Pandangan As-Sunnah Tinjaun Hukum Terhadap Profesi Istri

Kewajiban suami menafkahi istri bukanlah didasarkan pada tradisi, budaya, adat istiadat masyarakat, atau warisan kebudayaan. Islam menetapkan kewajiban memberi nafkah kepada istri sebagai suatu perintah illahiah. Yaitu perintah yang dikeluarkan sendiri oleh Allah SWT kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, seorang suami yang tidak menunaikan kewajiban memberi nafkah kepada istrinya telah berdosa kepada istri dan berdosa kepada Allah SWT. Kondisi ekonomi melilit seseorang sering kali mengurangi rasa kekhawatiran yang seharusnya ada pada diri masing-masing orang. Sebaliknya justru akan menyisihkan segala kekhawatiran dan perasaan pada resiko yang akan mengancam dirinya sekalipun. Mereka adalah orang-orang lemah, yang tidak memiliki kuasa di hadapan tawaran- tawaran yang palimg membahayakan sekalipun. Ini adalah tugas orang- orang yang kuat dan memiliki kuasa dalam masyarakat. Yaitu, negara yang seharusnya memberikan jaminan perlindungan terhadap mereka orang-orang yang lemah dalam hal ekonomi. Saat ini pemerintah Indonesia belum memiliki kebijakan terkait dengan penguatan dan perlindungan pekerja domestik atau Pekerja Rumah Tangga PRT. Mereka masih dianggap sebagai pembantu, bukan pekerja. sehingga, ia tidak memiliki hak-hak sebagai pekerja. Pemerintah belum mengeluarkan kebijakan yang jelas dan tegas dengan menempatkan mereka sebagai pekerja, sama seperti pekerja-pekerja di sektor publik. Para pekerja domestik sampai saat ini belum memiliki hak upah minimum, hak untuk istirahat, cuti atau lembur. Mereka dipekerjakan sesuai keinginan dan kebaikan majikan. Kondisi seperti ini menempatkan para PRT berada pada posisi rentan terhadap segala bentuk kekerasan, dan tanpa perlindungan hukum yang jelas dari pemerintah. 5 Berdasarkan pada kaidah fiqh bawah ini : ضر عتا إ ت سفم يع ر كتر باًررض ظعأ فخأ Artinya: Apabila bertentangan dua kebaikan, maka perhatikan mana yang lebih besar madlaratnya dengan dikerjakan yang lebih ringan kepada madlaratnya. Dalam kaidah ini menyebutkan apabila suatu ketika datang secara bersamaan dua mafsadat atau lebih, maka harus dipilih atau diseleksi, manakah mafsadat itu yang lebih kecil atau lebih ringan. Setelah ini diketahui, maka yang madlaratnya lebih besar atau berat harus ditinggalkan dan dikerjakan yang lebih ringan madlaratnya. 6 Berdasarkan kaidah fiqh tersebut maka profesi sebagai TKW untuk para istri di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur diperbolehkan. Karena ketika istri menekuni profesi sebagai TKW di luar negeri manfaat yang didapat jauh lebih banyak dari pada madlaratnya.. 5 Muhammad Thalib, Ketentuan Nafkah Istri dan Anak, h. 201-204. 6 Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh Qawaidul Fiqhiyah, Cet I, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, h. 30.

3. Pandangan Fuqoha

Semua fuqaha mendukung penuh bagi para wanita istri untuk tetap tinggal dirumah dan bekerja untuk anak dan suaminya. Mereka berpendapat bahwa istri yang bekerja diluar akan banyak mendatangkan fitnah sehingga mereka melarangnya kecuali dalam keadaan terpaksa. Ibnu Abbas, pakar tafsir yang terkenal di kalangan sahabat. menafsirkan bahwa laki-laki suami adalah pihak yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk mendidik perempuan istri. Kemudian Az-Zamaksyari menjelaskan bahwa laki-laki berkewajiban melaksanakan amar makruf nahi mungkar kepada perempuan, sebagaimana penguasa terhadap raknyatnya. Al-Alusi menyatakan hal yang senada bahwa tugas laki-laki adalah memimpin perempuan, sebagaimana pemimpin memimpin raknyatnya dalam bentuk perintah, larangan dan semacamnya. Jalaluddin as-Suyuthi memaknainya dengan laki-laki sebagai penguasa musallithun atas perempuan, sedangkan Ibnu Katsir memaknainya dengan. laki-laki adalah pemimpin yang dituakan dan pengambil kebijakan bagi perempuan. 7 Keempat Imam madzhab yaitu Maliki, Hanafi, Shafii, dan Hambali sepakat bahawa memberikan nafkah itu hukumnya wajib setelah adanya ikatan dalam sebuah perkawinan. Akan tetapi keempat imam madzhab 7 Sri Mulyati, Relasi Suami dalam Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita PSW, UIN Syarif Hidayatullah, 2004, h. 42 memiliki perbedaan mengenai kondisi, waktu dan tempat, perbedaan tersebut terletak pada waktu, ukuran, siapa yang wajib mengeluarkan nafkah dan kepada siapa saja nafkah itu wajib dberikan. Keempat imam madzhab sepakat bahawa nafkah meliputi sandang, pangan dan tempat tinggal. 8 Adapun pendapat dari masing-masing fuqaha sebagai berikut: a. Mazhab Maliki Menurut Imam Malik mencukupi nafkah keluarga merupakan kewajiban ketiga dari seorang suami setelah membayar mahar dan berlaku adil kepada istri. Kalau terjadi perpisahan antara suami dan istri, baik karena cerai atau meninggal dunia maka harta asli istri tetap menjadi milik istri dan harta asli milik suami tetap menjadi milik suami, menurut madzhab Maliki waktu berlakunya pemberian nafkah wajib apabila suami sudah mengumpuli istrinya. Jadi nafkah itu tidak wajib bagi suami sebelum ia berkumpul dengan istri. 9 Sedangkan mengenai ukuran atau banyaknya nafkah yang harus dikeluarkan adalah disesuaikan dengan kemampuan suami. Nafkah ini wajib diberikan kepada istri yang tidak nusuz. Jika suami 8 Abdur Rohman Al Jaziri, Kitab Fiqh al-madzahib al-Arbaah, Juz 4, Al Maktabah Al Tijariyyah Al Kubro, Mesir, 1969, h. 553. 9 Imam Qodzi Abu Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid, Mesir: Dar Al-Fikr, t.t., Juz 3, h. 41.