januari 2008, sebagai peserta.

3. Scientific Meeting “What doctor’s should know: Update on Diarrhoea management. What is new? & Albendazole as a treatment of intestinal helmenthiasis” di Medan, 17 Januari 2008, sebagai peserta.

4. Lunch Symposia “Pentingnya Kenyamanan Saluran Cerna Bagi Bayi” di Medan, 18 Januari 2008, sebagai peserta.

5. Malam Klinik “The Role of Ganglioside in Brain Cell Connection & Memory Learning” di Medan, 9 Februari 2008, sebagai peserta.

6. Evidence-based Medicine Workshop di Medan, 14 – 16 Maret 2008, sebagai peserta.

7. Simposium “The Role of Probiotic and Antibiotic For Children” di Medan, 13 Juni 2009, sebagai peserta.

8. Seminar dan Pelatiha “Gizi, Tumbuh Kembang Anak dan Faktor–faktor yang mempengaruhinya” di Banda Aceh, 17 Mei 2009, sebagai peserta. 9. Seminar dan Pelatrihan “Pendekatan Praktis Pucat Pada Bayi dan Anak”,

di Banda Aceh, 16 Mei 2009, sebagai peserta.

10. 4th Indonesian Pediatrics Society Annual Meeting di Medan, 22 – 24 Februari 2010, sebagai peserta.

11. “Improving Pneumococal Disease Prevention Symposia”, di Medan 17 September 2011, sebagai peserta.