Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Metode Dilusi

koetjape Merr. terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit kulit. Adapun bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus, Streptococcus viridans secara in vitro yang diambil dari spesimen.

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka konsep seperti ditunjukkan dalam bagan berikut ini: Variabel Bebas Variabel Terikat Aktivitas antimikroba terhadap mikroba : Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian 1.3 Perumusan Masalah 1. Apakah fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus Daun Kecapi Segar Serbuk Simplisia ditambahkan n- heksana Eksrak n- Heksana Fraksi Etilasetat Fraksi Etanol Staphylococcus epidermidis Streptococcus viridans Pseudomonas aeruginosa Citrobacter diversus Ampas dari Simplisia n-heksana ditambahkan etilasetat Ampas dari Simplisia etilasetat ditambahkan etanol Universitas Sumatera Utara 2. Dari fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi fraksi manakah yang paling efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus.

1.4 Hipotesis

 Fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus.  Dari fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi fraksi etanol yang paling efektif sebagai antibakteri terhadap bakteri yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian  Untuk mengetahui aktivitas bakteri dari fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi terhadap beberapa bakteri penyebab penyakit kulit Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa dan Citrobacter diversus  Untuk mengetahui fraksi yang paling efektif dari fraksi n-heksana, etilasetat dan etanol daun kecapi di duga fraksi etanol yang paling efektif sebagai antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab panyakit kulit yang diuji Staphylococcus epidermidis, Streptococcus viridans, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus. Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Manfaat Penelitian

 Sebagai bahan informasi kepada masyarakat Indonesia tentang khasiat Kecapi Sandoricum koetjape Merr. sebagai antibakteri penyebab penyakit kulit.  Bila memungkinkan dapat dikembangkan untuk diformulasi sebagai sediaan obat siap pakai. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan kecapi Sandoricum koetjape Merr. Tumbuhan kecapi Sandoricum koetjape Merr. ini diklasifikasikan sebagai berikut Tjitrosoepomo, 2004 dan Corner and Watanabe, 1969: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak Kelas : Dialypetalae Ordo : Rutales Famili : Meliaceae Genus : Sandoricum Spesies : Sandoricum koetjape Merr. 2.1.2 Habitat Tumbuhan kecapi Sandoricum koetjape Merr. Tumbuhan kecapi banyak tumbuh secara alami di dataran rendah sampai daerah pegunungan dengan ketinggian 1200 meter atau lebih. Kecapi diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke India, Indonesia Borneo, Maluku, Mauritius dan Filipina. Dan sekarang tanaman kecapi pada umumnya ditanam di kebun atau pekarangan secara sederhana Mabberley,D.J., et al, 1995. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Nama Daerah Di Indonesia, Sandoricum koetjape Merr. sering disebut dengan kecapi

mempunyai nama daerah yang berbeda-beda, Misalnya Pono, Setul, Seutoy Aceh, Hasapi, Sotul Batak, Kasapi, Santu Makasar, Sentul Jawa Anonim, 2008.

2.1.4 Morfologi Tumbuhan kecapi Sandoricum koetjape Merr.

Tumbuhan kecapi merupakan tumbuhan yang rimbun dan besar, Batangnya tumbuh tegak dapat mencapai 30 m, diameternya 70-90 cm, bergetah seperti susu. Daun majemuk berselang-seling, bertangkai sampai dengan 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung, hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya. Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5, mahkota 5 helai, kuning hijau, samar-samar berbau harum. Buah buni bulat agak gepeng, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2-5 butir, besar, bulat telur agak pipih, coklat kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah Verheij dan Coronel,1997. Pohon kecapi berbunga dari bulan Juni sampai Oktober dan berbuah masak dalam bulan Oktober-November. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan biji, tetapi dapat juga dengan sistem tempel atau okulasi Sastrapradja dkk, 1977. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Kandungan Kimia

Daun kecapi mengandung saponin, flavonoida, tanin, glikosida dan steroidatriterpenoida, fenol dan polifenol Anonim, 2008

2.1.6 Manfaat Tanaman kecapi Sandoricum koetjape.Merr

Daun kecapi berkhasiat sebagai antipiretik dan peluruh keringat Perry, 1980 juga sebagai obat batuk, obat mulas dan keputihan Depkes dan Kessos RI, 1994. Bagian tanaman lainnya juga sangat bermanfaat, kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang dan kurap, akarnya untuk obat kembung, diare, sakit pinggang serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan Anonim, 2008. 2.2 Ekstrak 2.2.1 Pengertian Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Depkes RI, 1995. Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari dapat berupa air, etanol dan campuran air etanol Depkes RI, 1979. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin i. Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. ii. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. 2. Cara panas i. Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. ii. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. iii. Digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 o C. iv. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 o C selama waktu tertentu 15-20 menit. Universitas Sumatera Utara v. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama + 30 menit dan temperatur sampai titik didih air. 2.3 Bakteri 2.3.1 Uraian Umum Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu, berbentuk bola,batang atau spiral berdiameter sekitar 0,5 - 1,0 mikrometer µ m dan panjangnya 1,5 - 2,5 mikrometer µm. Berkembang baik dengan cara membelah diri Dwijoseputro, 1994. Dapat bersifat saprofit maupun parasit, penyebarannya sangat luas di dalam dan pada permukaan bumi diatmosfer dan dilingkungan kita sehari- hari Pelczar et al, 1986. Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dipengaruhi oleh: 1. Zat makanan nutrisi Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt, vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya. 2. Keasaman dan kebasaan pH Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum pertumbuhan antara 6,5-7,5, namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkali. 3. Temperatur Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0- 30 o C, temperatur optimum adalah 10-20 o C. b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperature 5-6 o C, temperatur optimum adalah 25-40 o C. c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 50-100 o C, temperatur optimum adalah 55-65 o C. 4. Oksigen Beberapa spesies bakteri dapat hidup dengan adanya oksigen dan sebaliknya spesies lain akan mati. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. b. Anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. c. Anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen. d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen. 5. Tekanan osmosa Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium isotonis terhadap isi sel bakteri. 6. Kelembaban Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya Pelczar et al, 1986. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: a. Bentuk basil Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau silinder, membelah dalam satu bidang, berpasangan ataupun berbentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas: - Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul. - Diplobasil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul. - Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung tajam. Contoh: Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium, Shigella dysenteriae. b. Bentuk kokus Kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas: - Diplokokus yaitu kokus yang bergandeng dua. - Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat. - Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu untaian. - Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai. Universitas Sumatera Utara - Sarsina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus. Contoh: Monococcus gonorhoe, Diplococcus pneumoniae, Streptococcus viridans, Staphylococcus epydermidis, Sarcina luten. c. Bentuk spiral Dapat dibedakan atas: - Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan. - Vibrio yaitu bentuk batang yang melengkung berupa koma. - Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya melenturkan dan melengkukkan tubuhnya sambil bergerak. Contoh: Spirillum, Vibrio cholerae, Spirochaeta palida Volk and Wheeler, 1989. Berdasarkan reaksi bakteri terhadap pewarnaan gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a. Bakteri gram positif, yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna utama kristal violet sehingga tampak berwarna ungu tua. b. Bakteri gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna utama kristal violet ketika dicuci dengan alkohol dan menyerap zat warna kedua sewaktu pemberian safranin tampak berwarna merah Lay, 1994.

2.3.2 Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal 15-80µ m dan berlapis tunggal mono. Komponen utama penyusun dinding sel adalah peptidoglikan dan asam teikoat Pelczar et al, 1986 . Universitas Sumatera Utara

2.3.2.1 Bakteri Stahpylococcus epidermidis

Berikut sistematika bakteri Sthapylococcus epidermidis Breed, et al, 1957: Divis Dvisio : Bacteriophyta Kelas Classis : Schizomycetes Bangsa ordo : Eubacteriales Suku Familia : Micrococcaceae Marga Genus : Staphylococcus Jenis Spesies : Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 - 1,0 µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37 o C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar 20 o C. Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus, koagulasi- negatif dan tidak meragi manitol.Jawetz et al, 2001. Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan Jawetz et al, 2001. Bakteri penyebab utama dari endokarditis bakterial pada penderita setelah operasi jantungTim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.3.2.2 Bakteri Streptococcus viridans

Berikut sistematika bakteri Streptococcus viridans Breed, et al, 1957: Divis Dvisio : Bacteriophyta Kelas Classis : Schizomycetes Bangsa ordo : Lactobacillales Suku Familia : Streptococcaceae Marga Genus : Streptococcus Jenis Spesies : Streptococcus Viridans Streptococcus Viridans merupakan bakteri gram positif, anaerob fakultatif, tidak bergerak, berbentuk koloni yang tersusun dalam bentuk rantai, diameter 0,6- 1,0 µm. Tumbuh cepat pada suhu 37 o C. Bakteri ini merupakan flora normal pada tenggorokan, kulit, selaput otak, saluran kemih serta merupakan penyebab penting dari penyakit saluran pernapasan manusia endokarditis subakut Jawetz, et al, 2001. Streptococcus Viridans tidak menghasilkan hemolisin yang mudah larut β-hemolisis pada agar darah dan tidak menghasilkan karbohidrat C spesifik. Sehingga Beberapa spesies menimbulkan α-hemolisis yaitu kuman mengubah hemoglobin menjadi hijau. Beberapa spesies lagi tidak menghemolisis sel darah disebut sebagai indefferent α StreptococcusTim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003.

2.3.3 Bakteri Gram Negatif

Universitas Sumatera Utara Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis 10- 15 nm dan berlapis tiga multi. Dinding sel meliputi peptidoglikan dan selaput luar yang mengandung tiga polimer yaitu lipoprotein, fosfolipida dan lipopolisakarida Pelczar et al, 1986 .

2.3.3.1 Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Berikut sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa Breed, et al, 1957: Divis Dvisio : Bacteriophyta Kelas Classis : Schizomycetes Bangsa ordo : Pseudomonadales Suku Familia : Pseudomonodaceae Marga Genus : Pseudomonas Jenis Spesies : Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob abligat berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitar diameter 0,5 – 8 x 1,5 – 3,0 µm, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan kadang – kadang membentuk rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan fluoresensi kehijauan. Bakteri ini menghasilkan piosianin suatu pigmen kebiru – biruan yang tak berfluoresensi, yan berdifusi kedalam agar. Fluorensi dapat dihasilkan bila biakan diinkubasi pada suhu 20 - 30 o C dari pada yang diinkubasi pada suhu 35 - 37 o C Jawetz et al, 2001. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri ini sering terdapat pada flora usus normal dan kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok Universitas Sumatera Utara Pseudomonas. Bakteri ini ini menimbulkan infeksi pada luka, meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi mata Jawetz et al, 2001.

2.3.3.2 Bakteri Citrobacter diversus

Berikut sistematika bakteri Citrobacter diversus Breed et al, 1957: Divis Dvisio : Bacteriophyta Kelas Classis : Schizomycetes Bangsa ordo : Eubacteriales Suku Familia : Eubacteriaceae Marga Genus : Citrobacter Jenis Spesies : Citrobacter diversus Citrobacter diversus sel terisolasi dari air, kotoran, tanah dan makanan serta dari kotoran manusia dan hewan lainnya, dimana mereka mungkin penduduk normal, Citrobacter diversus dapat ditemukan dalam air seni, dahak, dan spesimen klinis lainnya. Organisme ini patogen opurtunistik dan dapat menginfeksi tubuh pada semua tempat termasuk kulit Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003.

2.3.4 Fase Pertumbuhan Bakteri

Bakteri mengalami pertumbuhan melalui beberapa fase, yaitu: 1 Fase Penyesuaian Diri Lag phase Pada saat dipindahkan ke media yang baru, bakteri tidak langsung tumbuh dan membelah, meskipun kondisi media sangat mendukung untuk pertumbuhan. Bakteri biasanya akan mengalami masa penyesuaian untuk menyeimbangkan pertumbuhan. Universitas Sumatera Utara 2 Fase Logaritmik Exponensial phase Selama fase ini, populasi meningkat dua kali pada interval waktu yang teratur. Jumlah koloni bakteri akan terus bertambah seiring lajunya aktivitas metabolisme sel. 3 Fase tetap Fase Stasioner Stationary phase Pada fase ini terjadi kompetisi antara bakteri untuk memperoleh nutrisi dari media untuk tetap hidup. Sebagian bakteri mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi tetap. 4 Fase kematian Death phase Pada fase ini, sel bakteri akan mati lebih cepat daripada terbentuknya sel baru. Laju kematian mengalami percepatan yang eksponensial Lee, J, 1983. Gambar 2. Kurva Fase Pertumbuhan dimana : 1. Fase penyesuaian diri Lag phase, 2. Fase Logaritmik Exponensial phase, 3. Fase stasioner Stationary phase, 4. fase kematian Death phase.

2.3.5 Media Pertumbuhan Bakteri

Universitas Sumatera Utara Pembiakan bakteri dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi bakteri. Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen dan hidrogen. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu: I. Bedasarkan asalnya, media dibagi atas: 1 Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat, magnesium fosfat. 2 Media non-sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contohnya: ekstrak daging, pepton Lay, 1994. II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1 Media selektif Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembang biakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi. 2 Media diferensial Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar. Universitas Sumatera Utara 3 Media diperkaya Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat dalam jumlah sedikit Irianto, K, 2006. III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas Irianto, K, 2006: 1 Media padat solid 2 Media semi solid 3 Media cair

2.3.6 Pengukuran Aktivitas Antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi pengenceran atau dengan metode difusi.

a. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan konsentrasi yang berbeda- beda dimasukkan pada media cair. Media tersebut langsung diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu lama dalam pengerjaannya sehingga jarang digunakan Jawetz et al, 2001.

b. Metode Difusi