B. Minyak Sawit Untuk Industri Nonpangan
Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis splitting untuk menghasilkan asam lemak
dan gliserin. Kandungan minyak dalam sawit berjumlah kurang lebih 1, diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten
dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan defisiensi vitamin A dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah
kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya
adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokimikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam
amino, metal ester, dan gliserin. Bahan – bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri komestik dan aspal.
Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen. Yan Fauzi, 2002
2.6 Mutu Minyak Sawit
Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah
mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar – benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit tersebut dapat
ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai titik lebur angka penyabunan dan bilangan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit
berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar
Universitas Sumatera Utara
mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan nonpangan masing – masing berbeda. Oleh karena itu, keaslian,
kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor – faktor
tersebut dapat langsung dari sifat pohon induknya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan. Selain itu, ada beberapa faktor yang
secara langsung berkaitan dengan standart mutu minyak sawit seperti:
Table 6. Standart Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit. Karakteristik
Minyak Sawit
Inti Sawit Minyak Inti
Sawit Keterangan
Asam Lemak bebas Kadar kotoran
Kadar zat menguap Bilangan peroksida
Bilangan iodine Kadar logam Fe, Cu
Lovibond Kadar minyak
Kontaminasi Kadar pecah
5 0,5
0,5 6 meq
44–58 mggr 10 ppm
3-4 R -
- -
3,5 0,02
7,5 -
- -
- 47
6 15
3,5 0,02
0,2 2,2 meq
10,5–18,5 mggr -
- -
- -
Maksimal Maksimal
Maksimal Maksimal
- -
- Minimal
Maksimal Maksimal
Universitas Sumatera Utara
2.7 Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid
Asam lemak bebas ALB adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisa dari lemak. Kadar ALB minyak kelapa sawit dianggap sebagai Asam Palmitat berat
molekul 256. ALB yang tinggi menimbulkan kerugian dalam Rafinasi dan korosi logam proxidant seperti besi dan tembaga.
Rata – rata kadar ALB adalah sebesar 3,5 dalam bentuk asam palmitat, hal ini menunjukkan bahwa kandungan ALB yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit
PKS masih masuk dalam kualitas yang ditetapkan oleh SNI yaitu sebesar 5, walaupun di beberapa PKS memiliki ALB lebih besar dari 4. Asam – asam lemak
yang terdapat sebagai ALB dalam CPO terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon.
Kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Untuk ALB dalam CPO
komponen utamanya adalah asam palmitat dan oleat. Naibaho, P. 1998 Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit
sangat merugikan. Tingginya asam lemak ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam
minyak sawit. Kenaikan kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan
diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat
dengan adanya faktor – faktor panas, air, keasaman, dan katalis enzim. Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.Tim
Penulis PS, 2000
Universitas Sumatera Utara
Pembentukan ALB dikatalis oleh enzim lipase yang terdapat dalam sel mesokrap atau yang berasal dari luar sel seperti yang dihasilkan oleh bakteri maupun
kapang. Kerusakan fisik akibat transportasi, ataupun penundaan panen dan pengangkutan akan meningkatkan jumlah buah luka, memar ataupun rusak sehingga
merangsang bekerjanya enzim lipase dan sebagai akibatnya ALB meningkat. Aktivitas enzim lipase sangat dipengaruhi oleh suhu. Kecepatan hidrolisa oleh
enzim lipase yang terdapat dalam jaringan relatif lambat pada suhu rendah, sedangkan pada kondisi yang cocok proses hidrolisa oleh enzim lipase akan sangat cepat.
Reaksi pembentukan ALB pada minyak kelapa sawit; O
CH
2
– O – C – R CH
2
– OH O
Panas, air O
CH – O – C – R CH
– OH +
R – C OH O
keasaman, enzim CH
2
– O – C – R CH
2
– OH Minyak sawit
gliserol ALB
Hutomo, T., 1991 Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif
tinggi dalam minyak sawit antara lain : -
Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu. -
Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah.
Universitas Sumatera Utara
- Penumpukan buah yang terlalu lama.
- Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik.
Setelah mengetahui faktor – faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatan lebih mudah dilakukan.
Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Pemetikan buah sawit di saat belum
matang saat proses biokimia belum sempurna menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan pemetikan setelah
batas tepat panen yang ditandai dengan buah berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan menstimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga
menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat.
Untuk itulah pemanenan tandan buah segar harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Sebaiknya
panen dilakukan pada saat buah berumur 15 – 17 minggu, karena pada saat itu tidak terjadi peningkatan asam lemak bebas yang terbentuk antara lain karena penguraian
lemak oleh enzim lipase yang mulai aktif pada mesokrap yang berumur 16 – 20 minggu. Tim Penulis PS, 2000
Meningkatnya kandungan ALB disebabkan oleh 3 peristiwa: 1.
Peningkatan dalam skala kecil akibat terjadinya degradasi biologis dalam buah yaitu proses buah menjadi lewat matang atau mulai membusuk.
2. Jatuhnya tandan buah ke tanah waktu dipanen, yang menyababkan terjadinya
goresan atau memar.
Universitas Sumatera Utara
3. Penanganan handling buah dalam rangka pengankutan ke Tempat
Pemungutan Hasil TPH dan dari TPH ke pabrik.. Sebelum dipasarkan, minyak ditimbun dalam tangki – tangki timbun yang
memiliki ukuran serta kapasitas yang bervariasi. Isi tangki timbun dipanaskan pada suhu 50 – 60
o
C. Selama penimbunan ini kadar ALB juga dapat meningkat. Untuk menjamin agar kadar ALB tidak melebihi 5 maka sebaiknya kadar ALB tersebut
dijaga agar tidak lebih 3,5 pada saat penimbunan. Mangoensoekarjo, S., 2000
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Metodologi Analisa 3.1.1 Alat
- Buret10 ml Brand
- Neraca Analitik Sartorius
- Labu Erlenmeyer 250 ml Pyrex
- Gelas ukur 50 ml Pyrex
- Pipet tetes
3.1.2 Bahan
- Alkohol 96 - N-heksan
- KOH - Indikator Tymol Blue
Universitas Sumatera Utara