asing tersebut para remaja beranggapan bahwa dirinya telah memenuhi sebagai gaya hidup orang modern. Untuk memenuhi anggapan tersebut bagi
remaja yang tidak memiliki uang terutama para remaja dari keluarga ekonomi lemah dan agar terlaksana gaya hidup yang diinginkan, mereka
akan melakukan segala cara untuk mewujudkannya dan bahkan menjadi delinkuen. Sedangkan para remaja dari keluarga kelas ekonomi menengah
ke atas pun banyak yang meniru dan menyerap budaya asing dengan begitu saja. Mereka dapat pula menjadi remaja delinkuen karena ketatnya pengaruh
orang tua untuk mempertahankan pola hidup tradisional, dan dapat juga dikarenakan terlalu longgarnya pengawasan orang tua terhadap anak-
anaknya.
E. Kerangka Pemikiran
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya, karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan kanak-kanak untuk menuju
tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya mengalami
pembentukan. Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan perubahan-
perubahan yang sangat cepat pula pada diri remaja, seperti meningkatnya emosi, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, rasa ingin tahu
yang menonjol, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja diharapkan dapat mengubah sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Masa remaja dituntut untuk melakukan perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Masa remaja merupakan suatu masa belajar yang meliputi bidang
intelijensia, sosial, maupun lain-lain yang berhubungan dengan kepribadiannya. Pada tahap ini seorang remaja memerlukan peran dari keluarga untuk
membentuk watak dan kepribadian remaja hingga menjelang dewasa. Kondisi ini juga tidak terlepas dari peranan dan fungsi keluarga sebagai wadah yang utama
dalam membentuk kepribadian remaja. Orangtua yang berhasil menjalankan peran dan fungsinya adalah orangtua yang memiliki kemampuan untuk memberikan
kesejahteraan pada anaknya dan tentunya hal ini tidak terlepas dari kondisi sosial ekonomi yang dimiliki oleh keluarga.
Kenakalan remaja dapat dikaitkan dengan pengaruh kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Remaja yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi rendah, masalah inti yang mereka hadapi adalah tidak mampu bersaing dengan remaja dari kalangan atas disebabkan karena kurangnya hak-hak
mendapatkan keistimewaan dan fasilitas materil. Maka untuk memainkan fungsi sosial tertentu dan untuk memberikan arti bagi eksistensi hidupnya, juga untuk
mengangkat martabat dirinya serta untuk menegakkan fungsi egonya mereka lalu melakukan perbuatan kenakalan.
Menurut Santrock, kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah, serta perkampungan kumuh pada penduduk.
Tuntutan kehidupan yang keras menjadikan remaja-remaja kelas sosial ekonomi rendah menjadi agresif. Sementara itu, orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku putra-putrinya, sehingga remaja
Universitas Sumatera Utara
cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri.
Namun menurut Hurwitz yang menyebutkan bahwa dalam hal kondisi sosial ekonomi rumah tangga tidak boleh hanya memperhatikan kondisi sosial
ekonomi rendah sebagai faktor dominan terjadinya kenakalan anak, penting juga memperhatikan remaja yang berasal dari kondisi sosial ekonomi kelas atas.
Dalam hal ini kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang sangat tinggi, dimana remaja sudah terbiasa hidup mewah, anak-anak dengan mudahnya mendapatkan
segala sesuatu akan membuatnya kurang menghargai dan menganggap sepele, yang dapat menciptakan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak dapat terjerumus
dalam lingkungan antisosial. Kemewahan membuat anak menjadi terlalu manja, lemah secara mental, tidak mampu memanfaatkan waktu luang dengan hal-hal
yang bermanfaat. Situasi demikian menyebabkan remaja menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi atas dirinya dengan melakukan
perbuatan yang bersifat melanggar Hurwitz, dalam Moeljatno, 1986 : 111. Sedangkan untuk sosial ekonomi rumah tangga menengah, tidak ada
penelitian yang menyatakan kondisi sosial ekonomi menengah berpengaruh terhadap kenakalan remaja.
Dari beberapa teori dan hasil penelitian di atas kita melihat bahwa ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan munculnya kejahatan dalam
konteks kenakalan. Remaja dari latar belakang kondisi sosial ekonomi yang berbeda diperkirakan memiliki wawasan berfikir dan perilaku yang berbeda pula.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kenakalan remaja datang dari berbagai latar
Universitas Sumatera Utara
belakang sosial ekonomi, baik yang berlatar belakang sosial ekonomi tinggi, maupun yang berlatar belakang sosial ekonomi rendah.
Universitas Sumatera Utara
Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Remaja -
Mengalami pembentukan kepribadian -
Perubahan fisik dan psikis secara cepat
- Memerlukan peran dari keluarga dan
lingkungan untuk membentuk watak dan kepribadian
- Masa untuk merubah sikap, pola
prilaku kekanak-kanakan dan persiapan menghadapi masa dewasa
Rumah Tangga Sosial Ekonomi Rendah
- Tingkat pendidikan yang
rendah -
Tingkat penghasilan yang rendah
- Tuntutan kehidupan yang
keras -
Orang tua tidak sempat membimbing dan mengawasi
putra putrinya -
Remaja dibiarkan menemukan dan belajar
sendiri Rumah Tangga Sosial Ekonomi
Tinggi -
Tingkat pendidikan yang tinggi
- Tingkat penghasilan yang
tinggi -
Remaja terbiasa hidup mewah
- Remaja mudah mendapatkan
segala sesuatu -
Kemewahan membuat remaja manja dan lemah secara
mental
Kenakalan Remaja -
Berbohong -
Membolos sekolah -
Berkelahi -
Melihat, membaca, dan menonton film porno
- Seks bebas
- Minum-minuman keras
- Penyalahgunaan narkoba
- Mencuri
- Membunuh
Universitas Sumatera Utara
F. Hipotesa