BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SURAT BERHARGA
SYARIAH NEGARA
A. Peranan Wali Amanat Sebagai Pemegang SBSN
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 50 menyebutkan bahwa kegiatan usaha sebagai wali amanat dapat dilakukan oleh bank umum dan pihak
lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang. Jasa wali amanat diperlukan
pada emisi obligasi pengakuan hutang. Oleh karena itu, efek yang bersifat hutang adalah merupakan surat pengakuan hutang yang sifatnya sepihak dan para pemegang
sahamnya tersebar luas, maka untuk mengurus dan mewakili mereka selaku kreditor, maka perlu dibentuk perwalimatan.
Wali amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang SBSN sesuai dengan yang diperjanjikan.
123
Didalam Pasal 51 UUPM menyatakan bahwa wali amanat dilarang mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten, mewakili kepentingan pemegang efek bersifat hutang
baik di dalam maupun di luar pengadilan, mempunyai hubungan kredit dengan emiten yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan, dilarang merangkap sebagai
penanggung dalam emisi efek bersifat hutang yang sama UUPM Pasal 54.
123
Pasal 17 Undang-Undang NO.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
Wali amanat dapat mewakili kepentingan para pemegang efek bersifat hutang tersebut, secara independen, ditetapkan bank umum sebagai pihak yang dapat
menyelenggarakan kegiatan perwaliamanatan, karena mempunyai usaha yang sangat luas. Tetapi sebagai antisipasi terhadap perkembangan pasar modal, dimungkinkan
pihak lain, selain bank umum, melakukan kegiatan sebagai wali amanat berdasarkan peraturan pemerintah.
124
Menteri menunjuk langsung pihak lain sebagai wali amanat, dalam hal SBSN diterbitkan langsung oleh pemerintah. Perusahaan penerbit SBSN bertindak sebagai
wali amanat bagi pemegang SBSN, dalam hal SBSN diterbitkan oleh perusahaan penerbit SBSN. Perusahaan penerbit SBSN dapat menunjuk pihak lain dengan
persetujuan Menteri untuk membantu melaksanakan fungsi wali amanat. Tugas wali amanat yaitu:
1. Melakukan perikatan dengan pihak lain untuk kepentingan pemegang SBSN
2. Mengawasi asset SBSN untuk kepentingan pemegang SBSN
3. Mewakili kepentingan lainpemegang SBSN, terkait dengan perikatan dalam rangka
penerbitan SBSN.
124
M. Irsan Nasaruddin Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, hlm.
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan penerbit SBSN dan pihak lain yang ditunjuk sebagai wali amanat wajib memisahkan asset SBSN dari kekayaan perusahaan untuk kepentingan pemegang
SBSN.
125
Dalam melaksanakan fungsi sebagai wali amanat perusahaan penerbit SBSN harus menjaga kepentingan pemegang SBSN.
126
SBSN Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah dibiayai dari
berbagai sumber penerimaan, baik penerimaan yang bersumber dari dalam negeri maupun penerimaan yang bersumber dari luar negeri. Pajak merupakan komponen
terbesar dari sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pembangunan ekonomi.
127
Dalam praktik sering terjadi bahwa penerimaan pemerintah pada saat-saat tertentu tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran yang harus dilaksanakan pada
periode dimaksud. Dengan demikian pemerintah harus sering melakukan pengeluaran tambahan yang tidak dapat ditangguhkan dan sebelumnya tidak dianggarkan, seperti
halnya pengeluaran pemerintah untuk mengatasi banjir, bencana alam, serta pengeluaran-pengeluaran mendesak lainnya. Untuk menutupi hal-hal seperti ini
pemerintah terpaksa harus menjamin dari sumber-sumber yang tersedia. Sejak
125
Pasal 17 Undang-Undang NO.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
126
Pasal 17 Undang-Undang NO.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
127
Departemen Keuangan RI, RAPBN Tahun 2007, www.depkeu.go.id, diakses Tanggal 25 Juni 2010, Pukul 10:05 Wib
Universitas Sumatera Utara
diberlakukannya UU No.3 Tahun 2004 juncto UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi memberikan pinjaman ataupun
kredit talangan kepada pemerintah sehingga satu-satunya alternatif yang tersedia untuk tempat meminjam uang bagi pemerintah adalah dari masyarakat luas.
128
Dalam menutupi pembiayaan defisit APBN pada utang luar negeri, pemerintah akan semakin beralih pada instrumen pasar berupa surat berharga negara SBN
khususnya dalam mata uang rupiah, hal ini dikarenakan pembiyaan melalui penerbitan SBS lebih menguntungkan daripada pinnjaman luar negeri. Keuntungan tersebut antara
lain lebih transparan karena mudah untuk mendapatkan benchmark price di pasar modal yang selalu update setiap saat, lebih fleksibel karena dapat dilakukan setiap saat dengan
instrumen yang semakin beragam, lebih akuntabel karena melalui public offering tanpa proses negosiasi yang lama dan eksklusif, lebih murah karena struktur biaya SBN lebih
sederhana dibandingkan dengan pinjaman luar negeri pada umumnya, serta lebih mudah untuk direstruktur maupun dikelola risikonya karena dapat dilakukan melalui
mekanisme pasar.
129
Dalam melakukan perbuatan hukum berupa meminjam uang dari masyarakat, kedudukan pemerintah adalah sejajar dengan perorangan atau badan hukum perdata
lainnya. Meskipun pemerintah merupakan badan hukum publik, pemerintah tidak
128
Fachry Ali, Politik Bank Sentral, Posisi Gubernur Bank Indonesia dalam Mempertahankan Independensi, Jakarta: Lembaga Studi dan Pengembangan Etika Usaha Indonesia, 2003, hlm.76
129
Andrian Sutedi, Op Cit, hlm.140
Universitas Sumatera Utara
mempunyai hak-hak istimewa dalam hal meminjam uang tersebut. Oleh karena itu pemerintah tunduk kepada aturan-aturan perdata dalam perbuatan hukum pinjam
meminjam uang. Pemerintah harus memenuhi janji-janjinya yang berkenaan dengan perjanjian pinjam-meminjam tersebut seperti membayar kewajiban bunga dan pokok
pada waktunya dan apabila pemerintah tidak melaksanakan janji-janjinya dengan baik akan digolongkan sebagai perbuatan wan prestasiingkar janji. Sebagaimana halnya
dengan badan hukum perdata lainnya, pemerintah dapat dituntut di depan pengadilan dalam hal melakukan perbuatan wan prestasiingkar janji.
130
Aspek ekonomi amat penting peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Seiring dengan perkembangan waktu dan pertumbuhan
masyarakat serta kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka hal ini berimbas dalam bentuk dan menjadikan perubahan terhadap pola kehidupan
bermasyarakat, tidak terkecuali dalam bidang ekonomi yang di dalamnya tentang perdagangan.
131
Perdagangan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan salah satu bentuk muamalah.
Dalam aspek muamalat, Islam mengajarkan prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan oleh setiap muslim, misalnya sebagai berikut:
132
130
Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara, Bandung: Alumni, 2008, hlm.8
131
Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce: Perspektif Islam, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, hlm.74
132
Iswahjudi A. Karim dan Mirza A. Karim, dalam Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, hlm.67
Universitas Sumatera Utara
1. Tidak mencari rezeki pada hal-hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram pula. 2.
Tidak menzalimi dan tidak dizalimi 3.
Keadilan pendistribusian kemakmuran 4.
Transaksi dilakukan atas dasar ridho sama ridho 5.
Tidak ada unsur riba tambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adilsesuai syariah
6. Tidak ada unsur maysir perjudian
7. Tidak ada unsur gharar ketidakjelasansamar-samar
Dewasa ini ekonomi syariah berkembang pesat di Indonesia khususnya untuk mendorong investor dari Timur Tengah yang sangat potensial. Singapura dan Malaysia
dengan cerdas dan cepat menyediakan payung hukumnya, demikian pula sejumlah negara di Eropa. Untuk itu pemerintah mendukung sepenuhnya kelahiran Undang-
Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Pidato Presiden pada tanggal 16 Januari 2008 bertepatan dengan momentum Festival Ekonomi Syariah
menyiratkan dengan jelas, dukungan dan keinginan pemerintah untuk segera menuntaskan undang-undang ekonomi syariah tersebut. Demikian pula sikap jelas dari
Departemen Keuangan dan Menko Perekonomian.
133
Kelahiran Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK adalah suatu keniscayaan, baik secara
133
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, Op Cit, hlm.147
Universitas Sumatera Utara
sosiologis maupun yuridis. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi, dan eksploitasi. Artinya misi utama ekonomi
syariah adalah tegaknya nilai-nilai akhlak moral dalam aktivitas bisnis, baik individu, perusahaan, ataupun negara serta terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Indonesia secara adil.
134
Secara faktual, sistem ekonomi syariah melalui perbankan telah terbukti menunjukkan keunggulannya di masa-masa krisis, khususnya krisis yang diawali tahun
1997. Dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSN dijelaskan bahwasannya SBSN adalah surat berharga yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun mata uang asing. Sedangkan perusahaan penerbit
special purpose vehicleSPV merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan undang-undang dalam rangka melaksanakan penerbitan SBSN. Asset SBSN adalah
barang milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, baik berupa tanah, bangunan atau aset-aset lain yang bukan berupa tanah dan bangunan yang dapat dijadikan dasar
penerbitan SBSN. Tujuan dari penerbitan SBSN adalah untuk membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara APBN, khususnya dalam bidang pembiayaan proyek
infrastruktur. Selain sebagai pembiayaan APBN, SBSN juga memiliki tujuan :
134
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk memperluas basis sumber pembiayaan pembangunan.
2. Untuk Mendorong perkembangan pasar keuangan syariah.
3. Untuk menciptakan benchmark pasar keuangan syariah.
4. Diversifikasi basis investor
5. Mengembangkan alternatif instrumen investasi.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara.
7. Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring melalui sistem
perbankan konvensional. Peluang Pemanfaatan SBSN Bagi Pembiayaan Pembangunan Secara umum,
instrumen keuangan Islam, khususnya SBSNSUKUK merupakan instrumen dengan basis aset asset backed, oleh karenanya SUKUK lebih banyak digunakan untuk
membiayai proyek-proyek yang bersifat fisik atau infrastruktur. Untuk itu pemanfaatan SBSN dapat lebih diarahkan untuk menutup defisit anggaran pemerintah dalam kaitan
pembangunan, khususnya pembangunan fisik yang selama ini lebih banyak dibiayai dengan pemanfaatan hutang luar negeri. Penerbitan ini juga memberikan keleluasaan
bagi pemerintah dalam mengelola pendanaan pemerintah. Beberapa hal penting yang perlu dilakukan dalam pemanfaatan SBSN oleh pemerintah:
135
1. Diversifikasi proyek infrastruktur yang ingin dibiayai dengan penerbitan SBSN.
135
http:www.mail-archive.comekonomi-syariahyahoogroups.commsg02350.html, Diakses Tanggal 25 Juni 2010, Pukul 00:34 Wib
Universitas Sumatera Utara
2. Diversifikasi asset-asset yang akan dijadikan sebagai asset backed penerbitan
SBSN. 3.
Diversifikasi jenis akad SBSN yang tepat, sesuai dengan diversifikasi proyek yang akan dibiayai.
Beberapa proyek yang dapat dibiayai dengan penerbitan SBSN, diantaranya:
136
1. Pembangunan fisik yang berada dibawah Departemen Pekerjaan Umum, seperti:
a. Pembangunan rumah susun dan sarana pendukungnya bagi masyarakat
ekonomi lemah. b.
Pembangunan infrastruktur perkota bagi kawasan RSH di 32 provinsi.. c.
Pembangunan penampungan air baku di 32 Provinsi. d.
Pembangunan prasaran air limbah percontohan skala komonitas SANIMAS. e.
Pembangunan beberapa ruas jalan Tol, seperti Jakarta outer ring road JOR Tanjung Priok. Rekonstruksi infrastruktur pasca bencana di Aceh, Jawa
Tengah dan DI. Yogyakarta. 2.
Pembangunan fisik dibawah kendali Departemen Perhubungan, diantaranya: a.
Pembangunan prasarana perkreta apian, seperti pembangunan rel, peningkatan sarana gerbong kereta api dan sarana stasiun pemberhentian.
b. Pembangunan prasaran transportasi laut, seperti dermaga, mercu suar dan
sarana lainnya.
136
Ibid
Universitas Sumatera Utara
c. Pembangunan prasaran transportasi udara, seperti pembangunan dan perbaikan
beberapa bandara dan peningkatan prasarana pendukung keselamatan penerbangan.
3. Pembangunan prasaran energi dibawah Departemen energi dan sumber daya
mineral, seperti: a.
Pembangunan transmisi listrik dan pembangunan pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan akan ketenagalistrikan.
b. Pembangunan pengembangan energi alternatif. Selain beberapa pembangunan
fisik yang telah disebutkan diatas, SBSN juga dapat digunakan dalam pembangunan fisik lainnya dibawah kendali depatemen lain, seperti
pembangunan instansi kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas dibawah kendali Departemen Kesehatan, pembangunan prasaran pendidikan, seperti
gedung sekolah dibawah Departemen Pendidikan serta pembangunan fisik lainnya yang menjadi tanggungjawab pemerintah.
Pada Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK tersebut bahwa pengelolaan SBSN baik
yang diterbitkan secara langsung oleh pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSN diselenggarakan oleh Menteri. Pengelolaan SBSN sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 tersebut antara lain adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan SBSN termasuk kebijakan
pengendalian risiko b.
Perencanaan dan penetapan struktur portofolio SBSN c.
Penerbitan SBSN d.
Penjualan SBSN melalui lelang danatau tanpa lelang e.
Pembelian kembali SBSN sebelum jatuh tempo f.
Pelunasan SBSN, dan g.
Aktivitas lain dalam rangka pengembangan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder SBSN Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK yang diperjualbelikan di
Pasar Sekunder baik di dalam maupun di luar negeri. Perdagangan dapat dilakukan melalui bursa dan atau di luar bursa yang biasa disebut over the counter OTC. SBSN
yang tidak diperdagangkan adalah 1 SBSN yang tidak dapat diperjualbelikan di Pasar Sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus untuk pemodal institusi tertentu, baik
domestik maupun asing, yang berminat untuk memiliki SBSN sesuai dengan kebutuhan spesifik dari portofolio investasinya dan 2 SBSN yang karena sifat akad penerbitannya
tidak dapat diperdagangkan.
137
SBSN yang diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat adalah SBSN yang dapat diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar
Sekunder.
137
Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Surat Berharga Syariah Negara