Penentuan Kadar Minyak Dan Asam Lemak Bebas (ALB) Tandan Buah Segar (TBS) Berdasarkan Derajat Kematangan Buah Di PTP.Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei

(1)

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

WINDA WAHYUNI SILITONGA 082409029

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

WINDA WAHYUNI SILITONGA 082409029

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul :PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : WINDA WAHYUNI SILITONGA Nomor Induk Siswa : 082409029

Program Studi : DIPLOMA – III ( D3 ) KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (MIPA)

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Diketahui

Ketua Program Kimia Industri Pembimbing

Dr. Emma Zaidar Nst, MSi Juliati Tarigan, S.Si.,M.Si NIP 195512181987012001 NIP 197205031999032001

Ketua Departemen Kimia

Dra. Rumondang Bulan Nst, M.S NIP 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT

KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT)

SEI MANGKEI

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

WINDA W. SILITONGA 082409029


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena dengan limpahan Kasih Setia dan RahmatNya sehingga Tugas Akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PTP. Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei, dengan judul “PENENTUAN KADAR MINYAK DAN ALB TANDAN BUAH SEGAR (TBS) BERDASARKAN DERAJAT KEMATANGAN BUAH DI PTP.NUSANTARA III PKS (PABRIK KELAPA SAWIT) SEI MANGKEI“

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyeleaikan Tugas Akhir ini, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tersayang, R. Silitonga dan S. Silalahi serta abang dan kakak tersayang, Frendy H. Silitonga, Tiurma Silitonga, Sari Lia Silitonga, dan Jonatan P. Silitonga serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan moril dan material kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Juliati Tarigan, M.Si.,S.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian tugas akhir ini, yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Bapak Syuhada selaku Asisten Laboratorium di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei.

5. Bapak J. Hutagaol selaku pembimbing lapangan di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei yang telah banyak memberikan informasi.

6. Karyawan / karyawati PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei yang telah memandu dan memberikan informasi.

7. Rekan–rekan Kimia Industri 2008 yang telah banyak membantu dan memberikan kritik dan saran.

8. Abang dan kakak senior Kimia Industri 2008 yang telah banyak membantu dan memberikan informai terutama b’seven dan k’tika.

9. Yang terakhir dan tak kalah penting Boy Andrew Simangunsong, Amd yang setia membantu, dan memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyelesaian tugas akhir ini.


(6)

Dalam kesempatan ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Penulis juga berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011 Penulis

WINDA W. SILITONGA


(7)

ABSTRAK

PKS ( Pabrik Kelapa Sawit ) Sei Mangkei mengolah TBS ( Tandan Buah Segar ) varietas tenera untuk memproduksi minyak sawit kasar (CPO atau Crude Palm Oil) dan inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil). Kadar minyak dan ALB ( Asam Lemak Bebas ) yang terdapat pada buah sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu TBS, umur tanaman, derajat kematangan buah, pengangkutan TBS ke pabrik dan kondisi pengolahan di PKS. Batasan pembahasan permasalahan tugas akhir ini hanya pada derajat kematangan buah. Kadar minyak dan ALB ( Asam Lemak Bebas ) buah sawit berdasarkan derajat kematangannya juga berbeda yaitu pada keadaan mentah, kurang matang, matang, dan lewat matang. Dari hasil analisa yang dilakukan di PKS Sei Mangkei, diperoleh kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi – 0 ) sebesar 20,40% dan 19,88%, kadar minyak buah sawit pada keadaan kurang matang ( fraksi – 1 ) sebesar 24,00% dan 23,10%, kadar minyak buah sawit pada keadaan matang ( fraksi – 2 dan 3 ) sebesar 27,73% dan 24,96%, dan kadar minyak buah sawit pada keadaan lewat matang ( fraksi – 4 dan 5 ) sebesar 29,74% dan 27,80%. Sedangkan untuk kadar ALB buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi – 0 ) sebesar 2,63% dan 2,75%, ALB pada keadaan kurang matang ( fraksi – 1 ) sebesar 3,02% dan 2,90%, ALB pada keadaan matang ( fraksi – 2 dan 3 ) sebesar 3,37% dan 3,26%, dan ALB pada keadaan lewat matang ( fraksi – 4 dan 5 ) sebesar 3,74% dan 3,65%.


(8)

DETERMINE THE OIL DEGREE AND FREE FATTY ACID (FFA) FRESH FRUIT BUNCH (FFB) ACCORDING TO THE FRUIT

MATURITY LEVEL AT PTP. NUSANTARA III PKS (OIL PALM FACTORY)

SEI MANGKEI

ABSTRACT

Oil Palm Factory Sei Mangkei cultivate FFB (Fresh Fruit Bunch) Tenera variety to produce Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO). The oil degree and FFA (Free Fatty Acid) of the palm fruit influenced by several factors such as plants variety, plants maintenance, fresh fruit bunch quality, plants age, the fruit maturity level, the fresh fruit bunch transportation to factory, and the processing condition at the oil palm factory. The limitation of this writing troubleshoot discussion is only about the fruit maturity level. The oil degree and free fatty acid (FFA) of the palm fruit according to the fruit maturity level is also different at raw condition, less ripe condition, ripe condition, and over ripe condition. From the result analysis at the oil palm factory Sei Mangkei, the oil degree obtained of the palm fruit at raw condition (fraction-0) is 20,40% and 19,88%; the oil degree of the palm fruit at less ripe condition (fraction-1) is 24,00% and 23,10%; the oil degree of the palm fruit at ripe condition (fraction-2 and 3) is 27,73% and 24,96%; and the oil degree of the palm fruit at over ripe condition (fraction-4 and 5) is 29,74% and 27,80%. To the FFA degree of the palm fruit at raw condition (fraction-0) is 2,63% and 2,75%; the FFA of the palm fruit at less ripe condition (fraction-1) is 3,02% and 2,90%, the FFA of the palm fruit at ripe condition (fraction- 2 and 3) is 3,37% and 3,26%; and the FFA of the palm fruit at over ripe condition (fraction-4 and 5) is 3,74% and 3,65%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ………... . ii

PERNYATAAN ………... . iii

PENGHARGAAN ……… . iv

ABSTRAK ……… . vi.

ABSTRACT ……….. . vii

DAFTAR ISI ………. . viii

DAFTAR TABEL ………. . x

BAB 1 PENDAHULUAN ……… . 1

1.1. Latar Belakang……… . 1

1.2. Permasalahan ……….. . 4

1.3. Tujuan ……… . 4

1.4. Manfaat ……….. . 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….. . 5

2.1. Kelapa Sawit ……….………. . 5

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit ……..………... . 5

2.1.1.1. Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah 6 2.1.1.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah ………. . 8

2.2. Pembentukan Minyak Dalam Buah ………... . 9

2.3. Pemanenan Kelapa Sawit ………... . 10

2.3.1. Derajat Kematangan Buah ……….. . 10

2.3.2. Sortasi Panen ………... . 12

2.4. Minyak Sawit ………. . 13

2.5. Asam Lemak Bebas (ALB) ……… . 17


(10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .……….. . 21

3.1. Alat-Alat ………...………. . 21

3.2. Bahan ………. . 22

3.3. Prosedur Penelitian ….………... . 22

3.3.1. Preparasi Sampel ………. . 22

3.3.2. Penentuan Kadar Minyak ……… . 23

3.3.3. Penentuan Kadar ALB ……… . 24

3.4. Bagan Prosedur Penelitian ….……… . 25

3.4.1. Preparasi Sampel ………. . 25

3.4.2. Penentuan Kadar Minyak ……… . 26

3.4.3. Penentuan ALB ………...……… . 27

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ……… . 28

4.1. Data Percobaan ……….. . 28

4.2. Perhitungan ……… . 29

4.2.1. Brondolan ……… . 29

4.2.2. Daging Buah Brondolan ………. . 30

4.2.3. Kandungan Minyak Brondolan ………... . 30

4.2.4. Kadar Minyak Buah Sawit ……….. . 31

4.2.5. Kadar ALB Buah Sawit ……….. . 31

4.3. Pembahasan ………. 32

BAB 5 KEIMPULAN DAN SARAN ………. . 36

5.1. Kesimpulan ……… . 36

5.2. Saran ………... . 37

DAFTAR PUSTAKA ………... . 38


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan

Daging Buah ………. . 7

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah ………. . 8

Tabel 2.3. Tingkatan TBS yang dipanen ………... . 12

Tabel 2.4. Sifat Fisik Minyak Sawit ………. ……... . 14

Tabel 2.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit ……….. . 16

Tabel 2.6. Standard Kualitas minyak Sawit ………. . 20

Tabel 4.1. Persentase Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit ……… . 28

Tabel 4.2. Persentase Brondolan ………... . 29

Tabel 4.3. Persentase Daging Buah Brondolan ……….. 30

Tabel 4.4. Persentase Kandungan Minyak Brondolan ……….. . 30

Tabel 4.5. Persentase Kadar Minyak Buah Sawit ………. . 31

Tabel 4.6. Persentase Kadar ALB Buah Sawit ………. . 31


(12)

ABSTRAK

PKS ( Pabrik Kelapa Sawit ) Sei Mangkei mengolah TBS ( Tandan Buah Segar ) varietas tenera untuk memproduksi minyak sawit kasar (CPO atau Crude Palm Oil) dan inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil). Kadar minyak dan ALB ( Asam Lemak Bebas ) yang terdapat pada buah sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, mutu TBS, umur tanaman, derajat kematangan buah, pengangkutan TBS ke pabrik dan kondisi pengolahan di PKS. Batasan pembahasan permasalahan tugas akhir ini hanya pada derajat kematangan buah. Kadar minyak dan ALB ( Asam Lemak Bebas ) buah sawit berdasarkan derajat kematangannya juga berbeda yaitu pada keadaan mentah, kurang matang, matang, dan lewat matang. Dari hasil analisa yang dilakukan di PKS Sei Mangkei, diperoleh kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi – 0 ) sebesar 20,40% dan 19,88%, kadar minyak buah sawit pada keadaan kurang matang ( fraksi – 1 ) sebesar 24,00% dan 23,10%, kadar minyak buah sawit pada keadaan matang ( fraksi – 2 dan 3 ) sebesar 27,73% dan 24,96%, dan kadar minyak buah sawit pada keadaan lewat matang ( fraksi – 4 dan 5 ) sebesar 29,74% dan 27,80%. Sedangkan untuk kadar ALB buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi – 0 ) sebesar 2,63% dan 2,75%, ALB pada keadaan kurang matang ( fraksi – 1 ) sebesar 3,02% dan 2,90%, ALB pada keadaan matang ( fraksi – 2 dan 3 ) sebesar 3,37% dan 3,26%, dan ALB pada keadaan lewat matang ( fraksi – 4 dan 5 ) sebesar 3,74% dan 3,65%.


(13)

DETERMINE THE OIL DEGREE AND FREE FATTY ACID (FFA) FRESH FRUIT BUNCH (FFB) ACCORDING TO THE FRUIT

MATURITY LEVEL AT PTP. NUSANTARA III PKS (OIL PALM FACTORY)

SEI MANGKEI

ABSTRACT

Oil Palm Factory Sei Mangkei cultivate FFB (Fresh Fruit Bunch) Tenera variety to produce Crude Palm Oil (CPO) and Palm Kernel Oil (PKO). The oil degree and FFA (Free Fatty Acid) of the palm fruit influenced by several factors such as plants variety, plants maintenance, fresh fruit bunch quality, plants age, the fruit maturity level, the fresh fruit bunch transportation to factory, and the processing condition at the oil palm factory. The limitation of this writing troubleshoot discussion is only about the fruit maturity level. The oil degree and free fatty acid (FFA) of the palm fruit according to the fruit maturity level is also different at raw condition, less ripe condition, ripe condition, and over ripe condition. From the result analysis at the oil palm factory Sei Mangkei, the oil degree obtained of the palm fruit at raw condition (fraction-0) is 20,40% and 19,88%; the oil degree of the palm fruit at less ripe condition (fraction-1) is 24,00% and 23,10%; the oil degree of the palm fruit at ripe condition (fraction-2 and 3) is 27,73% and 24,96%; and the oil degree of the palm fruit at over ripe condition (fraction-4 and 5) is 29,74% and 27,80%. To the FFA degree of the palm fruit at raw condition (fraction-0) is 2,63% and 2,75%; the FFA of the palm fruit at less ripe condition (fraction-1) is 3,02% and 2,90%, the FFA of the palm fruit at ripe condition (fraction- 2 and 3) is 3,37% and 3,26%; and the FFA of the palm fruit at over ripe condition (fraction-4 and 5) is 3,74% and 3,65%.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jaqc ) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam. Namun sekarang telah berkembang di berbagai daerah, seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua ( Sunarko, 2007 ).

Perkebuan kelapa sawit Indonesia berkembang dengan pesat sejak awal tahun 80-an sampai akhir tahun 2000. Luas total perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 3,2 juta ha dengan produksi CPO (crude palm oil) sebesar 6,5 juta ton. Perkembangan perkebunan sawit ini masih terus berlanjut dan diperkirakan pada tahun 2012 Indonesia akan mencapai produsen CPO terbesar di dunia dengan total produksi sebesar 15 juta ton/tahun. Sampai saat ini minyak sawit Indonesia sebagaian besar masih diekspor dalam bentuk CPO, sedangkan di dalam negeri sekitar 80% minyak sawit diolah menjadi produk pangan terutama minyak goreng.


(15)

Kelapa sawit dan turunannya juga memiliki nilai kompetetif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber minyak nabati lainnya. Kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan menghasilkan minyak sebesar 3 ton/ha. Di samping itu kelapa sawit juga memiliki biaya produksi yang lebih rendah dan ramah lingkungan (Adiputra, 2003).

Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut dengan TBS ( Tandan Buah Segar ). Buah sawit dibagian sabut ( daging buah atau mesocarp ) menghasilkan minyak sawit kasar (crude palm oil atau CPO ) sebanyak 20% - 24%. Sementara itu, bagian inti sawit menghasilkan minyak inti sawit (palm kernel oil atau PKO ) sebanyak 3% - 4% (Sunarko, 2007 ).

Tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir artinya belum dapat diolah dalam pabrik karena masih mengandung minyak yang rendah.

Umur buah tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman dan iklim, umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan (Naibaho,1996).

Tandan buah segar (TBS) dipanen saat kematangan buah tercapai dengan ditandai oleh sedikitnya 1 brondolan telah lepas/kg TBS. Dengan kriteria panen ini,


(16)

diharapkan kandungan minyak dalam TBS optimal dengan kandungan ALB yang sangat rendah dan biaya panen yang relatif lebih ekonomi (Adiputra, 2003).

Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti yang penting sebab jumlah dan mutu minyak yang diperoleh nantinya sangat ditentukan oleh faktor ini. Derajat kematangan yang baik yaitu jika tandan – tandan yang di panen telah matang yaitu berada pada fraksi 1, fraksi 2, dan fraksi 3 (Mestika, 2010).

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi. Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Purba, 2010).

Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti penentuan kadar minyak dan Asam Lemak Bebas (ALB) Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan derajat kematangan buah di PTP.Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei, dimana untuk menentukan kadar minyak dilakukan dengan metode sokletasi dan penentuan ALB dengan metode titrasi.


(17)

1.2. Permasalahan

Kondisi saat panen atau kematangan buah yang di panen sangat mempengaruhi kadar minyak dan kandungan asam lemak bebas (ALB) pada tandan buah segar (TBS) sehingga perlu kiranya diteliti hubungan antara derajat kematangan buah dengan kadar minyak dan ALB. Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapakah kadar minyak dan ALB tandan buah segar (TBS) berdasarkan derajat kematangan buah.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui hubungan antara kadar minyak dan ALB Tandan Buah Segar (TBS) berdasarkan derajat kematangan buah, dimana untuk menghasilkan minyak dilakukan dengan metode sokletasi dan penentuan ALB dilakukan dengan metode titrasi.

1.4. Manfaat

Memberikan informasi tentang hubungan antara derajat kematangan Tandan Buah Segar (TBS) terhadap kadar minyak dan ALB di PTP.Nusantara III PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Sei Mangkei. Untuk menentukan kadar minyak dilakukan dengan metode sokletasi dan kadar ALB dengan metode titrasi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah (Adiputra, 2003).

Di antara jenis-jenis tumbuhan penghasil minyak nabati, kelapa sawit adalah penghasil minyak tertinggi, misalnya jika dibandingkan dengan kelapa (nyiur). Dikemukakan bahwa suatu kebun kelapa sawit yang keadaannya kurang baik sekalipun masih memberikan hasil yang lebih tinggi daripada kebun kelapa yang terpelihara baik (Mangoensoekarjo, 2003).

2.1.1. Varietas Kelapa Sawit

Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan varietas lainnya, diantaranya tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi (Fauzi, 2002).


(19)

2.1.1.1. Varietas Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya, yaitu:

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Bagian buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel ( daging biji ) biasanya besar dengan kandungan minyak rendah.

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis.

3. Tenera

Varietas ini merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentae daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96 %.

4. Macro carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 5. Diwikka – wakka

Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah (Anonim, 1997).


(20)

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

Varietas Deskripsi

Dura - Tebal tempurung (2 – 8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung - Daging buah relative tipis, yaitu 35 – 50 % terhadap buah - Kernel (daging biji)besar dengan kandungan minyak rendah - Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina Pisifera - Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada

- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura - Daging biji sangat tipis

- Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan

Tenera - Hasil dari persilangan dura dengan pisifera - Tempurung tipis (0,5 – 4 mm)

- Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung - Daging buah sangat tebal (60 – 96% dari buah)

- Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil

Macro carya - Tempurung tebal sekitar (5 mm) - Daging buah sangat tipis

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya rendemen minyak paling tinggi


(21)

terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapi 22 – 24%, sedangkan pada varietas Dura hanya 16 – 18% (Fauzi, 2002).

2.1.1.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Berdasarkan perbedaan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya: 1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam – hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Varietas ini jarang dijumpai di lapangan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning – kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.

Varietas ini juga jarang dijumpai (Anonim, 1997).

Tabel 2.2. Varietas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna buah muda Warna buah masak Nigrescens Ungu kehitam - hitaman Jingga kehitam – hitaman

Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi

ujung buah tetap hijau

Abescens Keputih – putihan Kekuning – kuningan dan

ujungnya ungu kehitaman (Fauzi, 2002).


(22)

2.2. Pembentukan Minyak Dalam Buah

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal.

Minyak yang mula-mula terbentuk dalam buah adalah trigliserida yang mengandung asam lemak bebas jenuh, dan setelah mendekati masa pematangan buah terjadi pembentukan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh.

Minyak yang terbentuk dalam daging buah maupun dalam inti terbentuk emulsi pada kantong-kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah dilapisi dengan malam yang tebal dan berkilat.

Untuk melindungi minyak dari oksidasi yang dirangsang oleh sinar matahari maka tanaman tersebut membentuk senyawa kimia pelindung yaitu karotin. Setelah penyerbukan kelihatan buah berwarna hitam kehijau-hijauan dan setelah terjadi pembentukan minyak terjadi perubahan warna buah menjadi ungu kehijau-hijauan. Pada saat-saat pembentukan minyak terjadi yaitu trigliserida dengan asam lemak tidak


(23)

jenuh, tanaman membentuk karotin dan phitol untuk melindungi dari oksidasi, sedangkan klorofil tidak mampu melakukannya sebagai antioksidasi (Naibaho, 1996).

2.3. Pemanenan Kelapa Sawit

Pemanenan adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong tandan matang, mengumpulkan, dan mengangkutnya ke pabrik untuk selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang rendah. Kegiatan pemanenan umumnya dapat dilakukan pada saat kelapa sawit pada umur 30 bulan (untuk jenis tenera). Dalam keadaan normal, tenera pada umur ini telah matang 90-100%. Keadaan tandan telah membesar dan memadat hampir di keseluruhan tandan.

Pemanenan harus dilakukan dengan benar dan pada waktu yang tepat. Pemanenan yang benar, haruslah sesuai dengan kriteria panen. Kriteria matang panen merupakan persyaratan kondisi yang ditetapkan untuk dapat di panen. Umumnya parameter yang dipakai adalah jumlah dari brondolan yang jatuh di piringan kelapa sawit. Umumnya, kelapa sawit dapat dipanen apabila brondolan telah jatuh 5 buah pertandan. Brondolan yang jatuh adalah brondolan yang normal dan segar.

2.3.1. Derajat Kematangan Buah

Mutu minyak buah biasanya dinyatakan sebagai persentase minyak tandan. Untuk tujuan praktis disebut rendemen minyak atau nisbah ekstraksi. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standart kematangan buah


(24)

yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi oranye hingga terjadi kematangan penuh.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) dalam persentase tinggi (lebih dari 5 %). Sebaliknya, bila pemanenan dilakukan dalam keadaan belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang dihasilkan juga rendah.

Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan dari tandan buah segar (TBS) yang dipanen. Tingkatan TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan.

Tabel 2.3. Tingkatan TBS yang dipanen

Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan

0. 1 - 12,5% buah luar membrondol Mentah

1. 12,5-25% buah luar membrondol Kurang matang

2. 3.

25-50% buah luar membrondol 50-75% buah luar membrondol

Matang I Matang II 4.

5.

75-100% buah luar membrondol

Buah dalam juga membrondol, dan ada buah yang busuk

Lewat matang I Lewat matang II


(25)

Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut diatas, maka derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan 3.

Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.

1. Jumlah brondolan dipabrik kurang lebih 25 % dari berat tadan seluruhnya. 2. Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65 % dari jumlah tandan. 3. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20 % dari jumlah tandan. 4. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15 % dari jumlah tandan (Anonim, 2009).

2.3.2. Sortasi Panen

Sortasi berfungsi untuk mendapatkan mutu TBS yang baik, dan berdasarkan tingkat kematangan sesuai standart fraksi yang telah ditentukan perusahaan. Brondolan sebenarnya harus dihindari dalam proses ekstraksi, biasanya dihasilkan rendemen sangat rendah dan menyebabkan turunnya daya pemutihan (bleachability) pada crude palm oil (CPO) yang dihasilkan. Begitu juga kelancaran pengangkutan TBS, karena TBS yang sudah dipanen harus segera diolah guna mendapatkan mutu minyak sawit yang baik dan kandungan ALB rendah, serta menjamin agar pabrik dapat beroperasi secara kontinu (Aji, 2010 ).


(26)

Tandan yang telah tiba di pabrik perlu diketahui mutunya dengan cara visual, yang dapat dilakukan ditempat penerimaan buah. Pengujian atau sortasi panen sebaiknya dilakukan pada setiap truk yang tiba di pabrik, akan tetapi hal ini tidak ekonomis. Oleh sebab itu sortasi panen dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap truk yang diterima atau minimum satu truk untuk setiap afdeling. Jika jumlah 10% sampling dianggap terlalu besar dapat diatasi dengan mengambil 50% isi truk. Penilaian terhadap mutu TBS didasarkan pada standar fraksi tandan.

Pada pengolahan yang diinginkan ialah buah dengan fraksi 1, 2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.

Evaluasi terhadap sortasi panen dapat dinyatakan dengan Nilai Sortasi Panen (NSP). NSP menggambarkan kualitas tandan yang dipanen oleh kebun. Nilai sortasi ini dapat digunakan sebagai alat manajemen panen.

NSP = - 5(Fr.00) -1(Fr.0) + 1(Fr.1+2+3) + 1/2(Fr.4) - 1/3(Fr.5)

Fr = Fraksi dinyatakan dalam %. Nilai sortasi panen yang dianggap memenuhi persyaratan bahan baku olahan pabrik adalah 80-100% (Naibaho, 1996).

2.4. Minyak Sawit

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,


(27)

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Minyak sawit berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama β-karotenoida), berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar (konsistensi dan titik lebur banyak ditentukan oleh kadar ALB-nya), dan dalam keadaan segar dan kadar asam lemak bebas rendah, bau dan rasanya enak. Sifat-sifat fisiknya menurut standar AOCS adalah seperti tertera pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Sifat Fisik Minyak Sawit Berat jenis pada 100 oF (37,8 oC) Indeks refraksi pada 40 oC Bilangan iodium

Bilangan penyabunan Zat tak tersabunkan, % Titer, oC

0,898 – 0,901 1,453 – 1,456

44 – 58 195 – 205 Tak lebih 0,8

40 - 47 ( Mangoensoekarjo, 2003 ).

Minyak dan lemak dalam bentuk umum tidak berbeda trigliseridanya, hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika bentuknya cair dan lemak jika bentuknya padatan. Trigliserida adalah senyawa kimia yang terdiri dari ikatan gliserol dengan 3 molekul asam lemak.

CH2 – OH + R1 – COOH CH2 – COOR1

CH – OH + R2 – COOH CH – COOR2 + 3H2O CH2 – OH + R3 – COOH CH2 – COOR3

Gliserol Asam Lemak Trigliserida Air


(28)

Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun yang tidak sama. Sifat trigliserida tergantung pada perbedaan asam-asam lemak yang bergabung untuk membentuk trigliserida. Perbedaan asam-asam lemak ini tergantung pada panjang rantai dan derajat kejenuhannya. Asam lemak yang memiliki rantai pendek memiliki titik leleh (melting point) yang lebih rendah dan lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, semakin panjang rantai asam-asam lemak, akan menyebabkan titik leleh yang lebih tinggi. Titik leleh juga tergantung pada derajat ketidakjenuhan. Asam-asam yang tidak jenuh memiliki titik leleh yang lebih rendah dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh yang memiliki panjang rantai serupa (tabel 2.5) (Pahan,2006).

Table 2.5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam lemak Jumlah karbon Tak jenuh Titik lebur, oC % berat Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,6 - - - 1,4 (0,5-6) 40,1(32-45) 5,5(2-7)

Jumlah asam jenuh 47,0

Oleat linoleat 18 18 1 2 14 -5 42,7 (38-52) 10,3 (5-11)

Jumlah asam tak jenuh 53,0


(29)

Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis secara kimia sebagai berikut.

CH2 – COOR1 CH2 – OH

CH – COOR2 + H2O CH – COOR2 + R1COOH CH2 – COOR3 CH2 – COOR3

Trigliserida Air Digliserida FFA

Gliserida dalam minyak bukan merupakan gliserida sederhana, tetapi merupakan gliserida campuran yaitu molekul gliserol berikatan dengan asam lemak yang berbeda. Asam lemak bebas yang terbentuk hanya terdapat dalam jumlah kecil dan sebagaian besar terikat dalam ester. Trigliserida dapat berbentuk cair atau padat, tergantung asam lemak yang menyusunnya. Trigliserida akan berbentuk cair jika mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh yang mempunyai titik cir rendah. Secara alamiah, asam lemak jenuh yang mengandung atom karbon C1-C8 berbentuk cair, sedangkan jika lebih dari C8 akan berbentuk padat.

Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati semipadat. Hal ini karena minyak sawit mengandung sejumlah besar asam lemak tidak jenuh dengan atom karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang dikandung. Minyak sawit berwarna kuning karena kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A (Pahan, 2006).


(30)

2.5. Asam Lemak Bebas (ALB)

Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. Kandungan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) berkaitan erat dengan kualitas minyak kelapa sawit. Makin tinggi kandungan ALB, makin rendah kualitas minyak kelapa sawitnya. Maka dalam pelaksanaan panen dan pengangkutan buah ke pabrik perlu diusahakan agar kandungan ALB dipertahankan serendah mungkin.

Sebagai pedoman, standar kandungan ALB yang berlaku bagi kualitas minyak kelapa sawit hasil olahan dan siap untuk dijual adalah 3%. Pembeli minyak dapat memberikan toleransi sampai 5%, tetapi kandungan 3% akan memberikan harga premium, karena itu lebih baik digunakan angka 3% sebagai pegangan. Ini berarti bahwa pada waktu tandan buah dari lapangan tiba di pabrik, kandungan ALB-nya tidak boleh lebih dari 2,6%. Dalam kondisi utuh, buah kelapa sawit yang tepat matang hanya mengandung ALB 0,1%.

Dalam sel-sel mesokarp, minyak kelapa sawit terdapat dalam vakuola, terpisah dari komponen-komponen lain dari sel oleh suatu membran (selaput) yang sangat halus. Minyak ini tetap stabil selama membran vakuola tetap utuh. Membran ini akan mudah pecah bila jaringan mesokarp tergores-gores atau bila buah mencapai tahap terlalu matang. Di perkebunan kelapa sawit yang dikelola dengan baik, yang panen buahnya dilaksanakan dengan tepat, kasus buah lewat matang jarang terjadi. Di pihak lain, goresan-goresan pada mesokarp mudah terjadi bila pekerjaan panen dilaksanakan dengan kasar dan ceroboh. Pada waktu buah menjadi


(31)

matang, kulit buah (exocarp) yang semula keras berubah menjadi sangat lembut sehingga mudah tergores. Bila membran pecah akan terjadi kontak antara minyak kelapa sawit dan enzim lipoksidase yang terdapat di dalam sitoplasma. Peristiwa ini menstimulasi pengkonversian molekul minyak menjadi molekul ALB meningkat dengan cepat. Dalam waktu hanya 20 menit kandungan ALB meningkat dari 0,1% menjadi 6% dan 20 menit kemudian menjadi sekitar 8%; artinya, dalam waktu 40 menit kandungan ALB melonjak menjadi 80 kali lipat. Setelah itu kandungan ALB meningkat terus, tetapi dengan laju yang rendah ( Mangoensoekarjo, 2003).

Untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas, pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah pemanenan atau paling lama di loading ramp 20 jam. Proses enzim hidrolisis disebabkan oleh enzim lipase yang ada di dalam buah, apabila dinding sel pecah atau rusak diakibatkan karena proses pembusukan karena pelukaan mekanik, tergores, memar, kesalahan dalam transportasi, perlakuan di pabrik, dan tanah, akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan. Karena tanah merupakan media pertumbuhan mikroba, maka adanya kotoran/tanah pada TBS akan meningkatkan pembentukan ALB.

Faktor-faktor yang dapat membuat pembentukan ALB makin cepat setelah tandan dipotong dan sebelum direbus antara lain : (1) Banyaknya buah yang rusak/terlepas, (2) Tingkat kerusakan buah, (3) Jenis alat pengangkutan, (4) Lamanya pengangkutan, (5) Buah yang menginap di lapangan setelah masa panen, (6) Tingkat kematangan/kesegaran buah, (7) banyaknya kotoran yang melekat di TBS, seperti tanah, pasir dan rumput, (8) pengumpulan buah tertunda, (9) Ada banyak air pada


(32)

TBS, (10) Kebersihan instalasi parik seperti conveyor, elevator, digester, pressan sangat mempengaruhi kenaikan ALB (Aji, 2010).

2.6. Standar Mutu

Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu yaitu kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida. Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1% dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01%. Kandungan asam lemak bebas serendah mungkin, bilangan peroksida dibawah 2 bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat), tidak berwarna hijau, jernih,, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam (Ketaren, 1996).

Tabel 2.6. Standard Kualitas Minyak Sawit

Karakteristik Batas-batas

Kadar asam lemak bebas (ALB)

Kadar air Kadar kotoran

Deteoration of bleach ability index (DOBI)

<3,5% dan <4,0%

<0,1% <0,01% Min. 2,4%


(33)

Bilangan peroksida Bilangan anisidine

Total oksigen Kadar Fe

Kadar Cu Bleachability

<5 mek <10 mek

<20 mek <3 ppm

<0,3 ppm <20 Y


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-Alat

1. Timbangan duduk kapasitas 50 kg 2. Kampak potong

3. Keranjang buah 4. Pisau buah 5. Cawan penguap

6. Neraca analitis Meter Toledo AB 204-5

7. Oven Memmert ULM 400

8. Lumpang porselen 9. Tang penjepit

10.Alat ekstraksi soklet Besttech 11.Desikator

12.Selubung ekstraksi 13.Kapas

14.Labu alas 500 ml Schott Duran


(35)

3.2. Bahan

1. TBS (Tandan Buah Segar ) 2. n – heksana

3. Alkohol 98 %

4. Indikator Phenolphatalein 5. KOH 0,0931 N

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Preparasi Sampel

1. Ditimbang TBS pada keadaan mentah (fraksi–0) dengan timbangan duduk kapasitas 50 kg

2. Dipisahkan semua tangkai yang berisi brondolan dari bonggol tandan ( stalk ) dengan kampak potong

3. Dilepaskan semua brondolan dari tangkainya dengan pisau buaah

4. Dibagi brondolan menjadi 3 bagian, yaitu brondolan luar, tengah, dan dalam kedalam keranjang buah untuk ditimbang beratnya dan dihitung jumlah brondolan dari masing-masing bagian.

5. Diambil contoh brondolan luar, tengah, dan dalam untuk mewakili jumlah brondolan dalam TBS, untuk dianalisa.

6. Ditimbang berat contoh brondolan dengan neraca analitis 7. Dipisahkan daging brondolan dari bijinya dengan pisau buah 8. Ditimbang berat daging brondolan dengan neraca analitis


(36)

9. Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS pada keadaan kurang matang (fraksi - 1), matang (fraksi - 2 dan 3), dan lewat matang (fraksi - 4 dan 5)

3.3.2. Penentuan Kadar Minyak

1. Dimasukkan cawan penguap yang berisi contoh daging brondolan ke dalam oven pada suhu 105-110 0 C selama 3 – 5 jam atau sampai kandungan air dalam daging brondolan habis menguap

2. Didinginkan didalam desikator selama 20 menit 3. Ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya

4. Ditumbuk daging brondolan dalam lumpang porselin sampai halus

5. Dimasukkan tumbukan daging brondolan kering kedalam selubung ekstraksi kemudian ditutup dengan kapas bebas lemak / minyak

6. Ditimbang labu alas dengan neraca analitis, kemudian diisi dengan pelarut n-heksana sebanyak 200 ml

7. Dimasukkan selubung ekstraksi kedalam soklet, lalu dirangkai alat soklet pada heating mantel

8. Diekstraksi selama 5-6 jam atau sampai warna n-heksana pada soklet berubah menjadi bening

9. Disuling n-heksana dalam labu alas hingga habis

10.Labu alas dimaukkan kedalam oven untuk menghilangkan sisa-sisa n-heksana 11.Didinginkan labu alas yang berisi minyak dan bebas pelarut kedalam desikator 12.Ditimbang beratnya dengan neraca analitis, sehingga didapatkan minyak dari


(37)

13.Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS pada keadaan kurang matang (fraksi 1), matang (fraksi 2 dan 3), dan lewat matang (fraksi 4 dan 5)

3.3.3. Penentuan Kadar ALB

1. Diambil minyak daging brondolan yang ditimbang tersebut, kemudian ditambahkan n-heksana sebanyak 25 ml

2. Ditambahkan alkohol sebanyak 50 ml 3. Ditambahkan 3 tetes indikator PP

4. Dititrasi dengan KOH 0,0931 N sampai terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah bata

5. Dicatat volume yang terpakai

6. Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS pada keadaan kurang matang (fraksi 1), matang (fraksi 2 dan 3), dan lewat matang (fraksi 4 dan 5)


(38)

3.4. Bagan Prosedur Penelitian 3.4.1. Preparasi Sampel

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Berat TBS mentah (F-0)

Tangkai dan bongkol tandan Brondolan sawit

Brondolan luar Brondolan tengah Brondolan dalam

Contoh brondolan luar Contoh brondolan tengah Contoh brondolan dalam ditimbang diiris Daging buah biji ditimbang diiris Daging buah Daging buah biji ditimbang diiris biji Contoh daging buah bagian luar

ditimbang ditimbang ditimbang

Contoh daging buah bagian tengah

Contoh daging buah bagian dalam


(39)

3.4.2. Penentuan Kadar Minyak

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Contoh daging buah (masing-masing brondolan bagian luar, tengah, dan dalam)

dioven pada suhu 1050C - 1100C

Contoh irisan daging buah kering Uap air

didinginkan dalam desikator ditimbang

ditumbuk Contoh daging buah kering dan halus

dimasukkan ke dalam selubung ekstraksi ditimbang labu alas

dimasukkan 200 ml n-heksana ke dalam labu alas dirangkai alat soklet

diekstraksi selama 5-6 jam

Minyak brondolan buah sawit Pelarut n-heksana

dioven

Didinginkan dalam desikator

Berat minyak brondolan buah sawit (masing-masing brondolan luar, tengah,dan dalam)


(40)

3.4.3. Penentuan Kadar ALB

Dengan cara yang sama dilakukan untuk TBS (Tandan Buah Segar) pada keadaan kurang matang (F – 1), matang (F – 2 dan 3), dan lewat matang (F – 4 dan 5).

Minyak brondolan buah sawit mentah (F-0) (masing-masing brondolan luar, tengah,dan dalam)

Ditambahkan n-heksana sebanyak 25 ml Ditambahkan alkohol sebanyak 50 ml Ditambahkan 3 tetes indikator PP Dititrasi dengan KOH 0,0931 N

Minyak brondolan buah sawit berwarna merah bata


(41)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Setelah dipisahkan daging brondolan dari biji sawit, maka dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana pada alat soklet. Minyak yang diperoleh ditentukan beratnya secara gravimetri. Kemudian minyak yang diperoleh ditentukan kadar ALB dengan metode titrasi menggunakan KOH 0,0931 N. Adapun hasilnya seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Persentase Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit

Tanggal Tahun Tanam

Keterangan

Tingkat Kematangan TBS (Fraksi)

Total Rendemen (%) Mentah Kurang

Matang

Matang Lewat Matang

Fraksi 0 Fraksi 1 Fraksi 2 & 3 Fraksi 4 & 5

0% 20% 68% 12%

01/02/2011 1999

Kadar Minyak (%)

20,40 24,00 27,73 29,74

Kadar ALB (%)

2,63 3,02 3,37 3,74

Rendenen CPO


(42)

04/02/2011 2004

Kadar Minyak (%)

19,88 23,10 24,96 27,80

Kadar ALB (%)

2,75 2,90 3,26 3,65

Rendemen CPO

- 4,62 16,97 3,34 24,93

4.2. Perhitungan

Penentuan Kadar Minyak dan ALB Buah Sawit pada Keadaan Mentah (F - 0) Kebun : Kebun Dusun Hulu (KDSHU)

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Berat brondolan lepas : jumlah biji lepas x berat 1 biji brondolan lepas = 17 biji x 7,44 g = 127 g

Berat TBS : berat 1 tandan TBS + berat brondolan lepas = 20.000 g + 127 g = 20.127 g

4.2.1. Brondolan

Tabel 4.2. Persentase Brondolan


(43)

Luar 5427 729 26,96 %

Tengah 4900 852 24,53 %

Dalam 3500 741 17,39 %

Rumus : % Brondolan = x 100%

4.2.2. Daging Buah Brondolan

Tabel 4.3. Persentase Daging Buah Brondolan

Lapisan Berat sampel (g) Berat daging brondolan (g) % daging buah brondolan

Luar 26,9441 19,7113 73,16 %

Tengah 20,3397 14,0073 68,87 %

Dalam 15,8591 10,5062 66,25 %

Rumus : % daging buah brondolan = x 100%


(44)

Tabel 4.4. Persentase Kandungan Minyak Brondolan Lapisan Berat daging

buah (g)

Berat minyak setelah diekstraksi (g)

% Kandungan minyak

Luar 19,7113 9,9936 50,70 %

Tengah 14,0073 5,2639 37,58 %

Dalam 10,5062 3,7392 35,59 %

Rumus : % Kandungan minyak = x 100%

4.2.4. Kadar Minyak Buah Sawit

Tabel 4.5. Persentase Kadar Minyak Buah Sawit Lapisan % Kandungan

minyak

% Daging buah

% Brondolan % Kadar minyak

Luar 50,70 % 73,16 % 26,96 % 10,00 %

Tengah 37,58 % 68,87 % 24,35 % 6,30 %

Dalam 35,59 % 66,25 % 17,39 % 4,10 %

Jumlah kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah (F – 0) 20,40 %


(45)

Rumus : Kadar minyak = %kandungan minyak x %daging buah x %brondolan

4.2.5. Kadar ALB Buah Sawit

Tabel 4.6. Persentase Kadar ALB Buah Sawit Lapisan Berat

sampel (g)

Berat minyak setelah diekstraksi (g)

Vol. KOH (ml)

Normalitas KOH (N)

Kadar ALB (%)

Luar 19,7113 9,9936 11,28 0,0931 2,69

Tengah 14,0073 5,2639 5,85 0,0931 2,65

Dalam 10,5062 3,7392 4,02 0,0931 2,56

Jumlah kadar ALB buah sawit pada keadaan mentah (F – 0) 2,63

Rumus : Kadar ALB = x 100 %

Dilakukan perhitungan yang sama seperti pada keadaan mentah ( F – 0 ) untuk buah sawit pada keadaan kurang matang ( F – 1 ), matang ( F – 2 dan 3 ), dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ). Hasilnya diperoleh seperti pada table 4.1.


(46)

Dari hasil analisis penentuan kadar minyak pada brondolan buah sawit diperoleh bahwa kadar minyak paling banyak diperoleh dari buah sawit lapisan luar kemudian disusul dengan lapisan tengah dan lapisan dalam yaitu berturut-turut 10,00%; 6,30%; dan 4,10% (tabel 4.5). Hal ini disebabkan karena buah-buah dalam 1 tandan tidak matang secara bersamaan. Pematangan buah dimulai dari buah-buah yang terletak di ujung tandan, kemudian menyebar ke bagian tengah dan akhirnya ke bagian pangkal. Ini sama dengan yang dikemukakan oleh mangoensoekarjo,2003.

Selanjutnya kadar minyak untuk masing-masing fraksi berdasarkan tingkat kematangan adalah sebagai berikut. pada keadaan mentah ( F – 0 ) 20,40%, kurang matang ( F – 1 ) 24,00%, matang ( F – 2 dan 3 ) 27,73%, dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ) 29,74% (tabel 4.1). Ini menunjukkan bahwa semakin matang buah sawit, maka kadar minyak yang diperoleh semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena seluruh lapisan buah telah matang. Meskipun kandungan minyak sawit akan menurun pada tahap lewat matang namun pada tahap ini buah bagian tengah pada kondisi tepat matang dimana kandungan minyaknya telah maksimal. Demikian juga dengan buah-buah yang terletak di bagian pangkal juga telah matang.

Kadar minyak buah sawit juga dipengaruhi oleh umur tanaman kelapa sawit dimana dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur tanaman kelapa sawit 12 tahun memiliki kandungan minyak yang lebih tinggi dibandingkan dengan umur tanaman 7 tahun yakni berturut-turut sebesar 27,73% dan 24,93% (tabel 4.1). Hal ini disebabkan karena tanaman kelapa sawit pada umur 12 tahun merupakan tanaman dewasa dimana produksi/ha berada pada posisi puncak dengan produksi minyak yang


(47)

maksimal. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh pernyataan Risz, 1994.

Hasil analisis penentuan kadar ALB menunjukkan bahwa kadar ALB semakin kecil dari lapisan luar, tengah, dan dalam yakni berturut-turut sebesar 2,69%, 2,65%, dan 2,56% (tabel 4.6.). Hal ini disebabkan karena adanya dinding sel pecah atau rusak diakibatkan karena proses pembusukan karena pelukaan mekanik, tergores, memar, kesalahan dalam transportasi, perlakuan di pabrik, dan tanah sehingga buah sawit bagian luar adalah yang pertama mengalami kerusakan. Kerusakan buah sawit ini akan menyebabkan kerusakan pada sitoplasma tempat enzim berada, sehingga enzim ini kemudian kontak dengan minyak, akibatnya dapat meningkatkan ALB. Hal ini sama dengan yang terdapat pada warta pusat penelitian kelapa sawit oleh Siahaan dkk,2008. ALB ini terbentuk oleh karena adanya hidrolisis oleh enzim terhadap trigliserida. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut

CH2 – COOR1 CH2 – OH O CH – COOR2 panas,air CH – OH + R– C – OH CH2 – COOR3 keasaman, enzim CH2 – OH

Trigliserida Gliserol ALB

ALB yang terbentuk dapat ditentukan dengan metode titrimetri alkalimetri, dengan pentitran KOH 0,0931N dengan indikator PP, dimana terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Ini terjadi apabila sudah mencapai titik ekivalen. Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:


(48)

OH OH OK O

C + 2KOH C + 2H2O

C C – OK

Bening Merah rose

Berdasarkan tingkat kematangan buah juga dihasilkan perbedaan kadar ALB, dimana semakin matang buah sawit maka kadar ALB semakin tinggi (tabel 4.1.) Hal ini disebabkan karena buah yang terlalu masak akan mudah sekali memar yang menyebakan kelukaan pada buah sehingga membentuk peningkatan enzym lipase yang membentuk proses peningkatan ALB. Hal ini juga dikemukakan oleh Seno Aji, Giyanto, dan Chairul dalam jurnal penelitian STIPAP, 2010.

Kadar minyak buah sawit juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas tanaman, pemeliharaan tanaman, umur tanaman, pengangkutan TBS ke pabrik, perlakuan TBS selama di pabrik, dan kerusakan pada buah. Sedangkan untuk ALB dapat dipengaruhi oleh banyaknya buah yang rusak/terlepas, tingkat kerusakan buah, lamanya buah yang menginap, banyaknya kotoran yang melekat pada TBS, pengumpulan TBS yang tertunda, dan kebersihan instalasi pabrik. Dan faktor yang


(49)

sangat penting untuk diperhatikan yang dapat mempengaruhi kadar minyak dan ALB buah sawit adalah derajat kematangan buah.

Derajat kematangan buah atau yang dikenal dengan standart kematangan buah sangat mempengaruhi mutu minyak yang dihasilkan. Derajat kematangan buah sawit dapat dibagi menjadi 4 yaitu buah dalam keadaan mentah ( F – 0 ), kurang matang ( F – 1 ), matang ( F – 2 dan 3 ), dan lewat matang ( F – 4 dan 5 ). Buah pada keadaan mentah yaitu fraksi 0, tidak boleh dipanen karena akan menghasilkan kerugian berupa rendemen minyak yang rendah meskipun kadar ALB minyaknya juga akan rendah. Pemotongan buah mentah merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemanen. Sehingga ditetapkan bahwa penerimaan buah pada keadaan mentah ( F – 0 ) di PKS sebesar 0%.

Pada pengolahan di pabrik, yang diinginkan ialah buah dengan fraksi 1,2, dan 3. Hal ini ditetapkan karena fraksi ini memiliki mutu minyak yang baik dengan tingkat ekstraksi minyak yang optimal.

Buah yang paling banyak menghasilkan minyak adalah pada keadaan lewat matang. Akan tetapi, TBS lewat matang menghasilkan kerugian berupa kadar ALB yang tinggi. Kadar minyak dalam daging buah tinggi, tetapi brondolannya biasanya lebih banyak hilang atau tertinggal di lapangan sehingga rendemen tidak meningkat juga.


(50)

Terbentuknya asam lemak bebas (ALB) mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Asam lemak bebas (ALB) dapat terjadi karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak oleh adanya enzim lipase dan air di dalam minyak tersebut.

Minyak terdapat dalam vakuola sel dan enzim terdapat pada sitoplasma, yaitu lapisan yang mengelilingi vakuola sel. Ketika tandan dilepaskan dari pohon maka enzim akan mulai bereaksi menghasilkan FFA, biasanya hanya dibawah 1%. Namun ketika ada gesekan, misalnya transportasi , sitoplasma dapat rusak sehingga enzim kontak dengan minyak, akibatnya dapat meningkatkan FFA sampai 5%. Enzim ini dapat diinaktifkan dengan panas suhu 550 C selama 90 menit di PKS. Proses ini diharapkan dapat menghambat FFA bukan memperbaiki FFA. Karena asam lemak bebas dalam konsentrasi yang tinggi yang terdapat dalam minyak sawit akan menyebabkan mutu minyak yang dihasilkan rendah.


(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PTP. Nusantara III PKS Sei Mangkei pada tanggal 1 dan 4 Februari 2011 diperoleh hasil bahwa tingkat kematangan buah sawit mempengaruhi kadar minyak dan ALB dimana kadar minyak dan ALB yang paling besar diperoleh pada tingkat kematangan fraksi – 4 dan 5 (keadaan lewat matang) yakni kadar minyak sebesar 29,74% dan 27,80% dan untuk kadar ALB sebesar 3,74% dan 3,65%.

5.2. Saran

Meskipun kadar minyak crude palm oil (CPO) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Sei Mangkei telah memenuhi standart, akan tetapi pihak PKS diharapkan agar tetap memperhatikan derajat kematangan buah yang dipanen dan buah yang masuk kedalam pabrik untuk diolah. Selain itu, ada baiknya pemanen diberi bekal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kriteria matang panen sehingga pemanenan buah tepat pada sasarannya, dengan menekan panen buah lewat matang. Karena buah lewat matang memiliki kadar ALB yang tinggi. Dengan memperhatikan derajat kematangan buah maka minyak yang dihasilkan akan memiliki kualitas minyak yang baik.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, S. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Aji, S. 2010. Jurnal Penelitian STIPAP. Volume I. Nomor 2. Medan.

Anonim. 2000. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anonim. 2009. Budidaya Tanaman Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Bandung: Yrama Widya.

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit UI-Press.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mestika,2010.Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19504/4/Chapter%20I. pdf. Diakses tanggal 21 Maret 2011.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Purba,F.O.2010

Risza, S. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta: Kanisius.

Siahaan, D. 2008. Karakteristik CPO Indonesia. volume 16. Nomor 1. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia.


(53)

LAMPIRAN 2

BUAH SAWIT PADA KEADAAN KURANG MATANG ( FRAKSI - 1 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011 Brondolan lepas : 84 biji x 8,70 g = 731 g Berat TBS : 25.500g + 731 g = 26.231 g

Berat TKS : 8.500 g

Brondolan : L = 7300 g 839 biji 8031 g 923 biji = 30,62 %

T = 5300 g 888 biji = 20,21%

D = 4400 g 898 biji = 16,77 %

Sampel. L = 31,7888 g Daging. L = 22,0551 g = 69,38 % T = 22,2388 g T = 17,7443 g = 79,79 % D = 16,9317 g D = 12,7377 g = 75,23 %

L : 62,5126 62,5126 130,0272 M = 52,72%

40,4575 54,3213 118,3998 Vol = 15,27 ml 22,0551 8,1913 11,6274 = 3,13%

T : 58,1618 58,1618 120,0076 M = 51,47% 40,4175 49,0288 110,8746 Vol = 11,57 ml 17,7443 9,1330 9,1330 = 3,02%

D : 54,5041 54,5041 121,6880 M = 35,67%

41,7664 49,9007 117,1445 Vol = 5,95 ml 12,7377 4,6034 4,5435 = 2,91%

L = 52,72% x 69,38% x 30,62% = 11,20% T = 51,47% x 79,79% x 20,21% = 8,30% D = 35,67% x 75,23% x 16,77% = 4,10% Kadar minyak buah sawit F – 1 = 24,00%


(54)

LAMPIRAN 3

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 2 dan 3 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Brondolan lepas : 240 biji x 9,21 g = 2210 g Berat TBS : 19.700g + 2210 g = 21.910 g

Berat TKS : 9.000 g

Brondolan : L = 3600 g 391 biji 5810 g 631 biji = 26,52 %

T = 3800 g 575 biji = 17,34%

D = 3300 g 680 biji = 15,06 %

Sampel. L = 33,2530 g Daging. L = 24,4343 g = 73,48 % T = 21,0759 g T = 15,7353 g = 74,66 % D = 16,0170 g D = 12,0640 g = 75,32 %

L : 65,2588 65,2588 122,8872 M = 66,71%

40,8245 57,1515 106,5871 Vol = 23,39 ml 24,4343 8,1073 16,3001 ALB = 3,42%

T : 56,2439 56,2439 116,3108 M = 61,79% 40,5086 50,8766 106,5880 Vol = 13,79 ml 15,7553 5,3673 9,7228 ALB = 3,38%

D : 52,1279 52,1279 113,6364 M = 59,30% 40,0639 47,8705 106,4824 Vol = 9,94 ml 12,0640 4,2574 7,1540 ALB = 3,31%

L = 66,71% x 73,48% x 26,52% = 13,00% T = 61,79% x 74,66% x 17,34% = 8,00% D = 59,30% x 75,32% x 15,06% = 6,73% Kadar minyak buah sawit F – 2 dan 3 = 27,73%


(55)

LAMPIRAN 4

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 4 dan 5 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 1999

Tanggal panen : 1 Februari 2011

Brondolan lepas : 361 biji x 6,64 g = 2.397 g Berat TBS : 15.600 g + 2.397 g = 17.937 g

Berat TKS : 6.900 g

Brondolan : L = 1900 g 286 biji 4297 g 647 biji = 23,87 %

T = 4100 g 693 biji = 22,78 %

D = 2700 g 537 biji = 15,00 %

Sampel. L = 27,3702 g Daging. L = 20,8369 g = 76,13 % T = 21,4413 g T = 16,5570 g = 77,22 % D = 16,0760 g D = 12,5393 g = 78,00 %

L : 61,5940 61,5940 121,1521 M = 68,24 % 40,7571 55,1012 106,9330 Vol = 22,67 ml 20,8369 6,4928 14,2191 ALB = 3,80 %

T : 57,1566 57,1566 117,1068 M = 60,26 % 40,5996 51,9345 107,1296 Vol = 15,82 ml 16,5570 5,2221 9,9772 ALB = 3,78 %

D : 52,2067 52,2067 124,3596 M = 57,61 % 39,6674 48,1527 117,1357 Vol = 11,06 ml 12,5393 4,0540 7,2239 ALB = 3,65 %

L = 68,24% x 23,87% x 76,13% = 12,40 % T = 60,26% x 22,78% x 77,22% = 10,60 % D = 57,61% x 78,00% x 15,00% = 6,74 % Kadar minyak buah sawit F – 4 dan 5 = 29,74 %


(56)

LAMPIRAN 5

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH ( FRAKSI - 0 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011 Brondolan lepas : 9 biji x 23,04 g = 207 g Berat TBS : 14.400g + 207 g = 14.607 g

Berat TKS : 4.300 g

Brondolan : L = 5000 g 217 biji 5207 g 236 biji = 35,65 %

T = 2900 g 217 biji = 19,85 %

D = 2200 g 269 biji = 15,06 %

Sampel. L = 52,9598 g Daging. L = 41,5840 g = 78,52 % T = 39,4957 g T = 30,2655 g = 76,63 % D = 29,2300 g D = 21,7120 g = 74,28 %

L : 81,3410 81,3410 123,4724 M = 39,30 % 40,7570 63,9526 107,1299 Vol = 19,27 ml 41,5840 18,3884 16,3425 = 2,81 %

T : 70,8667 70,8667 127,6782 M = 34,84 % 40,6012 57,8162 117,1337 Vol = 12,12 ml 30,2655 13,0505 10,5445 = 2,74 %

D : 61,3790 61,3790 114,3604 M = 32,00 % 39,6670 51,8257 107,4126 Vol = 7,87 ml 21,7120 9,5533 6,9478 = 2,70 %

L = 39,30% x 35,65% x 78,52% = 11,00% T = 34,84% x 19,85% x 76,63% = 5,30% D = 32,00% x 74,28% x 15,06% = 3,58% Kadar minyak buah sawit F – 0 = 19,88%


(57)

LAMPIRAN 5

BUAH SAWIT PADA KEADAAN KURANG MATANG ( FRAKSI - 1 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 78 biji x 13,59 g = 1060 g Berat TBS : 15.800g + 1060 g = 16.860 g

Berat TKS : 4.100 g

Brondolan : L = 5000 g 368 biji 6060 g 446 biji = 35,94 %

T = 4700 g 362 biji = 27,88 %

D = 2000 g 248 biji = 11,90 %

Sampel. L = 44,3435 g Daging. L = 34,1578 g = 77,03 % T = 34,4858 g T = 25,8574 g = 74,98 % D = 25,0543 g D = 18,3222 g = 73,13 %

L : 74,9824 74,9824 121,8869 M = 44,79 % 40,8246 61,2339 106,5876 Vol = 19,26 ml 34,1578 13,7485 15,2993 ALB = 3,00 %

T : 66,3667 66,3667 116,0053 M = 36,83 % 40,5093 55,7548 106,4820 Vol = 11,63 ml 25,8574 10,6119 9,5233 ALB = 2,91 %

D : 58,3860 58,3860 113,2488 M = 34,47 % 40,0638 50,6907 106,9331 Vol = 7,42 ml 18,3222 7,6953 6,3157 = 2,80 %

L = 44,79% x 77,03% x 35,94% = 12,40 % T = 36,83% x 74,98% x 27,88% = 7,70 % D = 34,47% x 73,13% x 11,90% = 3,00 % Kadar minyak buah sawit F – 1 = 23,10 %


(58)

LAMPIRAN 7

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 2 dan 3 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 198 biji x 10,99 g = 2176 g Berat TBS : 9.000 g + 2176 g = 11.176 g

Berat TKS : 5.300 g

Brondolan : L = 2000 g 182 biji 4176 g 380 biji = 37,36 %

T = 2400 g 270 biji = 21,47 %

D = 1300 g 177 biji = 11,63 %

Sampel. L = 38,6843 g Daging. L = 30,4175 g = 78,63 % T = 26,1534 g T = 19,9498 g = 76,28 % D = 21,1838 g D = 15,7141 g = 74,18 %

L : 70,8747 70,8747 132,8964 M = 47,66 % 40,4572 58,7837 118,3994 Vol = 20,32 ml 30,4175 12,0910 14,4970 ALB = 3,34 %

T : 60,3674 60,3674 120,0112 M = 45,80 % 40,4176 52,3855 110,8742 Vol = 12,57 ml 19,9498 7,9819 9,1370 ALB = 3,28 %

D : 57,4822 57,4822 123,4477 M = 40,11 % 41,7681 51,2154 117,1448 Vol = 8,38 ml 15,7141 6,2668 6,3029 ALB = 3,17 %

L = 47,66% x 78,63% x 37,36% = 14,00 % T = 45,80% x 76,28% x 21,47% = 7,50 % D = 40,11% x 74,18% x 11,63% = 3,46 % Kadar minyak buah sawit F – 2 dan 3 = 24,96 %


(59)

LAMPIRAN 8

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 4 dan 5 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 273 biji x 9,47 g = 2.584 g Berat TBS : 12.400 g + 2.584 g = 14.984 g

Berat TKS : 4.200 g

Brondolan : L = 2300 g 243 biji 4884 g 516 biji = 32,59 %

T = 3200 g 439 biji = 21,36 %

D = 2700 g 426 biji = 18,02 %

Sampel. L = 32,6433 g Daging. L = 26,0722 g = 79,87 % T = 24,7865 g T = 19,2197 g = 77,54 % D = 18,4859 g D = 13,9587 g = 75,51 %

L : 64,9164 64,9164 123,9804 M = 52,82 % 38,8442 55,0976 110,2091 Vol = 21,38 ml 26,0722 9,8188 13,7713 ALB = 3,70 %

T : 58,0441 58,0441 116,8720 M = 49,60 % 38,8244 50,7310 107,3390 Vol = 14,72 ml 19,2197 7,3131 9,5330 ALB = 3,68 %

D : 54,7322 54,7322 116,7476 M = 44,46 % 40,7735 49,4070 110,5416 Vol = 9,32 ml 13,9587 5,3252 6,2060 ALB = 3,58 %

L = 52,82% x 79,87% x 32,59% = 13,75 % T = 49,60% x 77,54% x 21,36% = 8,00 % D = 44,46% x 75,51% x 18,02% = 6,05 % Kadar minyak buah sawit F – 4 dan 5 = 27,80 %


(60)

LAMPIRAN 9


(61)

LAMPIRAN 10

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN PANEN DENGAN RENDEMEN MINYAK DAN ALB


(1)

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MENTAH ( FRAKSI - 0 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011 Brondolan lepas : 9 biji x 23,04 g = 207 g Berat TBS : 14.400g + 207 g = 14.607 g Berat TKS : 4.300 g

Brondolan : L = 5000 g 217 biji 5207 g 236 biji = 35,65 % T = 2900 g 217 biji = 19,85 % D = 2200 g 269 biji = 15,06 %

Sampel. L = 52,9598 g Daging. L = 41,5840 g = 78,52 % T = 39,4957 g T = 30,2655 g = 76,63 % D = 29,2300 g D = 21,7120 g = 74,28 %

L : 81,3410 81,3410 123,4724 M = 39,30 % 40,7570 63,9526 107,1299 Vol = 19,27 ml 41,5840 18,3884 16,3425 = 2,81 %

T : 70,8667 70,8667 127,6782 M = 34,84 % 40,6012 57,8162 117,1337 Vol = 12,12 ml 30,2655 13,0505 10,5445 = 2,74 %

D : 61,3790 61,3790 114,3604 M = 32,00 % 39,6670 51,8257 107,4126 Vol = 7,87 ml 21,7120 9,5533 6,9478 = 2,70 %

L = 39,30% x 35,65% x 78,52% = 11,00% T = 34,84% x 19,85% x 76,63% = 5,30% D = 32,00% x 74,28% x 15,06% = 3,58% Kadar minyak buah sawit F – 0 = 19,88%


(2)

LAMPIRAN 5

BUAH SAWIT PADA KEADAAN KURANG MATANG ( FRAKSI - 1 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 78 biji x 13,59 g = 1060 g Berat TBS : 15.800g + 1060 g = 16.860 g Berat TKS : 4.100 g

Brondolan : L = 5000 g 368 biji 6060 g 446 biji = 35,94 % T = 4700 g 362 biji = 27,88 % D = 2000 g 248 biji = 11,90 %

Sampel. L = 44,3435 g Daging. L = 34,1578 g = 77,03 % T = 34,4858 g T = 25,8574 g = 74,98 % D = 25,0543 g D = 18,3222 g = 73,13 %

L : 74,9824 74,9824 121,8869 M = 44,79 % 40,8246 61,2339 106,5876 Vol = 19,26 ml 34,1578 13,7485 15,2993 ALB = 3,00 %

T : 66,3667 66,3667 116,0053 M = 36,83 % 40,5093 55,7548 106,4820 Vol = 11,63 ml 25,8574 10,6119 9,5233 ALB = 2,91 %

D : 58,3860 58,3860 113,2488 M = 34,47 % 40,0638 50,6907 106,9331 Vol = 7,42 ml 18,3222 7,6953 6,3157 = 2,80 %

L = 44,79% x 77,03% x 35,94% = 12,40 % T = 36,83% x 74,98% x 27,88% = 7,70 % D = 34,47% x 73,13% x 11,90% = 3,00 % Kadar minyak buah sawit F – 1 = 23,10 %


(3)

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 2 dan 3 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 198 biji x 10,99 g = 2176 g Berat TBS : 9.000 g + 2176 g = 11.176 g Berat TKS : 5.300 g

Brondolan : L = 2000 g 182 biji 4176 g 380 biji = 37,36 % T = 2400 g 270 biji = 21,47 % D = 1300 g 177 biji = 11,63 %

Sampel. L = 38,6843 g Daging. L = 30,4175 g = 78,63 % T = 26,1534 g T = 19,9498 g = 76,28 % D = 21,1838 g D = 15,7141 g = 74,18 %

L : 70,8747 70,8747 132,8964 M = 47,66 % 40,4572 58,7837 118,3994 Vol = 20,32 ml 30,4175 12,0910 14,4970 ALB = 3,34 %

T : 60,3674 60,3674 120,0112 M = 45,80 % 40,4176 52,3855 110,8742 Vol = 12,57 ml 19,9498 7,9819 9,1370 ALB = 3,28 %

D : 57,4822 57,4822 123,4477 M = 40,11 % 41,7681 51,2154 117,1448 Vol = 8,38 ml 15,7141 6,2668 6,3029 ALB = 3,17 %

L = 47,66% x 78,63% x 37,36% = 14,00 % T = 45,80% x 76,28% x 21,47% = 7,50 % D = 40,11% x 74,18% x 11,63% = 3,46 % Kadar minyak buah sawit F – 2 dan 3 = 24,96 %


(4)

LAMPIRAN 8

BUAH SAWIT PADA KEADAAN MATANG ( FRAKSI – 4 dan 5 )

Kebun : KDSHU

Tahun tanam : 2004

Tanggal panen : 4 Februari 2011

Brondolan lepas : 273 biji x 9,47 g = 2.584 g Berat TBS : 12.400 g + 2.584 g = 14.984 g Berat TKS : 4.200 g

Brondolan : L = 2300 g 243 biji 4884 g 516 biji = 32,59 % T = 3200 g 439 biji = 21,36 % D = 2700 g 426 biji = 18,02 %

Sampel. L = 32,6433 g Daging. L = 26,0722 g = 79,87 % T = 24,7865 g T = 19,2197 g = 77,54 % D = 18,4859 g D = 13,9587 g = 75,51 %

L : 64,9164 64,9164 123,9804 M = 52,82 % 38,8442 55,0976 110,2091 Vol = 21,38 ml 26,0722 9,8188 13,7713 ALB = 3,70 %

T : 58,0441 58,0441 116,8720 M = 49,60 % 38,8244 50,7310 107,3390 Vol = 14,72 ml 19,2197 7,3131 9,5330 ALB = 3,68 %

D : 54,7322 54,7322 116,7476 M = 44,46 % 40,7735 49,4070 110,5416 Vol = 9,32 ml 13,9587 5,3252 6,2060 ALB = 3,58 %

L = 52,82% x 79,87% x 32,59% = 13,75 % T = 49,60% x 77,54% x 21,36% = 8,00 % D = 44,46% x 75,51% x 18,02% = 6,05 % Kadar minyak buah sawit F – 4 dan 5 = 27,80 %


(5)

LAMPIRAN 9


(6)

LAMPIRAN 10

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN PANEN DENGAN

RENDEMEN MINYAK DAN ALB