Potensi Masyarakat Desa Cimenteng

TPA Al-Hidayah di Kp. Sukamukti dengan jumlah santri yang cukup banyak. 2. Sumber Daya Alam Banyak Sumber Daya Alam yang dapat dimanfaatkan di Desa Cimenteng sebagai mata pencarian utama masyarakat adalah bertani dan berdagang. Contoh pemanfaatan sumber daya alam di bidang pertanian, para petani banyak menanan padi, ubi, singkong, jahe, jagung, buah- buahan seperti pisang, kolang-kaling dan alpukat serta gula aren. Kolang-kaling biasanya dipanen saat menjelang Ramadhan. Masyarakat banyak memanfaatkan singkong dan ubi untuk pembuatan makanan cemilan seperti opak dan “enye-enye”. Contoh pemanfaatan dalam bidang peternakan dapat dilihat dari banyaknya rumah yang mempunyai hewan ternak seperti kerbau, sapi, kambing dan ayam. Kotoran hewan yang paling banyak digunakan untuk pupuk adalah kotoran kambing, karena mayoritas warga Desa Cimenteng beternak kambing. Warga di Desa Cimenteng juga ada yang memanfaatkan sampah daur ulang untuk dijadikan pupuk, baik dari sampah organik dan dari kotoran hewan. Sedangkan pupuk dari sampah organik biasanya berasal dari sampah sisa-sisa sayuran, atau sampah yang dapat diuraikan dalam tanah. Masyarakat Desa Cimenteng sangat pandai dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan masyarakatnya salah satunya ada perusahaan tambang batu dan pasir PT. Sabadan yang berada di Kp. Rawa Gede dengan adanya pertambangan batu tersebut dibukanya lapangan pekerjaan dan warung-warung makan yang memberikan incom perkapita keluarga. 3. Budaya Lokal Budaya lokal masyarakat kurang terlihat disini. Selama penulis melakukan penelitian di Desa Cimenteng, mengidentifikasi potensi budaya lokal hanya sedikit yang terlihat. Seperti masih adanya kegiatan “Ruwahan” untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dan biasanya pada saat menjelang Ramdhan masyarakat Desa Cimenteng banyak yang mengadakan acara mengunjungi tempat rekreasi yang disebut dengan “Papajar”. 4. Bidang Sosial Kehidupan masyarakat dipandang dari segi sosial terlihat rasa kebersamaan dan rasa peduli terhadap sesama. Hal ini terlihat ketika sedang melaksanakan kegiatan yang sifatnya umum seperti hajatan, pengajian mingguan, atau membersihkan lingkungan Kerja Bakti. Rasa kebersamaan terlihat pada saat membersihkan lingkungan, dengan adanya pembagian tugas antara para bapak, ibu, dan remaja. Para bapak mendapatkan bagian membersihkan jalan, para remaja membersihkan lingkungan sekitar dan para ibu menyiapkan makanan bersama untuk para bapak dan para remajanya. Dengan adanya pembagian tugas tersebut, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan cepat selesai. Kepedulian terhadap sesama, ketika ada warga yang punya hajat seperti nikahan, sunatan, dll masyarakat terutama para ibu, ikut membantu memasak dan menyumbang hasil pertaniannya seperti kelapa, buah-buahan atau sayuran untuk keperluan warga yang punya hajat sehingga warga tersebut merasa diringankan. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tinjaun Hukum Terhadap Profesi Istri

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, berikut ini akan penulis jelaskan mengenai peran istri di Desa Cimenteng menjadi TKW keluar negeri untuk memenuhi nafkah keluarga menurut pandangan al- Qur’an, as-Sunnah dan para Fuqoha.

1. Pandangan Al-Quran

Al- Qur’an mengakui perbedaan anatomi antara pria dan wanita, al- Qur’an juga mengakui bahwa anggota dari masing-masing gender berfungsi dengan cara merefleksikan perbedaan yang telah dirumuskan dengan baik yang telah dipertahankan oleh budaya mereka. 1 Al- Qur’an tidak berusaha untuk meniadakan perbedaan antara pria dan wanita atau menghapuskan hal fungsional dari perbedaan gender yang membantu agar setiap masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan dapat memnuhi kebutuhanya. Jika dipahami secara benar, tidak ada satupun ayat-ayat Al- Qur’an yang menginformasikan bahwa wanita adalah bawahan pria. Di dalam Al- Qur’an jelas dinyataan bahwa dihadapan Allah SWT semua manusia 1 Amin Wadud, Qur’an Menurut Wanita, t.p: t.t, t.t.h., h. 43. adalah sama baik pria maupun wanita mempunyai kedudukan yang sertara yang membedakan hanyalah ketakwaan, sebagaimana firman Allah SWT Al- Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 berikut ini:                       Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. Selain itu dalam surat At-Taubah ayat 1 juga tersirat bahwa prinsip hubungan kemitraan antara pria dan wanita demikian jelas dan nyata, kesetaraan tersebut juga tidak berlaku bagi kaum pria dan wanita sebagai individu, tetapi juga dalam konteks kehidupan berkeluarga antara suami dan istri terutama dalam hal mencari nafkah. Bila kita lihat Al- Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang menjelaskan bahwa wanita mempunyai struktur kemandirian dan individualitas sendiri dan tidak diperlakukan sebagai pelengkap bagi siapapun.                       