Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Surat Berharga Syariah Negara

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Surat Berharga Syariah Negara

Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan mengenai perjanjian sebagai berikut: ”suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Suatu perjanjian merupakan peristiwa seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 138 Sistem yang dipakai pada Surat Berharga Syariah Negara adalah mengenal sistem akad dalam melakukan transaksi-transaksinya. Akad sendiri memiliki pengertian yaitu perjanjian tertulis yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 139 Pada setiap penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK terkandung di dalamnya perjanjian yang menciptakan hak dan kewajiban bagi mereka yang terlibat dalam perjanjian dimaksud. Perjanjian tersebut tercipta di antara pemerintah sebagai penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSNSUKUK dengan pemegang SBSNSUKUK sebagai investor. Perjanjian antara pemerintah dengan investor tersebut dapat dipersamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara seorang yang berutang debitor dengan seorang atau beberapa orang yang berpiutang kreditor. Pada saat terjadi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder, Pemerintah mengakui berutangmeminjam uang dari 138 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-19, Jakarta: Intermasa, 2002, hlm.1 139 Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Universitas Sumatera Utara investor yang menjadi kreditor melalui mekanisme lelang danatau tanpa lelang, mengikuti aturan yang ada di pasar modal. Adanya perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah dengan investor melalui sarana SBSN, investor mempunyai hak tagih kepada pemerintah sebagai debitor pada saat angsuran pokok maupun pembagian hasil sudah jatuh tempo. Tagihan yang diwujudkan dalam bentuk surat berharga, akta atau kertas tagihan maupun catatan elektronis mengenai adanya tagihan tersebut memberikan legitimasi kepada pemegangnya sebagai pemilik. 140 Selain perjanjian antara pemerintah langsung atau melalui perusahaan penerbit SBSN dengan investor berkenaan dengan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK, unsur perjanjian terdapat pula antara pemerintah di satu pihak dengan Bank Indonesia di pihak lainnya. Pemerintah mengadakan koordinasi dengan Bank Indonesia pada awal tahun saat merencanakan penerbitan SBSN, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana penerbitan Surat Berharga Syariah Negara untuk satu anggaran. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implikasi moneter dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, agar keselarasan antara kebijakan fiskal, termasuk manajemen utang dan kebijakan moneter dapat tercapai. Pendapat Bank Indonesia tersebut menjadi masukan di dalam keputusan oleh Pemerintah agar penerbitan Surat Berharga Negara dimaksud dapat dilakukan tepat waktu dan dilakukan 140 Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie Percampuran Hutang, Cetakan Kedua, Bandung: Alumni,1999, hlm.2 Universitas Sumatera Utara dengan persyaratan yang dapat diterima pasar serta memberikan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat. 141 Selanjutnya adanya perjanjian perwaliamanatan yang merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara penerbit SBSN dengan wali amanat yang mewakili kepentingan pemegang SBSN. Kewajiban pemenuhan pembayaran utang yang lahir dari penerbitan SBSN berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan menurut Pasal 1131 KUHPerdata dijamin oleh seluruh harta kekayaan emiten penerbit. Selain itu wali Amanat dalam hal tidak ada jaminan kebendaan, Wali Amanat merupakan pemegang hak gugatan perorangan dan satu-satunya pelaksana hak gugatan yang dimiliki seluruh investor pemegang SBSN. Dalam hal ini, benda yang dimiliki Wali Amanat adalah hak gugatan perorangan yang kewenangannya berdasarkan UUPM dan perjanjian Perwaliamanatan diserahkan kepada Wali Amanat. Tidak ada seorang investor pun yang melakasanakan hak gugatan perorangan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan, investor pemegang SBSN tidaklah dapat secara langsung berhubungan dengan emiten penerbit, oleh karena setiap investor pemegang SBSN hanyalah memiliki bagian-bagian dari surat utang global yang diwakili oleh Wali Amanat. Setiap tindakan investor pemegang SBSN adalah tindakan bersama dari seluruh investor pemegang SBSN tersebut, yang dilaksanakan oleh Wali Amanat berdasarkan pada perintah atau amanat Rapat Umum Pemegang SBSN. Selama dan 141 Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara Universitas Sumatera Utara sepanjang Wali Amanat melaksanakan tugas dan kewajibannya kepada investor dan hak-haknya terhadap pemerintah, maka seluruh hak dan kepentingan investor pemegang SBSN akan terlindungi dalam hukum. Perlindungan dalan bentuk jaminan pemenuhan pembayaran SBSN sebagai utang akan lebih terjamin, manakala SBSN tersebut dijamin dengan suatu penanggungan utang menurut Pasal 1820 KUHPerdata dengan pelepasan hak istimewa atau jaminan pembayaran menurut Pasal 1316 KUHPerdata, atau pemberian jeminan kebendaan. Pasar Modal umumnya menawarkan obligasi dengan tingkat bunga tertentu yang nilainya sedikit lebih besar dari tingkat bunga yang ditetapkan Bank Indonesia atau yang berlaku umum tergantung perjanjian perwaliamanatan. Adanya kecenderungan gagal bayar pada saat jatuh tempo oleh Emiten penerbit obligasi kepada Pemegang Obligasi, umumnya terjadi karena belum adanya ketentuan yang mewajibkan pembentukan dana cadangan dalam rangka memenuhi kewajiban pokok pinjaman dan pembayaran bunga yang dikelola tersendiri dalam akun khusus pada sisi aktiva Pembentukan dana cadangan dalam upaya menanggulangi kesulitan likuiditas Perusahaan saat jatuh tempo obligasi kita kenal sebagai sinking fund. Pencadangan dana tersebut dapat digunakan pada saat pelunasan pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo obligasi maupun pada saat penarikan kembali obligasi yang beredar dengan cara membeli kembali obligasi yang beredar di Bursa. Sinking fund umumnya diawasi pengelolaannya oleh Wali Amanat. Universitas Sumatera Utara Walaupun sulit dibayangkan, pemerintah akan menolak membayar kembali para pemegang SBSN, mengingat perbuatan ini pasti akan menurunkan kepercayaan publik kepada SBSN, sebab salah satu yang membuat banyak investor tertarik membeli SBSN adalah kepastian pembayaran kembali oleh negara. UU SBSN sudah mengatur bahwa dana untuk mebayar pemegang SBSN akan disediakan dalam APBN setiap tahunnya sampai berakhirnya kewajiban pembayaran tersebut. Sekecil apapun resiko gagal bayar dan penolakan pemerintah untuk melakukan pembayaran tetap ada. Apalagi sudah ada perkara dimana pemerintah pasang badan dan menolak pembayaran kewajibannya berdasarkan perintah pengadilan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.07Pdt.GPN.SBY tanggal 14 September 1999 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur No.112BPDT2000PT.SBY tanggal 6 Juni 2000 jo.Putusan Kasasi Mahkamah Agung No.3939KPDT2001 tanggal 24 Januari 2003 jo. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No.161 PKPDT2004 tanggal 31 Januari 2007. 142 Pemegang SUN tidak memiliki kepastian memperoleh pembayaran selain jaminan dari pemerintah yang belum tentu dilaksanakan. Hal lain yang perlu dipikirkan agar investor tidak mengakhiri hidupnya karena uang investasi mereka tidak kembali. Sebagaimana dilakukan para korban nasabah reksadana fiktif Bank Century. 142 Hendra Setiawan Boen, Aset Penjaminan SBSN Dan UU Kebendaan Negara, http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=21664cl=Kolom. Diakses pada Tanggal 20 Juli 2010, Pukul.23:20 Wib Universitas Sumatera Utara Menggugat pemmerintah mungkin saja tidak ada gunanya, karena pemerintah dapat saja pasang badan untuk tidak membayar. Berharap pada itikad baik pemerintah. Rasanya demi kepastian hukum dan keadilan bagi investor, itikad baik saja belum cukup. Menjual kembali ataupunmembuat perjanjian anjak piutang tagihan terhadap SBSN, jelas tidak menyelesaikan masalah, setidaknya dalam rangka panjang. Pengaturan bahwa aset negara tidak dapat disita tidak boleh diberlakukan secara kaku. Benar aset-aset negara yang bernilai penting bagi kelangsungan negara dan bernilai sejarah seperti Gelora Bung karno memang tidak boleh disita dengan alasan apapun. Namun selama aset itu hanya memiliki nilai ekonomis semata, rasanya tidak ada alasan lain mengapa aset negara yang demikian tidak boleh disita. Dapat diatur bahwa pengadilan dapat memeberi perintah kepada pemerintah untuk memasukkan uang pembayaran di dalam APBN atau menjual danatau melelang sendiri aset-aset yang dijaminkan tersebut. Sekiranya pemerintah tetap menolak melakukannya, maka pengadilan dapat melakukan penyitaan dan melelang aset-aset tersebut. Ketentuan seperti ini dapat menjamin supremasi putusan pengadilan terhadap pemerintah, bahwa pengadilan memepunyai kedudukan yang seimbang dengan eksekutif dan bernegara. Seandainya pemerintah dibiarkan tidak tunduk pada putusan pengadilan, hal ini tentu akan merusak tatanan hukum yang ada dan menjadi preseden buruk bagi kehidupan bernegara. Dalam cakupanlebih luas, ketentuan seperti ini dapat melindungi semua warga negara terhadap tirani negara. Bahwa semua orang memiliki Universitas Sumatera Utara kedudukan yang sama dalam hukum, termasuk negara itu sendiri. Memang benar, negara membuat peraturan perundang-undangan, namun setelah peraturan perundang- undangan itu berlaku, maka negara akan menjadi pihak yang tunduk kepadanya. Demikian pula terhadap putusan lembaga pengadilan yang bersumber dari konstitusi sendiri. 143 Yang paling penting harus diingat adalah bahwa selama ini larangan penyitaan terhadap aset negara sudah berlaku limitatif. Sudah sering terjadi pada aparat penegak hukum, dengan alasan menggunakan aset negara, baik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK maupun kejaksaan Agung Republik Indonesia melakukan penyitaan terhadap aset negara yang diduga merupakan hasil tindak pidana. Misalnya penyitaan terhadap rekening PT.SMP, salah satu kasus dugaan tindak pidana SISMINBAKUM. Dengan demikian aset negara dapat disita apabila memilliki alasan yang tepat. Rasanya penyitaan terhadap aset negara oleh perintah pengadilan karena pemerintah melakukan ingkar janji atau menolak memberikan hak warga negaranya. Alasan yang tepat untuk memperlihatkan semua yang hidup di bawah Kkonstitusi Republik Indonesia memiliki kedudukan yang sama didepan hukum. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, otoritas yang melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 UU No.19 Tahun 2008 pengaturan dan pegawasan terhadap kegiatan perdagangan 143 Ibid Universitas Sumatera Utara SBSN dilakukan oleh otoritas yang dilakukan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal, berwenang memperoleh data dan informasi mengenai SBSN secara langsung dari Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk sebagaimana agen penatausaha SBSN. Kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak lembaga yang terkait , baik pemerintah maupun swasta, yang sifatnya saling melengkapi, baik dengan mendapat maupun tanpa balas jasa. Keterkaitan di antara lembaga tersebut ada yang karena dituntut oleh sifat usahanya, dan ada pula karena tuntutan dari undang-undang pasar modal dan peraturan perundang-perundang atau kebijakan lainnya. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan kegiatan pasar modal tersebut banyak lembaga yang ikut secara aktif yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 144 1. Otoritas Pasar Modal, yaitu Departemen Keuangan yang dalam hal ini Bapepam 2. Lembaga pemerintah terkait, yakni Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM, Departemen tekhnis, dan Departemen kehakiman dan HAM 3. Lembaga-lembaga swasta terkait 4. Pelaku pasar modal, yaitu emiten, lembaga penunjang dan investor. 144 M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008, hlm.27 Universitas Sumatera Utara Dalam hal melaksanakan ketentuan tersebut Bapepam memiliki kewenangan yang luas sebagaimana ditetapkan pada Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai berikut: 145 1. Memberi: a. Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek , Penasihat Investasi dan Biro Administrasi Efek b. Izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedangan Efek, dan Wakil Manajer Investasi, dan c. Persetujuan bagi Bank Kustodian 2. Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat 3. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris danatau direktur serta menujuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesai sampai dengan dipilihnya komisaris danatau direktur yang baru 4. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan, menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran 145 Ibid Universitas Sumatera Utara 5. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya. 6. Mewajibkan setiap Pihak untuk: a. Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan pasar modal, dan b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promo dimaksud 7. Melakukan pemeriksaan terhadap a. Setiap emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, atau b. Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini. 8. Menunjuk pihak lain unutk melakukan pemerikasaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam butir 7 di atas. 9. Mengumumkan hasil pemeriksaan. 10. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek dan Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal. Universitas Sumatera Utara 11. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat. 12. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpangan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud. 13. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal. 14. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang Pasar Modal atau peraturan pelaksanaannya. 15. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5, dan 16. Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang ini. Setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal, atau disebut emiten, wajib mengungkapkan seluruh informasi secara transparan full disclosure mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaan perusahaan kepada masyarakat. Informasi harus dijamin akurasi serta kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan yang sebenarnya, sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. Keterbukaan informasi tidak saja diwajibkan pada waktu perusahaan tersebut Universitas Sumatera Utara menawarkan efeknya kepada masyarakat pertama kali, tetapi juga harus dilakukan pada waktu efek perusahaan tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. 146 Dalam hal suatu informasi yang mengandung fakta material tidak seluruhnya diungkapkan atau disembunyikan atau dipalsukan sehingga menyesatkan misleading bagi pemodal, maka perusahaan emiten wajib bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh masyarakat pemodal. Dalam hal ini, tampak bahwa mekanisme transparansi dan adanya jaminan unsur perlindungan bagi masyarakat pemodal. Selain itu, transparansi juga diwajibkan kepada perusahaan yang menawarkan sahamnya melalui pasar modal serta perusahaan publik, yaitu perusahaan yang telah memiliki pemegang saham sedikitnya 300 tiga ratus sertamodal disetor tiga miliar rupiah. Transparansi diterapkan untuk memberikan perlindungan kepada para pemegang saham perusahaan publik tersebut. 147 Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan strategis untuk menunjang pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu mendapat pengawasan agar pasar modal dapat berjalan secara teratur, wajar, efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 148 Untuk itu Bapepam diberi kewenangan luar biasa yaitu dikarenakan meliputi kewenangan untuk membuat peraturan, melakukan 146 Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi, Seri Pasar Modal 1, Bandung, Alumni, 2008, hlm.208 147 Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 148 Pasal 4 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Universitas Sumatera Utara pemeriksaan dan penyidikan, menjatuhkan sanksi administratif dan denda. Secara garis besar fungsi-fungsi yang dimiliki Bapepam adalah fungsi pembuatan peraturan rule- making, pemeriksaan dan penyidikan, dan penegakan hukum law enforcement. Fungsi rule-making bersifat quasi-legislatif karena Bapepam bukanlah badan yang dibentuk negara untuk membuat peraturan perundang-undangan, tetap diberikan kewenangan oleh UU untuk membuat peraturan khusus di bidang pasar modal. UUPM memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk melakukan penegakan hukum dengan memberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai menjatuhkan denda dan sanksi atas setiap pelanggaran dan kejahatan di bidang pasar modal. Untuk kejahatan di bidang pasar modal, fungsi penuntutan ada pada lembaga kejaksaan. UUPM juga memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk melakukan tindakan hukum represif dengan melakukan tindakan pemeriksaan, penyidikan, pengenaan sanksi administrasi dan denda. Fungsi ini disebut dengan fungsi kekuasaan quasi-judicial. Dan juga kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan dan arahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi. 149 149 Irsan Nasaruddin Indra Surya, Op Cit, hlm.115 Universitas Sumatera Utara Fungsi Bapepam seperti yang disebut diatas adalah fungsi-fungsi yang dimiliki oleh otoritas pasar modal di negara-negara lain di dunia. Kewenangan yang diberikan oleh UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 3 dan 4 adalah kewenangan yang sesuai dengan standar dan prinsip hukum pasar modal global. Otoritas pasar modal akan selalu mempunyai 3 tiga fungsi utama, yaitu melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut diberikan kepada Bapepam untuk memfasilitasi tercapainya tujuan yang dicanangkan UU, yaitu menciptakan pasar modal yang teratur, wajar, efisien serta memberikan perlindungan kepada pemodal dan masyarakat. Dengan fungsi-fungsi tersebut Bapepam memiliki beberapa kewenangan. 150 Pasar modal Indonesia sebagai sarana untuk memperoleh dana pembanguan jangka panjang, maka dengan itu diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang berperan aktif dalam usaha mobilisasi dana bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan harapan tersebut, mekanisme pelaksanaan dan pengawasan harus terus disinkronisasikan, sehingga pemodal yang akan menanamkan modalnya melalui mekanisme pasar modal terasa terlindungi dan tidak mempunyai keraguan dalam memilih instrumen pasar modal melalui pembelian surat-surat berharganya. 151 UUPM belum mengatur mengenai obligasi syariah. Dasar hukum yang menjadi acuan adalah fatwa yang dikeluarkan olehh Dewan Syariah Nasional DSN. Namun 150 Ibid 151 Jusuf Anwar, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: Alumni, 2008, hlm.11 Universitas Sumatera Utara fatwa bukanlah salah satu sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Namun untuk menghindari kerancuan atau kekecauan penerbitan instrumen utang syariah, DSN mengeluarkan fatwa yang bisa dijadikan acuan dalam penerbitan obligasi syariah. Dalam pembukaan pasar modal syariah pada tanggal 14 Maret 2003, Bapepam telah membuat nota kesepahaman MOU dengan DSN-MUI mengenai penyelenggaraan kegiatan pasar modal syariah. Bapepam akan berusaha mempersiapkan infrastruktur untuk pengembangan pasar modal syariah, termasuk peraturan perundang-undangan. 152 Berkenaan dengan penerbitan obligasi syariah, DSN mengeluarkan fatwa mengenai Obligasi Syariah Mudharabah No.33DSN-MUI102002 tanggal 14 September 2002 yang menyatakan diperbolehkannya perusahaan menerbitkan obligasi syariah. Fatwa tersebut memberikan pengertian bahwa obligasi syariah sebagai surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariahh yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin, fee, serta membayar dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dalam fatwa tersebut berkaitan juga dengan hal-hal lain dengan obligasi syariah, yaitu berdasarkan akad mudharabah dengan memperhatikan isi fatwa DSN-MUI No.7DSN-MUIIV2000 tentang pembiayaan mudharabah. Emiten bertindak sebagai mudharib pengelola modal, pemegang obligasi sebagai shahibul maal pemodal. Emiten obligasi syariah tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang 152 Irsan Nasaruddin Indra Surya, Op Cit, hlm.206 Universitas Sumatera Utara bertentangan dengan prinsip syariah. Nisbah yield harus disebutkan dalam akad. Emiten harus memberikan jaminan untuk mengembalikan dana pemegang obligasi apabila lalai atau melanggar perjanjian. Kepemilikan obligasi syariah bisa dipindah tangankan selama disepakati dalam akad. Emiten menerbitkan obligasi hanya untuk pembiayaan usaha atau modal kerja emiten, tidak boleh untuk pembayaran utang. Emiten wajib menjamin pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang obligasi bersih dari unsur nonhalal sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.20DSN-MUIIV2001. 153 Dewan Syariah adalah lembaga yang khas dimiliki oleh pasar modal syariah. Tugasnya sangat berat yaitu sebagai pengawas kegiatan usaha pasar modal agar senantiasa sejalan dengan prinsip syariah. Dalam menjalankan tugas tersebut adalah sangat penting untuk membuat aturan yang rinci mengenai kedudukannya. Hal tersebut akan membuat prinsip good corporate governance lebih mudah diterapkan dalam Dewan Pengawas Syariah. 154 153 Ibid 154 Adrian Sutedi, Op Cit, hlm.132 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN