2.3 Panen Kelapa Sawit
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit
dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging
buah telah maksimal. Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil TPH serta ke pabrik.
2.4 Kriteria matang panen
Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat
kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid ALB atau FFA minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu
berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg buah segar TBS terdapat 2 brondolan.
2.4.1 Cara panen
Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan
minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid ALB atau FFA. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu
minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan
kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah. Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh
perkebunan kelapa sawit di Indonesia, -
Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos.
- Tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri
menggunakan alat kapak siam. -
Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit bergagang panjang.
2.4.2 Fraksi TBS dan mutu panen
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup
berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik.
Universitas Sumatera Utara
Table 3. Tingkatan Fraksi TBS No Kematangan
Fraksi Jumlah Brondolan
Keterangan
1.
2.
3. Mentah
Matang
Lewat matang 00
1 2
3 4
5 Tidak ada, buah berwarna hitam
1 – 12,5 buah luar membrondol 12,5 – 25 buah luar membrondol
25 – 50 buah luar membrondol 50 – 75 buah luar membrondol
75 – 100 buah luar membrondol Buah dalam juga membrondol, ada
buah yang busuk Sangat mentah
Mentah Kurang matang
Matang I Matang II
Lewat matang I Lewat matang II
Derajat kematangan yang baik yaitu tandan – tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, dan 3.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi lebih dari 5. Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Tim Penulis PS,1997
Universitas Sumatera Utara
2.5 Minyak Sawit