B. Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Surat Berharga Syariah Negara
Pasal 1313 KUHPerdata menyebutkan mengenai perjanjian sebagai berikut: ”suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Suatu perjanjian merupakan peristiwa seorang berjanji kepada seorang yang
lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
138
Sistem yang dipakai pada Surat Berharga Syariah Negara adalah mengenal sistem akad dalam
melakukan transaksi-transaksinya. Akad sendiri memiliki pengertian yaitu perjanjian tertulis yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
139
Pada setiap penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK terkandung di dalamnya perjanjian yang menciptakan hak dan
kewajiban bagi mereka yang terlibat dalam perjanjian dimaksud. Perjanjian tersebut tercipta di antara pemerintah sebagai penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
SBSNSUKUK maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSNSUKUK dengan pemegang SBSNSUKUK sebagai investor. Perjanjian antara pemerintah dengan
investor tersebut dapat dipersamakan dengan perjanjian yang terjadi diantara seorang yang berutang debitor dengan seorang atau beberapa orang yang berpiutang kreditor.
Pada saat terjadi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK di Pasar Perdana dan Pasar Sekunder, Pemerintah mengakui berutangmeminjam uang dari
138
Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan ke-19, Jakarta: Intermasa, 2002, hlm.1
139
Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
investor yang menjadi kreditor melalui mekanisme lelang danatau tanpa lelang, mengikuti aturan yang ada di pasar modal.
Adanya perjanjian pinjam meminjam uang antara pemerintah dengan investor melalui sarana SBSN, investor mempunyai hak tagih kepada pemerintah sebagai debitor
pada saat angsuran pokok maupun pembagian hasil sudah jatuh tempo. Tagihan yang diwujudkan dalam bentuk surat berharga, akta atau kertas tagihan maupun catatan
elektronis mengenai adanya tagihan tersebut memberikan legitimasi kepada pemegangnya sebagai pemilik.
140
Selain perjanjian antara pemerintah langsung atau melalui perusahaan penerbit SBSN dengan investor berkenaan dengan penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
SBSNSUKUK, unsur perjanjian terdapat pula antara pemerintah di satu pihak dengan Bank Indonesia di pihak lainnya. Pemerintah mengadakan koordinasi dengan Bank
Indonesia pada awal tahun saat merencanakan penerbitan SBSN, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana penerbitan Surat Berharga Syariah Negara untuk satu
anggaran. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implikasi moneter dari penerbitan Surat Berharga Syariah Negara, agar keselarasan antara kebijakan fiskal,
termasuk manajemen utang dan kebijakan moneter dapat tercapai. Pendapat Bank Indonesia tersebut menjadi masukan di dalam keputusan oleh Pemerintah agar
penerbitan Surat Berharga Negara dimaksud dapat dilakukan tepat waktu dan dilakukan
140
Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie Percampuran Hutang, Cetakan Kedua, Bandung: Alumni,1999, hlm.2
Universitas Sumatera Utara
dengan persyaratan yang dapat diterima pasar serta memberikan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat.
141
Selanjutnya adanya perjanjian perwaliamanatan yang merupakan suatu perjanjian yang dibuat antara penerbit SBSN dengan wali amanat yang mewakili
kepentingan pemegang SBSN. Kewajiban pemenuhan pembayaran utang yang lahir dari penerbitan SBSN berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan menurut Pasal 1131
KUHPerdata dijamin oleh seluruh harta kekayaan emiten penerbit. Selain itu wali Amanat dalam hal tidak ada jaminan kebendaan, Wali Amanat merupakan pemegang
hak gugatan perorangan dan satu-satunya pelaksana hak gugatan yang dimiliki seluruh investor pemegang SBSN. Dalam hal ini, benda yang dimiliki Wali Amanat adalah hak
gugatan perorangan yang kewenangannya berdasarkan UUPM dan perjanjian Perwaliamanatan diserahkan kepada Wali Amanat. Tidak ada seorang investor pun yang
melakasanakan hak gugatan perorangan tersebut. Dengan demikian, berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan, investor pemegang SBSN tidaklah dapat secara langsung
berhubungan dengan emiten penerbit, oleh karena setiap investor pemegang SBSN hanyalah memiliki bagian-bagian dari surat utang global yang diwakili oleh Wali
Amanat. Setiap tindakan investor pemegang SBSN adalah tindakan bersama dari seluruh investor pemegang SBSN tersebut, yang dilaksanakan oleh Wali Amanat
berdasarkan pada perintah atau amanat Rapat Umum Pemegang SBSN. Selama dan
141
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
sepanjang Wali Amanat melaksanakan tugas dan kewajibannya kepada investor dan hak-haknya terhadap pemerintah, maka seluruh hak dan kepentingan investor pemegang
SBSN akan terlindungi dalam hukum. Perlindungan dalan bentuk jaminan pemenuhan pembayaran SBSN sebagai utang akan lebih terjamin, manakala SBSN tersebut
dijamin dengan suatu penanggungan utang menurut Pasal 1820 KUHPerdata dengan pelepasan hak istimewa atau jaminan pembayaran menurut Pasal 1316 KUHPerdata,
atau pemberian jeminan kebendaan. Pasar Modal umumnya menawarkan obligasi dengan tingkat bunga tertentu
yang nilainya sedikit lebih besar dari tingkat bunga yang ditetapkan Bank Indonesia atau yang berlaku umum tergantung perjanjian perwaliamanatan. Adanya
kecenderungan gagal bayar pada saat jatuh tempo oleh Emiten penerbit obligasi kepada Pemegang Obligasi, umumnya terjadi karena belum adanya ketentuan yang mewajibkan
pembentukan dana cadangan dalam rangka memenuhi kewajiban pokok pinjaman dan pembayaran bunga yang dikelola tersendiri dalam akun khusus pada sisi aktiva
Pembentukan dana cadangan dalam upaya menanggulangi kesulitan likuiditas Perusahaan saat jatuh tempo obligasi kita kenal sebagai sinking fund. Pencadangan dana
tersebut dapat digunakan pada saat pelunasan pokok pinjaman dan bunga pada saat jatuh tempo obligasi maupun pada saat penarikan kembali obligasi yang beredar dengan
cara membeli kembali obligasi yang beredar di Bursa. Sinking fund umumnya diawasi pengelolaannya oleh Wali Amanat.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun sulit dibayangkan, pemerintah akan menolak membayar kembali para pemegang SBSN, mengingat perbuatan ini pasti akan menurunkan kepercayaan
publik kepada SBSN, sebab salah satu yang membuat banyak investor tertarik membeli SBSN adalah kepastian pembayaran kembali oleh negara. UU SBSN sudah mengatur
bahwa dana untuk mebayar pemegang SBSN akan disediakan dalam APBN setiap tahunnya sampai berakhirnya kewajiban pembayaran tersebut.
Sekecil apapun resiko gagal bayar dan penolakan pemerintah untuk melakukan pembayaran tetap ada. Apalagi sudah ada perkara dimana pemerintah pasang badan dan
menolak pembayaran kewajibannya berdasarkan perintah pengadilan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.07Pdt.GPN.SBY tanggal 14 September 1999 jo.
Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur No.112BPDT2000PT.SBY tanggal 6 Juni 2000 jo.Putusan Kasasi Mahkamah Agung No.3939KPDT2001 tanggal 24 Januari
2003 jo. Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No.161 PKPDT2004 tanggal 31 Januari 2007.
142
Pemegang SUN tidak memiliki kepastian memperoleh pembayaran selain jaminan dari pemerintah yang belum tentu dilaksanakan. Hal lain yang perlu
dipikirkan agar investor tidak mengakhiri hidupnya karena uang investasi mereka tidak kembali. Sebagaimana dilakukan para korban nasabah reksadana fiktif Bank Century.
142
Hendra Setiawan Boen, Aset Penjaminan SBSN Dan UU Kebendaan Negara, http:www.hukumonline.comdetail.asp?id=21664cl=Kolom. Diakses pada Tanggal 20 Juli 2010,
Pukul.23:20 Wib
Universitas Sumatera Utara
Menggugat pemmerintah mungkin saja tidak ada gunanya, karena pemerintah dapat saja pasang badan untuk tidak membayar. Berharap pada itikad baik pemerintah.
Rasanya demi kepastian hukum dan keadilan bagi investor, itikad baik saja belum cukup. Menjual kembali ataupunmembuat perjanjian anjak piutang tagihan terhadap
SBSN, jelas tidak menyelesaikan masalah, setidaknya dalam rangka panjang. Pengaturan bahwa aset negara tidak dapat disita tidak boleh diberlakukan secara kaku.
Benar aset-aset negara yang bernilai penting bagi kelangsungan negara dan bernilai sejarah seperti Gelora Bung karno memang tidak boleh disita dengan alasan apapun.
Namun selama aset itu hanya memiliki nilai ekonomis semata, rasanya tidak ada alasan lain mengapa aset negara yang demikian tidak boleh disita.
Dapat diatur bahwa pengadilan dapat memeberi perintah kepada pemerintah untuk memasukkan uang pembayaran di dalam APBN atau menjual danatau melelang
sendiri aset-aset yang dijaminkan tersebut. Sekiranya pemerintah tetap menolak melakukannya, maka pengadilan dapat melakukan penyitaan dan melelang aset-aset
tersebut. Ketentuan seperti ini dapat menjamin supremasi putusan pengadilan terhadap pemerintah, bahwa pengadilan memepunyai kedudukan yang seimbang dengan
eksekutif dan bernegara. Seandainya pemerintah dibiarkan tidak tunduk pada putusan pengadilan, hal ini tentu akan merusak tatanan hukum yang ada dan menjadi preseden
buruk bagi kehidupan bernegara. Dalam cakupanlebih luas, ketentuan seperti ini dapat melindungi semua warga negara terhadap tirani negara. Bahwa semua orang memiliki
Universitas Sumatera Utara
kedudukan yang sama dalam hukum, termasuk negara itu sendiri. Memang benar, negara membuat peraturan perundang-undangan, namun setelah peraturan perundang-
undangan itu berlaku, maka negara akan menjadi pihak yang tunduk kepadanya. Demikian pula terhadap putusan lembaga pengadilan yang bersumber dari konstitusi
sendiri.
143
Yang paling penting harus diingat adalah bahwa selama ini larangan penyitaan terhadap aset negara sudah berlaku limitatif. Sudah sering terjadi pada aparat penegak
hukum, dengan alasan menggunakan aset negara, baik Komisi Pemberantasan Korupsi KPK maupun kejaksaan Agung Republik Indonesia melakukan penyitaan terhadap
aset negara yang diduga merupakan hasil tindak pidana. Misalnya penyitaan terhadap rekening PT.SMP, salah satu kasus dugaan tindak pidana SISMINBAKUM.
Dengan demikian aset negara dapat disita apabila memilliki alasan yang tepat. Rasanya penyitaan terhadap aset negara oleh perintah pengadilan karena pemerintah
melakukan ingkar janji atau menolak memberikan hak warga negaranya. Alasan yang tepat untuk memperlihatkan semua yang hidup di bawah Kkonstitusi Republik
Indonesia memiliki kedudukan yang sama didepan hukum. Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya, otoritas yang melakukan
pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 UU No.19 Tahun 2008 pengaturan dan pegawasan terhadap kegiatan perdagangan
143
Ibid
Universitas Sumatera Utara
SBSN dilakukan oleh otoritas yang dilakukan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal, berwenang memperoleh data dan informasi mengenai SBSN secara
langsung dari Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk sebagaimana agen penatausaha SBSN.
Kegiatan pasar modal merupakan kegiatan yang kompleks dan melibatkan banyak lembaga yang terkait , baik pemerintah maupun swasta, yang sifatnya saling
melengkapi, baik dengan mendapat maupun tanpa balas jasa. Keterkaitan di antara lembaga tersebut ada yang karena dituntut oleh sifat usahanya, dan ada pula karena
tuntutan dari undang-undang pasar modal dan peraturan perundang-perundang atau kebijakan lainnya. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan kegiatan pasar modal
tersebut banyak lembaga yang ikut secara aktif yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
144
1. Otoritas Pasar Modal, yaitu Departemen Keuangan yang dalam hal ini Bapepam
2. Lembaga pemerintah terkait, yakni Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM,
Departemen tekhnis, dan Departemen kehakiman dan HAM 3.
Lembaga-lembaga swasta terkait 4.
Pelaku pasar modal, yaitu emiten, lembaga penunjang dan investor.
144
M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008, hlm.27
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal melaksanakan ketentuan tersebut Bapepam memiliki kewenangan yang luas sebagaimana ditetapkan pada Pasal 5 Undang-Undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal sebagai berikut:
145
1. Memberi:
a. Izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga kliring dan Penjamin, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek , Penasihat Investasi dan Biro Administrasi Efek
b. Izin orang perseorangan bagi wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara
Pedangan Efek, dan Wakil Manajer Investasi, dan c.
Persetujuan bagi Bank Kustodian 2.
Mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat 3.
Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris danatau direktur serta menujuk manajemen sementara
Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesai sampai dengan dipilihnya komisaris danatau direktur yang baru
4. Menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta menyatakan,
menunda atau membatalkan efektifnya Pernyataan Pendaftaran
145
Ibid
Universitas Sumatera Utara
5. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal terjadi
peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap undang-undang ini danatau peraturan pelaksanaannya.
6. Mewajibkan setiap Pihak untuk:
a. Menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang berhubungan dengan
kegiatan pasar modal, dan b.
Mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promo dimaksud
7. Melakukan pemeriksaan terhadap
a. Setiap emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan
Pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, atau b.
Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang perorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini.
8. Menunjuk pihak lain unutk melakukan pemerikasaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam butir 7 di atas. 9.
Mengumumkan hasil pemeriksaan. 10.
Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek dan Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna
melindungi kepentingan pemodal.
Universitas Sumatera Utara
11. Menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam
hal keadaan darurat. 12.
Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpangan dan
Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud.
13. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian
serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal. 14.
Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang-undang Pasar Modal atau peraturan pelaksanaannya.
15. Menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1
angka 5, dan 16.
Melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-Undang ini. Setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui pasar modal, atau disebut
emiten, wajib mengungkapkan seluruh informasi secara transparan full disclosure mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen
dan harta kekayaan perusahaan kepada masyarakat. Informasi harus dijamin akurasi serta kebenarannya sehingga masyarakat pemodal dapat memahami keadaan perusahaan
yang sebenarnya, sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau tidak membeli efek. Keterbukaan informasi tidak saja diwajibkan pada waktu perusahaan tersebut
Universitas Sumatera Utara
menawarkan efeknya kepada masyarakat pertama kali, tetapi juga harus dilakukan pada waktu efek perusahaan tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
146
Dalam hal suatu informasi yang mengandung fakta material tidak seluruhnya diungkapkan atau disembunyikan atau dipalsukan sehingga menyesatkan misleading
bagi pemodal, maka perusahaan emiten wajib bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh masyarakat pemodal. Dalam hal ini, tampak bahwa mekanisme
transparansi dan adanya jaminan unsur perlindungan bagi masyarakat pemodal. Selain itu, transparansi juga diwajibkan kepada perusahaan yang menawarkan sahamnya
melalui pasar modal serta perusahaan publik, yaitu perusahaan yang telah memiliki pemegang saham sedikitnya 300 tiga ratus sertamodal disetor tiga miliar rupiah.
Transparansi diterapkan untuk memberikan perlindungan kepada para pemegang saham perusahaan publik tersebut.
147
Mengingat pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, serta memiliki peranan strategis untuk
menunjang pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu mendapat pengawasan agar pasar modal dapat berjalan secara teratur, wajar, efisien, serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat.
148
Untuk itu Bapepam diberi kewenangan luar biasa yaitu dikarenakan meliputi kewenangan untuk membuat peraturan, melakukan
146
Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi, Seri Pasar Modal 1, Bandung, Alumni, 2008, hlm.208
147
Pasal 1 Angka 22 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
148
Pasal 4 Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan dan penyidikan, menjatuhkan sanksi administratif dan denda. Secara garis besar fungsi-fungsi yang dimiliki Bapepam adalah fungsi pembuatan peraturan rule-
making, pemeriksaan dan penyidikan, dan penegakan hukum law enforcement. Fungsi rule-making bersifat quasi-legislatif karena Bapepam bukanlah badan yang
dibentuk negara untuk membuat peraturan perundang-undangan, tetap diberikan kewenangan oleh UU untuk membuat peraturan khusus di bidang pasar modal. UUPM
memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk melakukan penegakan hukum dengan memberikan kewenangan untuk melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai
menjatuhkan denda dan sanksi atas setiap pelanggaran dan kejahatan di bidang pasar modal. Untuk kejahatan di bidang pasar modal, fungsi penuntutan ada pada lembaga
kejaksaan. UUPM juga memberikan kewenangan kepada Bapepam untuk melakukan tindakan hukum represif dengan melakukan tindakan pemeriksaan, penyidikan,
pengenaan sanksi administrasi dan denda. Fungsi ini disebut dengan fungsi kekuasaan quasi-judicial. Dan juga kewajiban untuk membina, mengatur, dan mengawasi setiap
pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk aturan,
pedoman, bimbingan dan arahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.
149
149
Irsan Nasaruddin Indra Surya, Op Cit, hlm.115
Universitas Sumatera Utara
Fungsi Bapepam seperti yang disebut diatas adalah fungsi-fungsi yang dimiliki oleh otoritas pasar modal di negara-negara lain di dunia. Kewenangan yang diberikan
oleh UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 3 dan 4 adalah kewenangan yang sesuai dengan standar dan prinsip hukum pasar modal global. Otoritas pasar modal akan
selalu mempunyai 3 tiga fungsi utama, yaitu melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Fungsi-fungsi tersebut diberikan kepada Bapepam untuk memfasilitasi
tercapainya tujuan yang dicanangkan UU, yaitu menciptakan pasar modal yang teratur, wajar, efisien serta memberikan perlindungan kepada pemodal dan masyarakat. Dengan
fungsi-fungsi tersebut Bapepam memiliki beberapa kewenangan.
150
Pasar modal Indonesia sebagai sarana untuk memperoleh dana pembanguan jangka panjang, maka dengan itu diharapkan dapat menjadi suatu lembaga yang
berperan aktif dalam usaha mobilisasi dana bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan harapan tersebut, mekanisme pelaksanaan dan pengawasan harus terus
disinkronisasikan, sehingga pemodal yang akan menanamkan modalnya melalui mekanisme pasar modal terasa terlindungi dan tidak mempunyai keraguan dalam
memilih instrumen pasar modal melalui pembelian surat-surat berharganya.
151
UUPM belum mengatur mengenai obligasi syariah. Dasar hukum yang menjadi acuan adalah fatwa yang dikeluarkan olehh Dewan Syariah Nasional DSN. Namun
150
Ibid
151
Jusuf Anwar, Penegakan Hukum Dan Pengawasan Pasar Modal Indonesia, Bandung: Alumni, 2008, hlm.11
Universitas Sumatera Utara
fatwa bukanlah salah satu sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Namun untuk menghindari kerancuan atau kekecauan penerbitan instrumen utang syariah, DSN
mengeluarkan fatwa yang bisa dijadikan acuan dalam penerbitan obligasi syariah. Dalam pembukaan pasar modal syariah pada tanggal 14 Maret 2003, Bapepam telah
membuat nota kesepahaman MOU dengan DSN-MUI mengenai penyelenggaraan kegiatan pasar modal syariah. Bapepam akan berusaha mempersiapkan infrastruktur
untuk pengembangan pasar modal syariah, termasuk peraturan perundang-undangan.
152
Berkenaan dengan penerbitan obligasi syariah, DSN mengeluarkan fatwa mengenai Obligasi Syariah Mudharabah No.33DSN-MUI102002 tanggal 14
September 2002 yang menyatakan diperbolehkannya perusahaan menerbitkan obligasi syariah. Fatwa tersebut memberikan pengertian bahwa obligasi syariah sebagai surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariahh yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil, margin, fee, serta membayar dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dalam fatwa tersebut berkaitan juga dengan hal-hal lain
dengan obligasi syariah, yaitu berdasarkan akad mudharabah dengan memperhatikan isi fatwa DSN-MUI No.7DSN-MUIIV2000 tentang pembiayaan mudharabah. Emiten
bertindak sebagai mudharib pengelola modal, pemegang obligasi sebagai shahibul maal pemodal. Emiten obligasi syariah tidak boleh melakukan kegiatan usaha yang
152
Irsan Nasaruddin Indra Surya, Op Cit, hlm.206
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan prinsip syariah. Nisbah yield harus disebutkan dalam akad. Emiten harus memberikan jaminan untuk mengembalikan dana pemegang obligasi
apabila lalai atau melanggar perjanjian. Kepemilikan obligasi syariah bisa dipindah tangankan selama disepakati dalam akad. Emiten menerbitkan obligasi hanya untuk
pembiayaan usaha atau modal kerja emiten, tidak boleh untuk pembayaran utang. Emiten wajib menjamin pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang obligasi
bersih dari unsur nonhalal sesuai dengan fatwa DSN-MUI No.20DSN-MUIIV2001.
153
Dewan Syariah adalah lembaga yang khas dimiliki oleh pasar modal syariah. Tugasnya sangat berat yaitu sebagai pengawas kegiatan usaha pasar modal agar
senantiasa sejalan dengan prinsip syariah. Dalam menjalankan tugas tersebut adalah sangat penting untuk membuat aturan yang rinci mengenai kedudukannya. Hal tersebut
akan membuat prinsip good corporate governance lebih mudah diterapkan dalam Dewan Pengawas Syariah.
154
153
Ibid
154
Adrian Sutedi, Op Cit, hlm.132
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN