Langkah-Langkah Analisis Faktor Analisis Faktor .1 Pengertian

b. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu common faktor dan unique faktor. Dua komponen ini bisa dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang menurunkan variabel terobservasi dari variabel komponen hipotesis. Common factor mempunyai lebih dari satu variabel dengan timbangan yang bukan nol nilainya. Suatu faktor unik hanya mempunyai satu variabel dengan timbangan yang tidak nol terikat dengan faktor. Jadi hanya satu variabel yang tergantung pada satu faktor unik. c. Common faktor selalu dianggap tidak berkorelasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkorelasi satu sama lainnya. d. Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah variabel asli, akan tetapi banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli Supranto, 2010

2.2.4. Langkah-Langkah Analisis Faktor

Menurut Supranto 2010, langkah-langkah yang diperlukan dalam analis faktor adalah : a. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah faktor analisis dan mengidentifikasi mengenali variabel-variabel asli yang akan dianalisis faktor. Merumuskan masalah meliputi beberapa hal : 1. Tujuan analisis faktor harus diidentifikasi. Universitas Sumatera Utara 2. Variabel yang akan dipergunakn di dalam analisis faktor harus dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan dari peneliti. 3. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval atau ratio. 4. Banyaknya elemen sampel n harus cukup memadai sebagai petunjuk kasar, kalau k sebagai banyaknya jenis variabel atribut maka n=4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel 5, banyaknya responden minimal 20 atau 25 orang sebagai sampel acak. b. Membentuk Matriks Korelasi Proses analisis di dasarkan pada suatu matriks korelasi agar variabel pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis faktor bisa tepat dipergunakan, varaiabel-variabel yang akan dianalisis harus berkorelasi. Apabila koefisien korelasi antar-variabel terlalu kecil, hubungan lemah, analisis faktor tidak tepat. Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi akan terkait dengan metode statistik korelasi yaitu : 1 Besar korelasi atau korelasi independen variabel yang cukup kuat, misalnya 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah dari 0,5. 2 Besar korelasi partial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap variabel dengan mengganggap variabel lain adalah tetap konstan harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial diberikan pada Anti Image Correlation. Universitas Sumatera Utara Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Barlett’s Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis nol harus ditolak berarti ada korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel. Kalau hipotesis nol terima, ketepatan analisis faktor harus dipertanyakan. Statistik lainnya yang berguna adalah KMO Kaiser-Meyer-Olkin mengukur kecukupan sampling sampling adequancy. Indeks ini membandingkan besarnya koefisien korelasi terobservasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Nilai KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat. 1. Harga KMO sebesar 0,9 adalah sangat memuaskan 2. Harga KMO sebesar 0,8 adalah memuaskan 3. Harga KMO sebesar 0,7 adalah harga menengah 4. Harga KMO sebesar 0,6 adalah cukup 5. Harga KMO sebesar 0,5 adalah kurang memuaskan 6. Harga KMO sebesar 0,4 adalah tidak dapat diterima Measure of Sampling Adequacy MSA ukuran dihitung untuk seluruh matriks korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor. Nilai MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya Wibisono, Universitas Sumatera Utara 2003. Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut Wibowo, 2006. 1 MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain. 2 MSA 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut. 3 MSA 0,5 variabel tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut. c. Menentukan Metode Analisis Faktor Segera setelah ditetapkan bahwa analisis faktor merupakan tekhnik yang tepat untuk menganalisis data yang sudah dikumpulkan, kemudian ditentukan atau dipilih metode yang tepat untuk analisis faktor. Ada dua cara metode yang bisa digunakan dalam analisis faktor, khususnya untuk menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal components analysis dan common factor analysis. Di dalam principal component analysis, jumlah varian dalam data dipertimbangkan. principal component analysis direkomendasikan kalau hal yang pokok ialah menentukan bahwa banyaknya faktor minimum yang harus memperhitungkan faktor maksimum tersebut dinamakan principal components. Di dalam common factor analysis, faktor diestimasi didasarkan pada common variance, communalities dimasukkan di dalam matriks korelasi. Universitas Sumatera Utara Metode ini dianggap tidak tepat kalau tujuan utamanya ialah mengenali mengidentifikasi dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini juga dikenal sebagai principal axis factoring Supranto,2010. Communalities ialah jumlah varian yang sumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau bagian varian yang dijelaskan common factor , atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel. Semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin kuat hubungannya dengan faktor yang dibentuknya. Eigenvalue merupakan jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. Eigenvalue akan menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varian yang dianalisis Wibowo, 2006. d. Rotasi Faktor-Faktor Suatu hasil atau out put yang penting dari analisis faktor ialah apa yang disebut matriks faktor pola faktor pattern matrix. Matriks faktor berisi koefisien yang dipergunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan dinyatakan dalam faktor. Koefisien ini disebut muatan faktor, mewakili korelasi antar-variabel dan faktor. Di dalam melakukan rotasi faktor, kita menginginkan agar setiap faktor mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signif ikan untuk beberapa variabel saja. Guna rotasi ini adalah untuk mengontrol Universitas Sumatera Utara memeriksa variabel yang belum layak dimasukkan menjadi layak dimasukkan dalam buat penamaan. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa saja, kalau mungkin dengan satu faktor saja. Kalau terjadi beberapa faktor mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat interpretasi tentang seluruh varian dari seluruh variabel asli mengalami perubahan. e. Interpretasi Faktor Interpretasi faktor dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang muatannya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan, dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Variabel yang tidak dengan sumbu salah satu faktorberarti berkorelasi dengan kedua faktor tersebut . f. Menghitung Skor dan Nilai Faktor Nilai faktor adalah ukuran yang mengatakan representasi suatu variabel oleh masing masing faktor. Nilai faktor menunjukkan bahwa suatu data mewakili karakteristik khusus yang dipresentasikan oleh faktor. Nilai faktor ini selanjutnya digunakan untuk analisis lanjutan. Sebenarnya analisis faktor tidak harus dilanjutkan dengan menghitung skor atau nlai faktor, sebab tanpa menghitungpun hasil analisis faktor sudah bermanfaat yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari variabel aslinya. Universitas Sumatera Utara g. Memilih Surrogate Variabels Surrogate variabel adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk digunakan di dalam analisis selanjutnya. h. Proses Analisis Faktor Secara garis besar tahapan pada analisis faktor adalah sebagai berikut Supranto 2010 dan Riyanto,A.2011 : 1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. 2. Menguji variabel yang ditentukan, menggunakan metode Barlett Test of Sphericity Sera pengukuran MSA Measure Sampling Adequacy. 3. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan “ekstraksi” variabel tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. 4. Faktor yang terbentuk pada banyak kasus kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-faktor yang ada. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor lain. 5. Kemudian interpretasikan hasil penemuan artinya faktor-faktor tersebut mewakili variabel yang mana saja, dan memberi nama atas faktor yang terbentuk. 6. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Validitas dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti : Universitas Sumatera Utara a. Membagi sampel awal menjadi dua bagian kemudian membandingkan hasil faktor sampel satu dengan sampel dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, bisa dikatakan faktor yang terbentuk telah valid. b. Dengan melakukan metode Comfirmatory Faktor Analysis CFA dengan cara Structural Equation Modelling SEM. Proses ini bisa dibantu dengan Software khusus, seperti Lisrel atau Amos.

2.3. Landasan Teori