BAB II PENGATURAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SBSNSUKUK
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2008 TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA
A. Pengaturan Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara
Untuk menjamin keberadaan SBSN maka pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah telah mensahkan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 yaitu mengenai Surat Berharga
Syariah Negara SBSBSUKUK. Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK ini adalah berupa surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Dengan merujuk pada Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.32DSN-MUIIX2002, yang menyatakan bahwa ”Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasilmarginfee, serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.” Dasar pertimbangan Pemerintah pada saat menyusun dan mensahkan UU
tersebut diatas adalah dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks kemandirian bangsa, potensi yang tersedia di dalam negeri harus dioptimalkan untuk melaksanakan kegiatan ekonomi dan membiayai kegiatan
pembangunan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pemerintah perlu memberi peluang untuk meningkatkan akses yang dapat menggali potensi sumber pembiayaan
pembangunan dan memperkuat bisnis pemodal domestik. Pembiayaan tersebut akan terjamin keamanannya apabila mobilisasi dana masyarakat disertai dengan bekerjanya
sistem keuangan, meliputi sistem perbankan, pasar uang dan pasar modal yang efisien. Tercapainya keragaman dalam mobilisasi dana dapat menghasilkan sistem keuangan
yang kuat dan memberi alternatif bagi para pemodal investor. Perusahaan penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini untuk melaksanakan kegiatan penerbitan SBSN. Aset SBSN ini sendiri adalah objek pembiayaan SBSN danatau Barang Milik Negara yang
memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan atau bangunan maupun selain tanah dan atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan
SBSN. Barang Milik Negara ini berupa semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
44
Pemegang SBSN akan merasa aman keberadaannya karena pemerintah telah menjamin hak-hak mereka sebagai investor. Dengan adanya UU yang mengatur
44
Pasal 1 butir 1,2,3, dan 4 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
penjaminan pembayaran apabila jatuh tempo akan memberikan rasa aman bagi investor itu sendiri untuk berinvestasi melalui SBSN.
Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara secara garis besar mengatur mengenai:
45
a. Transparansi pengelolaan SBSN dalam kerangka kebijakan fiskal dan kebijakan
pengembangan pasar SBSN dengan mengatur lebih lanjut tujuan penerbitannya dan jenis akad yang digunakan
b. Kewenangan pemerintah untuk menerbitkan SBSN, baik dilakukan secara langsung
oleh pemerintah yang didelegasikan kepada Menteri, ataupun dilaksanakan melalui Perusahaan Penerbit SBSN.
c. Kewenangan Pemerintah untuk menggunakan Barang Milik Negara sebagai dasar
penerbitan SBSN underlying asset. d.
Kewenangan pemerintah untuk mendirikan dan menetapkan tugas badan hukum yang akan melaksanakan fungsi sebagai perusahaan penerbitan SBSN
e. Kewenangan wali amanat untuk bertindak mewakili kepentingan pemegang SBSN.
f. Kewenangan Pemerintah untuk membayar semua kewajiban yang timbul dari
penerbitan SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh pemerintah maupun melalui perusahaan penerbit SBSN, secara penuh dan tepat waktu sampai
berakhirnya kewajiban tersebut.
g. Landasan hukum bagi pengaturan lebih lanjut atas tata cara dan mekanisme
penerbitan SBSN di Pasar perdana maupun perdagangan SBSN di Pasar Sekunder agar pemodal memperoleh kepastian untuk memiliki dan memperdagangkan SBSN
secara mudah dan aman.
Selain Undang-Undang No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara yang dijadikan payung hukum oleh investor, khusus mengenai SBSN, Peraturan
Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara
45
Bagian Umum Penjelasan Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan perusahaan Penerbit SBSN, dalam Pasal 1 angka 2 Undang- Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara ditegaskan bahwa
Perusahaan penerbit SBSN adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan undang-undang ini untuk melaksanakan kegiatan penerbit SBSN. Hal ini juga tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 2008 tentang Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara.
SBSN atau Sukuk adalah merupakan suatu instrumen utang piutang tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan
yang sesuai dengan prinsip syariah.
46
Sukuk adalah istilah dalam bahasa Arab yang digunakan untuk obligasi yang berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dapat pula diartikan dengan Efek Syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:
47
1. Kepemilikan aset berwujud tertentu
2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu
3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Adanya Undang-Undang Surat Berharga Syariah Negara SBSN adalah suatu keniscayaan, baik sosiologis maupun yuridis. Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya
46
Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syariah, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 2009, hlm.119
47
Ibid
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, antikorupsi, dan eksploitasi. Artinya, misi utama ekonomi syariah adalah tegaknya nilai-nilai akhlak moral dalam aktivitas bisnis,
baik individu, perusahaan, ataupun negara serta terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil.
48
Beberapa hal yang mendasari lahirnya Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara SBSNSUKUK, sebagai berikut:
49
1. Secara yuridis bahwa kehadiran Undang-Undang Sukuk adalah didasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945, jadi penerapan hukum ekonomi syariah di Indonesia memiliki dasar yang sangat kuat. Ketentuan Pasal 29 ayat 1 dengan tegas
menyatakan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya mengandung tiga makna yaitu:
a. Negara tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan
kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan
kebijakan-kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dari segolongan pemeluk agama yang memerlukannya
c. Negara berkewajiban membuat perauran perundang-undangan yang melarang
siapapun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama paham ateisme
48
Ibid
49
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 disebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Kata ”menjamin” sebagaimana termaktub dalam ayat 2 Pasal 29 UUD 1945 tersebut bersifat
”imperatif”, artinya Negara berkewajiban secara aktif melakukan upaya-upaya agar tiap-tiap penduduk dapat memeluk agama dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu. 2.
Secara faktual sistem ekonomi syariah melalui perbankan telah terbukti menunjukkan keunggulannya di masa-masa kritis, khususnya krisis yang diawali
tahun 1997. Ketika semua bank mengalami guncangan hebat dan sebagian besar dilikuidasi, tetapi bank-bank syariah aman dan selamat dari badai hebat tersebut,
karena sistemnya bagi hasil. Ajaibnya bank syariah dapat berkembang tanpa dibantu sepeserpun oleh pemerintah. Sementara bank-bank konvensional hanya dapat
bertahan karena memeras dana APBN dalam jumlah ratusan triliun melalui Bantuan Likuiditas Bank Indonesia dan bunga obligasi. Hal ini berlangsung sampai detik ini.
Dana APBN itu adalah hak seluruh rakyat Indonesia, tetapi rakyat terpaksa dikorbankan demi membela bank-bank sistem konvensioanal agar bisa bertahan.
Perbankan syariah tampil sebagai penyelamat ekonomi negara dan bangsa. Maka sangat tidak logis dan irasional, jika ada pihak yang menolak kehadiran regulasi
syariah
Universitas Sumatera Utara
3. Secara historis, pengundangan legislasi hukum syariah di Indonesia telah banyak
terjadi di Indonesia, seperti Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang selanjutnya diamandemen Undang-Undang No.3 Tahun 2006.
Demikian pula Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Undang-Undang No.41 Tahun 2004 tentang Perwakafan dan Undang-Undang No.13
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Undang-Undang yang mengatur hukum untuk umat Islam saja dapat diterima DPR, apalagi Undang-Undang yang
mengatur hukum untuk umat Islam saja dapat diterima DPR, apalagi Undang-undang tentang ekonomi yang bertujuan untuk kebaikan, kemajuan dan kemaslahatan bangsa
dan Negara secara universal, jelas semakin penting untuk diterima dan diwujudkan oleh siapapun yang terpanggil untuk kemajuan Negara.
4. Diundangkannya Undang-Undang Sukuk SBSN, maka aliran dana investasi ke
Indonesia akan mengikat, baik dari Luar Negeri utamanya Timur Tengah maupun dalam Negeri. Menolak Undang-Undang tersebut berarti menolak investasi masuk ke
Indonesia dan itu berarti menolak kemajuan ekonomi bangsa. Harus disadari, bahwa tujuan ekonomi syariah adalah untuk kemaslahatan seluruh bangsa Indonesia, bukan
kelompok tertentu. Pihak yang menolak harus berbesar hati dan bergembira dengan kehadiran kedua Undang-Undang tersebut. Bukan malah secara phobia dan membabi
buta menolak dengan alasan sentimentil hamiyyah kepada agama tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Selain Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara yang dijadikan sebagai payung hukum oleh investor, khusus mengenai SBSN
ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang pada saat itu sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
118PMK.082008 tentang penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri, yang ditetapkan pada
tanggal 15 Agustus 2008. Bookbuilding
50
adalah kegiatan penjualan SBSN kepada pihak baik perorangan maupun kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi
baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum melalui agen penjual, dimana agen penjual mengumpulkan Pemesanan pembelian dalam periode penawaran
yang telah ditentukan. Dalam ketentuan Pasal 18 dan Pasal 24 Undang-Undang No.19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara, Menteri Keuangan dapat menyelenggarakan pengelolaan Surat Berharga Syariah Negara baik yag diterbitkan secara langsung oleh
Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara, serta menetapkan ketentuan mengenai penerbitan dan penjualan Surat Berharga Syariah
Negara dengan cara tanpa lelang melalui bookbuilding. Penjualan SBSN tanpa lelang dapat dilaksanakan dengan melakukan penjualan kepada masyarakat melalui agen
50
Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 118PMK.082008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan Cara Bookbuilding di Pasar Perdana
Dalam Negeri.
Universitas Sumatera Utara
penjual. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.082008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga
Syariah Negara dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri. Pihak ketiga yang sangat membantu pemasaran SBSN sebagaimana telah
disebutkan di atas adalah agen penjual. Oleh karena itu dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118PMK.082008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga
Syariah Negara dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri telah diatur secara khusus mengenai tugas agen penjual yaitu:
a. Mengumumkan rencana penjualan SBSN kepada calon investor
b. Melaksanakan penjualan SBSN
c. Melakukan fungsi penjaminan emisi dalan penjualan SBSN sesuai dengan yang
diperjanjikan d.
Menyampaikan seluruh data penawaran penjualan SBSN, termasuk book-order, kapada Menteri c.q. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, dan
e. Mengumumkan hasil ketetapan penjualan SBSN kepada Pihak yaitu perusahaan
Efek yang pemesanan pembeliannya mendapatkan penjatahan. Sedangkan pada Pasal 9 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
118PMK.082008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri, disebutkan bahwa untuk
dapat ditunjuk menjadi Agen Penjual, Calon Penjual harus:
Universitas Sumatera Utara
a. Menyampaikan proposal dan dokumen pendukung yang dipersyaratkan
b. Memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan, dan
c. Lulus seleksi yang dilaksanakan oleh Panitia Seleksi
Kriteria sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b, sekurang- kurangnya memiliki:
a. Ijin usaha dari otoritas pasar modal Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha
sebagai penjamin emisi efek b.
Pengalaman sebagai penjamin pelaksana emisi sukukobligasi syariah dalam mata uang rupiah
c. Anggota tim yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penjaminan pelaksana emisi sukukobligasi syariah d.
Komitmen terhadap Pemerintah Republik Indonesia dalam pengembangan pasar SBSN
e. Rencana kerja, strategi dan metodologi penjualan SBSN, dan
f. Sistem informasi dan teknologi yang memadai untuk mendukung proses penerbitan
SBSN Selain pengaturan mengenai Agen Penjual, dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 118PMK.082008 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri juga mengatur
mengenai dokumen penerbitan dan penjualan SBSN, perjanjian perwaliamanatan
Universitas Sumatera Utara
penerbitan SBSN oleh Pemerintah atau melalui Perusahaan Penerbit SBSN, penetapan hasil penjualan dan penjatahan, setelmen serta biaya penerbitan yang timbul dalam
rangka pelaksanaan penerbitan dan penjualan SBSN dengan cara Bookbuilding di Pasar Perdana Dalam Negeri.
Pengaturan penerbitan SBSN sebagaimana tercantum pada Pasal 8 ayat 2 Undang-Undang No.19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, Menteri
berwenang menetapkan komposisi SBSN dalam rupiah maupun valuta asing, serta menetapkan komposisi Surat Berharga Negara dalam bentuk Surat Utang Negara
maupun SBSN dan hal-hal lain yang diperlukan untuk menjamin penerbitan Surat Berharga Negara secara hati-hati serta diperkuat pada Pasal 9 ayat 2 yaitu Pemerintah
wajib membayar Imbalan dan Nilai Nominal setiap SBSN, baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun Perusahaan Penerbit SBSN, sesuai dengan ketentuan
dalan akad penerbitan SBSN. Adanya jaminan dari pihak Pemerintah dimaksudkan untuk menciptakan daya tarik para investor agar berinvestasi pada SBSN. Dengan
adanya UU SBSN tersebut maka pemegang SBSN tidak perlu lagi khawatir terjadi gagal bayar default risk.
Universitas Sumatera Utara
B. Ketentuan Dan Syarat Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara