22
kamus hukum, majalah dan internet serta bahan-bahan di luar bidang hukum yang berkaitan guna melengkapi data.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan penelitian kepustakaan library research dan penelitian lapangan
field research. Dalam penelitian ini, penelitian kepustakaan bertujuan untuk menghimpun data-data yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan,
jurnal ilmiah maupun majalah-majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Beranjak dari pengumpulan data penelitian kepustakaan diharapkan dapat memperoleh suatu bentuk perjanjian kerjasama yang memberikan kepastian hukum
bagi para pihak, sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan antara keduanya. Penelitian lapangan bertujuan untuk mengumpulkan data yang dilakukan
di PT. TNC melalui wawancara langsung melakukan beberapa pengamatan pada pengadaan barang guna memperoleh data yang lebih akurat.
4. Alat pengumpulan Dat
a Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan studi dokumen yaitu dengan mempelajari serta menganalisa bahan pustaka.
5. Analisis data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dengan menggunakan metode
Universitas Sumatera Utara
23
kuantitatif. Setelah memperoleh data wawancara maka data tersebut dikumpulkan diolah dan selanjutnya disajikan melalui pendekatan kuantitatif kemudian dilakukan
analisa pembahasan dengan cara membandingkan teori-teori hukum atau pendapat- pendapat para ahli. Akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Di dalam penelitian hukum
normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti, membuat
klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi.
42
42
Soejono Soekanto, Op.Cit, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
24
BAB II AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN
KERJASAMA PENGADAAN BARANG ATAS DASAR WANPRESTASI
A. Karakteristik Tentang Wanprestasi
Suatu perjanjian dapat terlaksana dengan baik apabila para pihak telah memenuhi prestasinya masing-masing seperti yang telah diperjanjikan tanpa ada
pihak yang dirugikan. Tetapi adakalanya perjanjian tersebut tidak terlaksana dengan baik karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Tindakan
wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi,
sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut. Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :
43
1 Kesengajaan; 2 Kelalaian;
3 Tanpa kesalahan tanpa kesengajaan atau kelalaian. Akan tetapi berbeda dengan hukum pidana atau hukum tentang perbuatan
melawan hukum, hukum kontrak tidak begitu membedakan apakah suatu kontrak tidak dilaksanakan karena adanya suatu unsur kesalahan dari para pihak atau tidak.
Akibatnya umumnya tetap sama, yakni pemberian ganti rugi dengan perhitungan- perhitungan tertentu. Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-
43
Agus Raharjo tentang Perjanjian: http:3.bp.blogspot.com, diakseskan tanggal 21 Mei 2011
24
Universitas Sumatera Utara
25
alasan force majeure, yang umumnya membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi untuk sementara atau untuk selama-lamanya.
Disamping itu, apabila seseorang telah tidak melaksanakan prestasinya sesuai ketentuan dalam kontrak, maka pada umumnya dengan beberapa pengecualian tidak
dengan sendirinya dia telah melakukan wanprestasi. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak atau dalam undang-undang, maka wanprestasinya si debitur resmi
terjadi setelah debitur dinyatakan lalai oleh kreditur ingebrehstelling yakni dengan dikeluarkannya “akta lalai”.
44
Dalam setiap persetujuan yang dibuat oleh pihak pada prinsipnya adalah menghendaki agar para pihak melaksanakan prestasinya sebagaimana mestinya.
Apabila para pihak tidak melaksanakan sesuai dengan disepakati maka dikatakan ia telah wanprestasi. Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti
prestasi yang buruk atau prestasi yang dilakukan tidak selayaknya.
45
Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi. Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana
yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara PT. TNC dengan PT. Moratel. Dalam restatement of the law of contracts Amerika Serikat , wanprestasi
atau breach of contracts dibedakan menjadi dua macam , yaitu :
46
1. total breachts, artinya pelaksanaan kontrak tidak mungkin dilaksanakan,
44
Ibid, hal.29
45
Olga tentang Wanprestasi, http:olga260991.wordpress.com, diakseskan tanggal 22 Mei 2011
46
Salim HS, Op.Cit, hal.98
Universitas Sumatera Utara
26
2. partial breachts,
artinya pelaksanaan
perjanjian masih
mungkin untuk
dilaksanakan. Seorang debitur baru dapat dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan
somasi oleh kreditur atau juru sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka
kreditur berhak membawa persoalan itu ke Pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur wanprestasi atau tidak.
47
Hal-hal yang termasuk kategori lalai : jika tidak terpenuhi kewajiban sama sekali, jika memenuhi sebagian kewajiban, jika memenuhi kewajiban akan tetapi
terlambat memenuhinya. Perikatan adalah berbuatmemberikan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Sumber perikatan berasal dari perikatan itu sendiri dan KUHPerdata
pasal 1233. Jika salah satu pihak menyimpang wanprestasi maka bisa mendapatkan perlindungan atas dasar pasal 1243 KUHPerdata tentang penggantian biaya,rugi, dan
bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan. Dalam menyelesaikan sengketa bisa melalui pengadilan atau diluar pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan
diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau berbuat hal tertentu untuk menjamin hal tersebut tidak akan terulang
kembali. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan dengan mengajukan gugat.
48
47
Ibid, hal. 99
48
http:id.shvoong.comlaw-and-politicscontract-law2031120-faktor-penyebab-terjadinya- wanprestasi diakseskan tanggal 22 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
27
Yang dimaksud dengan wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagai mana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-
pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.
49
Wanprestasi menurut Wirjono Prodjodikoro adalah “Ketiadaan suatu prestasi, sedangkan prestasi dalam Hukum Perjanjian berarti suatu hal yang harus
dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian”.
50
Menurut Subekti seorang debitur dapat dikatakan wanprestasi “apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya dan tidak seperti yang
diperjanjikan”.
51
Selanjutnya M. Yahya Harapan mengemukakan tentang wanprestasi sebagai : Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut
selayaknya. Dengan demikian seorang debitur disebut dan berada dalam keadaan wanprestasi apabila dia dalam melakukan pelaksanaan perjanjian telah lalai sehingga
terlambat dari jadwal yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya.
52
Wanprestasi artinya ingkar janji atau tidak memenuhi janji yang disepakati dalam perjanjian. Tidak dipenuhinya perjanjian membawa konsekuensi dari pihak
lawan janji..
53
Dalam perjanjian untuk tidak melakukan suatu perbuatan tertentu,
49
Munir Fuady, Op.Cit, hal. 87
50
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hal.44
51
Subekti, Op.Cit, hal.147
52
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.60
53
Satriani, subjek-hukum-a-pengertian-menerangkan-aspek-hokum-dalam-ekonomi-akan- sulit-jika-tidak-terlebih-dahulu-diperkenalkan-posisi http:satrianiupa, .blog.com, diakseskan tanggal
20 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
28
apabila debitur melakukannya berarti ia melanggar perjanjian. Sedangkan dalam perjanjian unuk menyerahkan sesuatu barang atau untuk melakukan suatu perbuatan,
apabila barang tidak diserahkan atau perbuatan tidak dilakukan dapat dikatakan bahwa debitur telah melakukan wanprestasi.
Tata cara menentukan seorang debitur telah melakukan wanprestasi atau melalaikan kewajibannya dapat dilihat dalam Pasal 1238 KUHPerdata :
Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini
menetapkan, bahwa si berutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
Wanprestasi merupakan suatu kesanggupan yang dilakukan oleh satu pihak. Dimana pihak yang dinyatakan wanprestasi itu tidak melaksanakan sesuatu
sebagaimana yang telah diperjanjikan. Termasuk juga dalam kategori wanprestasi, bila prestasi yang dilaksanakan terlambat dari yang diperjanjikan.
Menurut Subekti ada tiga alasan yang dapat membebaskan debitur dari hukuman karena dianggap melakukan wanprestasi, yaitu sebagai berikut :
a. mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa overmacht atau force majeur b. mengajukan bahwa si berpiutang kreditur sendiri juga telah lalai exeptio non
adimpleti contractus c. mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi
pelepasan hak.
54
Wanprestasi seorang debitur dapat berupa 4 macam, yaitu: 1. Tidak sanggup untuk melaksanakan kewajibannya untuk membayar
2. Melaksanakan kewajiban untuk membayar, tetapi tidak sesuai dengan yang dijanjikan
3. Melaksanakan kewajibannya, tetapi terlambat membayar
54
Subekti, Op.Cit, hal.147
Universitas Sumatera Utara
29
4. Melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan dalam perjanjian Hukuman atau akibat yang harus diterima oleh debitur apabila ia tidak melaksanakan
kewajibannya, yaitu: 1. Membayar kerugian yang diderita oleh pihak kreditur atau dengan singkat dapat
dikatakan ganti-rugi 2. Pembatalan perjanjian
3. Peralihan pembayaran oleh pihak laindipindahtangankan 4. Membayar biaya perkara apabila penyelesaian perkara dilaksanakan di muka
hakim. Terdapat dua kemungkinan alasan mengapa tidak dipenuhi atau dilaksanakan
kewajiban itu oleh pihak yang berhutang yaitu: 1. karena kesalahan debitur, baik karena kesalahan maupun karena kelalaian
2. karena keadaan memaksa force majeure, jadi diluar kemampuan debitur tidak bersalah.
55
Mengenai keadaan memaksa yang merupakan keadaan dimana seorang debitur terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena keadaan atau peristiwa yang
tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam
keadaan beritikad baik. Hal ini diatur dalam Pasal 1244 KUHPerdata dan Pasal 1245 KUHPerdata. Kedua pasal ini dimaksudkan untuk membebaskan debitur dari
kewajiban mengganti kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak disengaja dan tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya sehingga menyebabkan perjanjian itu tidak
dapat dilaksanakan. Tindakan wanprestasi membawa konsekuesi terhadap timbulnya hak pihak
yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk menuntut
55
http:mrprayzholic.blogspot.com201104wanprestasi.html diakseskan tanggal 21 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
30
ganti rugi. Sehingga oleh hukum diharapkan tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
56
Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena :
57
1. tidak memenuhi kewajibannya, karena sengaja atau tidak karena nilai 2. terlambat memenuhi kewajibannya
3. memenuhi kewajibannya tetapi seperti apa yang telah diperjanjikan Oleh karena itu wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting,
maka harus ditentukan lebih dahulu apakah debitur benar telah melakukan wanprestasi. Untuk mengetahui hal ini, maka harus dilihat isi dari suatu perjanjian
yang telah disepakati, baru dapat diketahui debitur telah melakukan wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajiban atau terlambat memenuhi atau memenuhi tetapi
tidak seperti diperjanjikan.
58
Adapun akibat hukum yang timbul jika salah satu pihak wanpresasi adalah yakni apabila seorang debitur lalai dalam melaksanakan isi perjanjian, maka kreditur
dapat menuntut : a. Minta agar perjanjian dilaksanakan
b. Minta ganti kerugian c. Minta perjanjian dilaksanakan dengan ganti kerugian
56
Sri Hartati Samhadi , ” Itikad baik dalam kebebasan berkontrak, http:training-
ethos.blogspot .com, di akses tanggal 27 Juni 2011.
57
Ibid
58
http:www.lbh-makassar.com, diakseskan tanggal 20 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
31
Didalam praktek apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian pemborongan maka pemberi kerja biasanya akan terlebih dahulu memberikan teguran agara
pemborong memenui kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjiakan dalam jangka waktu yang layak.
59
Jika pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, maka atas gugatan dari si
pemberi tugas hakim dapat memutuskan perjanjian tersebut sebagian atau seluruhnya beserta segala akibatnya. Yang dimaksudkan dengan pemutusan perjanjian disini
adalah pemutusan untuk waktu yang akan datang dalam arti bahwa mengenai pekerjaan yang telah diselesaikandikerjakan akan tetap dibayar, namun atas
pekerjaan yang belum dikerjakan itu yang diputuskan.
60
Dengan adanya pemutusan perjanjian demikian perikatan bukan berhenti sama sekali seperti seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan sama sekali, dan wajib
dipulihkan ke keadaan semula melainkan dalam keadaan tersebut diatas si pemberi tugas dapat menyuruh orang lain untuk menyelesaikan pemborongan itu, sesuai
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Atau jika telah terlanjur dibayar kepada pemborong atas biaya yang harus ditanggung oleh si pemborong sesuai dengan
pembayaran yang telah diterima.
59
Djumaildji, Hukum Bangunan, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal. 17
60
Sri Soedewi Masjun Sofwan, Op.Cit, hal. 82
Universitas Sumatera Utara
32
Faktor-faktor yang menyebabkan pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. TNC dengan PT. Moratel tidak berjalan dengan baik dan menimbulkan keterlambatan
dari PT. TNC adalah:
61
a Adanya kenaikan harga bangunan b Adanya force majoure.
Dalam hal kenaikan harga bangunan pada pasal 201 jelas disebutkan bahwa kenaikan bahan-bahan
bangunan ditanggung sepenuhnya oleh
pihak kedua pemborong dikarenakan bahan baku akan disediakan oleh PT. Moratel sehingga
seharusnya PT. Moratel telah memperkirakan untuk menghitung kenaikan harga bahan baku pada saat tahap Pra kontrak.
Sedangkan adanya keadaan yang diluar kehendaknya force majeure yaitu curah hujan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan longsor dibeberapa titik yang
telah dikerjakan, dalam hal ini sebaiknya dikembalikan pada ketentuan BW Buku III tentang perikatan pasal 1244 dan 1245yang berbunyi
Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikat
buruk kepadanya.1244
61
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
33
Tidak ada penggantian biaya. kerugian dan bunga. bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk
memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.1245
Serta pasal 111 dalam perjanjian ini yang menyebutkan tentang keadaan memaksa force majeure diantaranya yaitu, Bencana Alam meliputi : Gempa Bumi,
Tanah longsor dan Banjir. Maka dari itu seharusnya pemerintah daerah bisa memaklumi dan menerima kenyataan keterlambatan ini dikarenakan tanah yang telah
dan sedang dikerjakan longsor dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi, yang diluar pihak kedua. Dalam hal ini seharusnya diadakan perpanjangan jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan sesuai bunyi pasal 102 tentang perubahan jangka waktu pelaksanaan yang dapat diubah apabila terjadi force majeure.
Karena telah terjadi keterlambatan dalam hal penyerahan pekerjaan sesuai yang telah ditentukan dalam batas waktu pelaksanaan PT. Moratel telah meminta
kepada PT. TNC untuk meminta perpanjangan waktu namun permohonan tersebut tidak diterima dengan alasan adanya surat edaran, karena habisnya masa tahun
anggaran itulah sehingga perpanjangan waktu pekerjaan yang diminta tidak dapat dikabulkan. Dan PT. TNC telah menganggap keterlambatan penyerahan pekerjaan
sebagai wanprestasi
dan mekanisme
penyelesaiaannya dikembalikan
pada perjanjian.
62
62
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
34
B. Akibat Hukum Salah Satu Pihak Yang Melakukan Wanprestasi Dalam Kontrak Pengadaan Barang
Apabila dalam suatu perjanjian yang telah ditentukan bahwa objek dari suatu perjanjian akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan, namun pada waktu
tersebut objek tidak diserahkan, sedangkan waktu telah tiba untuk diserahkan. Dalam hal ini dikatakan wanprestasi atau ingkar janji. Melakukan apa yang diperjanjikan
tetapi terlambat, dalam hal ini perlu diperhitungkan akibat dari keterlambatan, apakah merugikan salah satu pihak. Akibat dari salah satu pihak tidak membayar uang yang
telah diperjanjikan semula, maka pihak yang lain menderita kerugian. Apabila salah satu pihak dalam hal kontrak pengadaan barang yang diadakan
itu tidak menepati janjinya pada waktu yang telah ditentukan, maka pihak yang merasa dirugikan diharuskan melaksanakan peneguran terlebih dahulu supaya pihak
yang lain memenuhi prestasinya. Hal ini diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata. Mengenai peneguran ini menimbulkan masalah, apakah teguran ini dilakukan
dengan surat atau perintah atau dibolehkan dengan kata lain. Berdasarkan ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata teguran ini dapat dilakukan dengan surat perintah atau
dengan akta yang sejenis. Menurut Abdulkadir Muhammad, mendefenisikan tentang teguran adalah
dalam hal ini debitur perlu diperingatkan secara tertulis, dengan surat perintah atau
Universitas Sumatera Utara
35
dengan akta sejenis. Dalam surat perintah itu ditentukan bahwa ia segera memenuhi prestasinya, jika tidak dipenuhi ia telah dinyatakan wanprestasi.
63
Apabila teguran dilakukan secara lisan, maka pihak yang melakukan wanprestasi akan menyangkal bahwa ia belum pernah menerima teguran, jika hal ini
diperkirakan sampai di pengadilan. Dengan demikian wanprestasi dalam perjanjian antara para pihak yang membuat suatu perjanjian tidak hanya terbatas pada tidak
melakukan sesuatu yang telah disanggupi akan dilakukannya, tetapi termasuk juga melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh salah satu pihak atau
melakukan sesuatu tetapi terlambat. Mengenai wanprestasi dalam kontrak pegadaan barang tidak diatur secara
tegas dalam Kitab Undang –undang Hukum Perdata KUHPerdata, oleh karena itu perjanjian tersebut menggunakan asas kebebasan berkontrak, atau berlaku ketentuan
wanprestasi secara umum yang diteteapkan dalam KUHPerdata, baik menyangkut bentuk dan akibatnya.
Bentuk wanprestasi atau cidera janji dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang yang diadakan oleh PT. TNC antara lain :
64
1. Wanprestasi olah pihak rekananpemborong yang meliputi : a. pihak rekanan tidak menyelesaikan tugasnya
b. tidak memenuhi mutu apa yang diperjanjikan dalam perjanjian yang disepakati
63
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.22
64
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
36
c. tidak memenuhi kuantitas d. tidak menyerahkan hasil pekerjaan
2. Wanprestasi oleh pihak PT. Moratel yang meliputi a. terlambat membayar
b. tidak membayar c. terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan.
Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana mestinya maka akan menimbulkan konsekuensi sebagai akibat dari wanprestasi tersebut,
hukum memberikan sanksi kepada yang mengingkar janji karena tanpa ada sanksi maka dalam penyelesaiannya akan mengakibatkan kerugian kepada salah satu pihak.
Bentuk-bentuk wanprestasi ini tidak berbeda dengan wanprestasi yang diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata, yang menyebukan : “ Penggantian biaya, rugi dan
bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang telah dinyatakan lalai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yan
harus diberikan atau dilakukannya dalam waktu melampaui batas yang telah ditentukan”.
Dengan demikian jika si berhutang lalai dalam melaksanakan kewajiban, maka kreditur berhak menuntut penggantian kerugian, yang berupa ongkos-ongkos
kerugian dan bunga. Dalam kontrak pengadaan barang bahwa kelalaian bagi pihak rekanan dalam
melaksanakan pekerjaannya sehingga diberikan sanksi finansial berupa denda karena wanprestasi dalam kontrak, besar denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah
Universitas Sumatera Utara
37
11000 satu perseribu atau 0,1 dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan, sedangkan denda bagi pihak yang memberikan borongan
atau pengguna barangjasa atas keterlambatan pembayaran sebesar bunga terhadap nilai tagih terlambat dibayar berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat
itu, tata cara pembayaran denda diatur dalam kontrak. Dari ketentuan diatas dapat dijelaskan satu persatu akibat wanprestasi yang
akan dipikul oleh pihak-pihak yang melakukan wanprestasi yaitu : a. Pembayaran Ganti Rugi
Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata dalam hal perikatan perjanjian yang dibuat dengan maksud untuk tidak berbuat sesuatu, tetapi salah satu pihak
berbuat, maka pihak tersebut dinyatakan melakukan pelanggaran maka ia diwajibkan mengganti biaya, rugi, dan bunga.
Ganti rugi karena wanprestasi adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian yang telah dibuat antara PT.
TNC dan PT. Moratel.
65
b. Pembatalan Perjanjian Pembatalam perjanjian akan menyebabkan keadaan kedua belah pihak kepada
keadaan sebelum perjanjian dilakukan. Jika salah satu pihak telah menerima sesuatu dari pihak yang lain maka barang akan dikembalikan. Dalam hal yang
demikian persetujuan tidak batal demi hukum tetapi pembatalan harus dimintakan
65
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011
Universitas Sumatera Utara
38
kepada hakim. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan dalam persetujuan, maka
hakim atas permintaan tergugat dapat memberikan jangka waktu yang tidak boleh dari 1 satu bulan.
c. Peralihan Risiko Peralihan risiko diatur Pasal 1237 ayat 2 KUHPerdata yang menyebutkan
bahwa : “Jika si berpiutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungan siberhutang”.
Dengan demikian jelas apabila debitur tidak menyerahkan barang, maka segala sesuatu yang terjadi atas objek yang diperjanjikan yang menyangkut risiko
berada dalam tanggung jawab debitur tersebut. d. Pembayaran Biaya Perkara
Kewajiban membayar biaya perkara diatur dalam Pasal 1267 KUHPerdata yang menyebutkan, pihak terhadap siapa perikatannya tidak dipenuhi, apakah ia,
jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi persetujuan, disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga.
Menurut ketentuan tersebut pihak kreditur dapat menuntut debitur yang lalai untuk pemenuhan perjanjian, atau pembatalan disertai ganti rugi. Misalnya
penggantian kerugian karena pemenuhan prestasi terlambat. Bila ia menuntut ganti
Universitas Sumatera Utara
39
rugi saja, maka dianggap telah melepaskan haknya untuk meminta pemenuhan atau pembatalan.
66
Wanprestasi berarti tidak melaksanakan isi kontrak. Padahal pihak-pihak sebelumnya telah sepakat melaksanakannya. Untuk mencegah wanprestasi dan
memberikan keadilan dan kepastian hukum kepada pihak-pihak, hukum menyediakan sanksi yakni merupakan sanksi perdata karena masalah kontrak menyangkut
kepentingan pribadi, yang berbeda dengan sanksi pidana berupa hukuman fisik terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana tertentu sebagaimana diatur dalam
hukum pidana.
67
Ganti rugi yang dapat digugat terhadap wanprestasi adalah penggantian kerugian material yang nyata akibat wanprestasi tersebut. Ganti rugi tersebut dapat
berupa biaya yang telah dikeluarkan, kerugian yang diderita, dan keuntungan yang seyogianya bisa didapatkan seandainya tidak terjadi wanprestasi. Disamping itu juga
mengenai penggantian
kerugian immaterial
berupa kehilangan
kesempatan, kenikmatan, dan semacamnya yang semuanya perlu dihitung berapa besar jumlahnya
dalam bentuk uang. Selanjutnya ganti rugi tersebut dapat diperincikan dalam tiga unsur yaitu :
68
1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh satu pihak.
66
Andasasmita, Komar. Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung : Alumni, 1993, hal 67
67
Ibid
68
Ibid
Universitas Sumatera Utara
40
2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur, yang diakibatkan oleh kelalaian debitur.
3. Bunga, yaitu kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayar atau dihitung oleh kreditur.
Untuk menentukan jumlah ganti rugi, Setiawan berpendapat sebagai berikut:
69
1 Ukuran objekif, yaitu harus diteliti berapa kerugian pada umumnya dari seseorang kreditur dalam keadaan yang sama, seperti kreditur yang bersangkutan.
2 Keuntungan yang
akan diperoleh
disebabkan karena
adanya perbuatan
wanprestasi.
70
Menyangkut dengan akibat hukum dalam kontrak pengadaan barang, disamping telah diatur secara umum dalam KUHPerdata, berdasarkan asas kebebasan
berkontrak juga diatur dengan ketentuan secara khusus. Lebih lanjut dalam perjanjian pengadaan barang yang diadakan oleh PT. TNC
secara khusus diatur dalam perjanjian kerjasama yang disepakati bahwa apabila terjadi cidera janji atau wanprestasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian kerjasama tersebut, pihak yang dirugikan berhak untuk memproleh penggantian biaya danatau perpanjangan waktu, perbaikan atau
pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi. Adapun berdasarkan perjanjian kerjasama pengadaan barang
69
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bandung: Bina Cipta, 1977, hal.17
70
Ibid
Universitas Sumatera Utara
41
yang diadakan oleh PT. TNC bahwa pihak yang melakukan wanprestasi akan dikenakan ganti rugi.
71
Adapun wujud dari ganti rugi dalam perjanjian kerjasama pengadaan barang oleh PT. TNC adalah sebagai berikut :
72
1. Apabila pihak rekanan dikenakan ganti rugi dalam hal terjadi keadaan sebagai berikut:
a. Apabila akibat kelalaian pihak rekanan terhadap pelaksanaan pekerjaan mengakibatkan kerusakan pada unit-unit lainnya atau terlaksananya pekerjaan
danatau kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat tindakan-tindakan pihak rekanan dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Terjadi pemutusan Surat Perjanjian secara sepihak sebagaimana yang telah diatur dalam pemutusan perjanjian dalam perjanjian kerjasama pengadaan
barang tersebut. 2. Besarnya ganti rugi akan ditentukan oleh PT. TNC dengan memperhatikan
kerugian nyata yang benar-benar dialami oleh pihak , tetapi tidak terbatas pada penggantian alat-alat yang rusak, penggantian alat-alat yang tidak dapat berfungsi
sama sekali, upah-upah perbaikan sampai alat tersebut berfungsi PT. Moratel sebagaimana mestinya, kerugian pihak lain apabila ada dan apabila dipandang
perlu oleh pihak PT. Moratel ganti rugi dapat dikenakan atas keuntungan yang
71
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
72
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
42
seharusnya didapatkan oleh PT. TNC jika seandainya pihak rekanan tidak melakukan kesanggupan.
3. Pihak rakanan wajib membayar ganti rugi tersebut setelah pengajuan klaim ganti rugi dilakukan oleh PT. Moratel.
Suatu peristiwa hukum merupakan perbuatan manusia yang segala akibatnya diatur oleh hukum. Hukum diperlukan apabila ada satu pihak yang dirugikan akibat
perbuatan pihak lain yang mengadakan perjanjian itu, dan pihak yang dirugikan tersebut telah setuju agar persoalannya diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang mereka perbuat atau prosedur hukum yang berlaku. Kerugianbiaya yang harus dipertanggung PT. TNC sebagai akibat pemutusan
Link Palembang,
Muara Enim
dan Palembang
, Pangkal
Pinang secara
mendadakdiluar jadwal. Dengan pemutusan mendadakdiluar jadwal, perangkat hanya selama 9 Sembilan bulan, sehingga menghilangkan keuntungan yang
diharapkan badi PT.TNC.
73
Paradox dengan kuntungan yang diharapkan oleh PT. TNC dengan pemutusan mendadakdiluar jadwal, perusahan telah menanggung biaya :
1. Pengganti Perangkat
atas permintaan
PT. Moratel
dengan surat
No.1292MTIMKT-TNCX2008 yaitu permintaan pergantian perangkat disisi Mobile-8 Palembang yaitu:
a. Biaya Dismental……………………………………… Rp. 7.000.000
b. Biaya Transportasi Medan-Palembang PP, Akomondasi dan
73
Lampiran Mediator
Universitas Sumatera Utara
43
konsumsi……………………………………………… Rp. 4.000.000
c. Biaya pengiriman perangkat………………………….. Rp. 2.000.000
Rp.13.000.000 2. Biaya penurunan perangkat Mei 2009 akibat pemutusan mendadakdiluar
jadwal: a. Biaya Dismental………………………………………
Rp. 7.000.000 b. Biaya Transportasi Medan-Palembang PP, Akomondasi
dan konsumsi…………………………………………… Rp. 4.000.000
c. Biaya pengiriman perangkat………………………… Rp. 2.000.000
Rp.13.000.000 Total 1 dan 2 ……………………………………………………
Rp.26.000.000 Tagihan PT. TNC kepada pihak PT. Moratel maka pada tanggal 7 April 2009
terjadi pertemuan kedua belah pihak. Berdasarkan hasil pertemuan itu disepakati bahwa PT. Moratel meminta jadwal pembayaran. Total pembayaran sebesar
Rp.375.533.342 dari bulan Oktober, Januari, sd Maret 2009.
74
Sejalan dengan ketentuan perjanjian pengadaan barang tersebut pihak PT. Moratel bahwa apabila terjadi perselisihan maka penyelesaiannya berdasarkan isi
perjanjian kerjasama yang telah para pihak tanda tangani. Adapun bentuk penyelesaian perselisihan dalam hutang piutang dalam
perjanjian kerjasama pengadaan barang yang diadakan oleh PT. Moratel adalah setiap
74
Lampiran Mediator
Universitas Sumatera Utara
44
peselisihan atau perbedaan dalam bentuk apapun yang timbul antara kedua belah pihak sehubungan dengan atau sebagai akibat dari adanya perjanjian ini.
Jika dilihat dari segi penyelesaian perselisihan diatas maka jelas dalam hal ini ada dua bentuk perselisihan yaitu perselisihan dibidang teknis dan perselisihan diluar
teknis. Perselisihan di dalam teknis ini merupakan perselisihan yang timbul akibat dari kekurangan pemborong yang dapat merugikan pihak rekanan, misalnya
kesalahan teknik, contohnya borongan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang disepakati, bahan yang dipergunakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan
seluruhnya. Timbulnya
kerugian yang
disebabkan oleh
orang-orang yang
diperkerjakan oleh pihak rekanan dan sebagainya yang dapat merugikan pihak yang memborongkan pekerjaan tersebut.
Sedangkan dalam perselisihan diluar teknis artinya segala perselisihan yang timbul akibat dari keadaan yang berasal dari hal-hal yang mengenai administrasi,
misalnya pembayaran yang terlambat oleh pihak PT. Moratel.
75
Dalam penyelesaian terhadap kedua perselisihan tersebut dapat dilakukan dengan jalan musyawarah, namun apabila cara tersebut tidak mencapai kata sepakat
maka penyelesaiannya dilakukan melalui proses pengadilan, sebagaimana ketentuan yang telah diatur dan sesuai dengan perjanjian kerjasama pengadaan barang yang
75
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
45
berlaku, sebelumnya untuk ketentuan pekerjaan yang diberikan oleh PT. Moratel sebelumnya perjanjian kerjasama pengadaan barang.
76
Dengan demikian tampak jelas bahwa penyelesaian perselisihan yang terjadi baik itu perselisihan didalam teknis ataupun perselisihan diluar teknis, semaunya
telah diatur cara penyelesaiannya dalam perjanjian kerjasama yang telah mereka sepakati dan ditandatangani bersama. Sehingga bila perselisihan tersebut benar
terjadi, maka mereka akan menempuh jalan yang mereka sepakati dalam perjanjian kerjasama tersebut baik itu dengan jalan musyawarah ataupun melalui proses
pengadilan.
C. Akibat Hukum pembatalan Perjanjian Kerjasama
Sebagaimana diuraikan dalam bab II, bahwa suatu perjanjian kerjasama dapat dibatalkan jika terbukti mengandung kejadian fotce majeure dalam proses
pembentukan kesepakatan diantara para pihak. Dasar hukum pembatalan perjanjian tersebut adalah ketentuan pasal 1328 BW, dengan syarat bahwa hutang piutang yang
dipakai oleh salah satu pihak adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika tidak dilakukan hutang piutang.
Hutang piutang tersebut tidak dapat hanya dipersangkakan belaka, melainkan harus dibuktikan. Pembuktikan bahwa telah terjadinya suatu hutang piutang tentunya harus
melalui pemberitahuan tertulis Email dari pihak PT. TNC dengan PT. Moratel tanpa
76
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
46
harus menunggu keputusan pengadilan serta dengan ini PT. Moratel menyatakan melepaskan hak-hak yanag timbul dari padanya apabila ada.
77
Dalam hal pemberitahuan tertulis email telah melaksanakan ketentuan- ketentuan
peraturan perundang-undangan
dalam perjanjian
kerjasama, maka
pembatalan terhadap perjanjian kerjasama atas hutang piutang oleh salah satu pihak mengakibatkan force majeure mengenai kejadian-kejadian di luar kekuasaan pihak
PT. Moratel perjanjian kerjasama tersebut juga menjadi batal demi hukum. Dasar hukumnya adalah ketentuan pasal 1452 BW yang menyatakan bahwa pernyataan
batal berdasarkan hutang piutang, juga berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam keadaan sewaktu sebelum perikatan dibuat. Artinya bahwa demi
hukum dianggap tidak pernah ada perikatan diantara para pihak penghadap, yang oleh sebab itu demi hukum pula dengan menyelesaikan hutang piutang mengenai
perjanjian kerjasama tersebut juga dianggap tidak pernah ada atau dengan kata lain batal. Pembatalan dalam hal ini
yang bersangkutan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban baik secara perdata maupun pidana. Pertanggung jawaban harus
dimintakan kepada pihak yang melakukan hutang piutang dengan melakukan suatu penuntutan melalui penyelesaian musyawarah antara kedua belah pihak akan
dimintakan penyelesaiannya kepada pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
77
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
47
Dalam perjanjian timbal balik bilateral yang dibuat sah akan melahirkan perjanjian kerjasama yang mengikat para pihak dengan hak dan kewajiban yang
saling dipertukarkan. Lazimnya pelaksanaan wanprestasi tersebut menghapus perikatan itu sendiri. Buku III BW dalam bab IV tentang hapusnya perikatan, merinci
sebab-sebab hapusnya perikatan, sebagaimana yang diatus dalam Pasal 1381 KUH Perdata yaitu :
a. Karena pembayaran b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan c. Karena pembaruan utang
d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi e. Karena percampuran utang
f. Karena pembebasan utang
g. Karena musnahnya barang yang terutang h. Karena kebatalan atau pembatalan
i. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I buku ini
j. Karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri
Dalam prakteknya perancangan perjanjian, sering dijumpai klausal ketentuan umum yang berisi tentang substansi putusnya perikatan dengan judul : ”pembatalan
perikatan atau pemutusan perikatan”, yang dihubungkan dengan wanprestasinya salah satu pihak. Pertanyan yang patut diajukan, apakah istilah ”Pembatalan dan
Pemutusan” merupakan dua istilah yang mempunyai makna dan akibat hukum yang
Universitas Sumatera Utara
48
sama atau sebaliknya berbeda dalam dan akibat hukumnya. Untuk itu, analisis berikut ini memperjelas pemahaman serta penggunaan kedua istilah tersebut.
a. Pembatalan perjanjian
Dalam khasanah hukum perikatan yang dimaksud dengan pembatalan perjanjian pada dasarnya adalah suatu keadaan yang membawa akibat suatu
hubungan perikatan itu dianggap tidak pernah ada. Dengan pembatalan perjanjian maka eksistensi perikatan dengan sendiri hapus. Akibat hukum kebatalan yang
menghapus eksistensi perikatan selalu dianggap berlaku surut sejak dibuatnya perjanjian.
78
Pemahaman mengenai pembatalan perjanjian seharusnya dihubungkan dengan tidak dipernuhinya syarat sahnya perjanjian, tidak dipenuhinya unsur subjektif,
apabila perjanjian tersebut lahir karena adanya cacat kehendak atau karena ketidakcakapan sehingga berakibat perjanjian tersebut dapat dibatalkan dan tidak
dipenuhinya unsur objektif, apabila terdapat perjanjian yang tidak memenuhi syarat obyek tertentu atau tidak mempunyai causa atau causanya tidak diperbolehkan
sehingga berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum.
79
Dengan demikian pembatalan lebih mengarah pada proses pembentukan perjanjian penutupan perjanjian. Akibat hukum pada pembatalan perjanjian adalah
pengembalian pada posisi semula, sebagaimana halnya sebelum penutupan perjanjian. Konsekuensi lanjutan dan efek atau daya kerja pembatalan apabila setelah
78
Budihardjo, Sejumlah Masalah Perikatan Pengadaan atau jasa, Bandung : Alumni, 1999, hal 77
79
Ibid
Universitas Sumatera Utara
49
pembatalan salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya mengembalikan apa yang telah diperbolehnya maka pihak yang lain dapat mengajukan gugat revindikasi
Pasal 574 KUH Perdata untuk pengembalian barang miliknya atau gugat perorangan atas dasar pembayaran yang tidak terutang Pasal 1359 KUH Perdata.
Untuk itu perlu dibedakan pemahaman antara hapusnya perikatan karena pembatalan dengan hapusnya perikatan sebagaimana dimaksud Pasal 1381 BW
Misal hapusnya perikatan karena pembayaran atau sebagai akibat pemenuhan perikatan. Pada pembedaan disini, hapusnya perikatan karena pembatalan jelas
menghapusnya eksistensi
perikatan, sedangkan
hapusnya perikatan
karena pembayaran atau pemenuhan prestasi hanya menghapus perikatannya sendiri namun
eksistensi perikatannya tidak hapus. Dalam praktek, sering dijumpai adanya klausul yang mengatur kebatalan
sebagian substansi perjanjian kerjasama yang lazim dituangka dalam klausul ”kebatalan sebagian”. Klausul ini pada umumnya menegaskan apabila satu atau
beberapa ketentuan dinyatakan batal, maka terhadap klausul yang dinyatakan batal dianggap tidak pernah ada. Namun sepanjang tidak terkait dengan substansi klausul
yang dibatalkan serta masih memungkinkan untuk dilaksanakan maka sisa perjanjian kerjasama yang ada dinyatakan masih berlaku.
b. Pemutusan perjanjian Perbedaan penting terhadap pemahaman antara pembatalan perjanjian dengan
pemutusan perjanjian, adalah terletak pada fase hubugan perikatannya. Pada pembatalan perjanjian kerjasama senantiasa dikaitkan dengan tidak dipenuhinya
Universitas Sumatera Utara
50
syarat pembentukannya fase pembentukan perjanjian, sedang pemutusan perjanjian kerjasama pada dasarnya mengakui keabsahan perikatan yang bersangkutan serta
mengikatnya kewajiban-kewajiban para pihak, namun karena dalam pelaksanaannya bermasalah sehingga mengakibatkan perikatan tersebut diputus fase pelaksanaan
perjanjian kerjasama.
80
Pemutusan perjanjian merupakan akibat hukum lanjutan dari peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam pelaksanaan pemenuhan kewajiban para pihak. Peristiwa
tersebut pada umumnya dikaitkan dengan pelanggaran kewajiban salah satu pihak yang
mengakibatkan kegagalan
pelaksanaan perjanjian
kerjasama sehingga
mengakibatkan perjanjian kerjasama tersebut diputus. Apabila dalam keadaan memaksa force majeure maka pihak PT. Moratel akan
dibebaskan dari denda atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Yang dianggap sebagai keadaan memaksa force majeure adalah semua kejadian di luar kemampuan
pihak kontraktor yang mempengaruhi jalannya pelaksanaan pekerjaan Apabila terjadi keadaan memaksa force majeure maka kontraktor harus mengambil langkah-langkah
untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih besar. Untuk keperluan perhitungan kerugian yang mungkin terjadi, kontraktor perlu segera melaporkan kepada
pihak pemberi pekerjaan secara tertulis yang harus sudah diterima dalam waktu 7 tujuh hari kalender terhitung sejak terjadinya force majeure dan pemberi pekerjaan harus
81
memberikan putusan paling lambat 7 x 24 jam setelah laporan tertulis tersebut diterima.
80
Ibid
81
Ibid
Universitas Sumatera Utara
51
BAB III WANPRESTASI PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA
PT. TELEMEDIA NETWORK CAKRAWALA DENGAN PT. MORA TELEMATIKA INDONESIA
A. Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Kerjasama
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainlebih Pasal 1313 BW. Perjanjian ini
mengandung unsur perbuatan, Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih, dan Mengikatkan dirinya
82
Suatu perjanjian juga dinamakan suatu persetujuan karena dua pihak setuju untuk melaksanakan suatu hal atau sama-sama berjanji untuk
melaksanakan suatu hal tertentu. Istilah perjanjian merupakan istilah yang umum dalam dunia hukum. Mengenai
pengertian perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu
orang atau lebih”. Pengertian perjanjian di atas selain tidak lengkap juga sangat luas. Tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja sedangkan sangat
luas karena dipergunakannya perkataan perbuatan tercakup juga perwakilan sukarela dan perbuatan melawan hukum. Menurut R. Setiawan sehubungan dengan itu perlu
diadakan perbaikan pengertian perjanjian, yaitu : suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepda orang lain atau dimana orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Perjanjian yang dinamakan persetujuan karena dua pihak itu bersetuju
82
Lista Kuspriatni, Hukum Perjanjian Aspek Hukum dalam Ekonomi, Jakarta: PT Intermasa, 1998, hal. 1
51
Universitas Sumatera Utara
52
untuk melakukan sesuatu dimana perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya,
83
Beberapa sarjana juga mengemukakan keberatannya pada batasan perjanjian yang terdapat dalam KUHPerdata dengan mengatakan, rumusan dan batasan
perjanjian dalam KUHPerdata kurang lengkap bahkan dikatakan terlalu luas. Adapun kelemahan
dalam perumusan
perjanjian dalam
KUHPerdata adalah
hanya menyangkut perjanjian sepihak saja, disini dapat diketahui dari rumusan “satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” kata mengikatkan merupakan kata kerja yang sifatnya datang dari suatu pihak saja tidak dari kedua
belah pihak. Adapun maksud dari perjanjian itu mengikatkan diri dari kedua belah pihak, sehingga nampak kekurangannya dimana setidak-tidaknya perlu ada rumusan
“saling mengikatkan diri” jadi jelas nampak adanya consensus atau kesepakatan antara kedua belah pihak yang membuat perjanjian. Selain itu kata perbuatan
mencakup juga perikatan tanpa consensus atau kesepakatan dalam pengertian perbuatan termasuk juga tindakan mengurus kepentingan orang lain dan perbuatan
melawan hukum. Dalam rumusan pasal tersebut juga tidak disebutkan apa tujuan untuk mengadakan perjanjian sehingga pihak-pihak mengkaitkan dirinya itu tidaklah
jelas maksudnya. Selanjutnya untuk adanya suatu perjanjian yang dilakukan cukup
83
Maisarah Sunge, Tinjauan PerjanjianPerikatan Menurut UU, Gorontalo:Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo, 2003, hal 13
Universitas Sumatera Utara
53
secara lisan saja. Untuk kedua bentuk tersebut sama kekuatannya untuk dapat dilaksanakan oleh para pihak.
84
Istilah perjanjian dalam beberapa literatur didefinisikan oleh para ahli hukum secara beragam, namun demikian pada umumnya menunjuk pada hubungan dua
pihak dan pihak yang satu berhak menuntut sesuatu kepada pihak yang lain. Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak,
dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal dan untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak pelaksanaan janji
itu.
85
Dengan demikian perjanjian merupakan peristiwa konkrit berupa kesepakatan untuk menciptakan hubungan hukum antara pihak-pihak yang terlibat dalam
perjanjian. Berdasarkan pengertian di atas, perjanjian mempunyai beberapa ciri sebagai berikut: pertama, perjanjian itu merupakan kehendak kedua belah pihak atau
lebih. Adanya perjanjian harus ada sekurang-kurangnya dua orang atau pihak yang saling berhadapan dan saling memberi pernyataan yang sesuai atau yang setuju satu
sama lain. Dengan demikian kehendak sepihak tidak dapat melahirkan perjanjian. Kedua, perjanjian itu berdiri di atas suatu sistem yang terbuka dalam pengertian
84
Rahman Yuliardhi Sukamto, “ Strategi Meningkatkan Persaingan Bisnis Perusahaan Dengan Penerapan E-Commerce, Yogyakarta: Tesis UGM, 2005, hal. 13
85
Syarief Basir, Aspek Hukum suatu Perjanjian, Jakarta:Newsletter, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
54
bahwa hak-hak yang timbul dari perjanjian adalah menurut apa yang ditentukan oleh para pihak sendiri.
86
Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak mempunyai implikasi terhadap pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing yang mengakibatkan terikat oleh
tindakan hukum yang telah disepakati.
87
Perjanjian menurut sistem common law dipahami sebagai suatu perjumpaan nalar, yang lebih merupakan perjumpaan pendapat atau ketetapan maksud. Perjanjian
adalah perjumpaan dari dua atau lebih nalar tentang suatu hal yang dilakukan atau yang akan dilakukan.
88
Perjanjian erat sekali kaitannya dengan perikatan, sebab ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata menyebutkan bahwa, perikatan dilahirkan baik dari Undang-undang
maupun perjanjian. Perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian, sedangkan perikatan yang
lahir dari Undang-undang diadakan oleh Undang-undang di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua orang mengadakan perjanjian, maka mereka
bermaksud agar antara mereka berlaku suatu perikatan hukum. Berkaitan dengan ketentuan di atas Subekti berpendapat bahwa perjanjian itu merupakan sumber
perikatan yang terpenting karena melihat perikatan sebagai suatu pengertian yang
86
Nurul Huda, Asas Kebebasan berkontrakdalam hukum perjanjian Islam, Surakarta : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah, 2000 hal. 7.
87
Ibid
88
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit. hal. 6
Universitas Sumatera Utara
55
abstrak sedangkan perjanjian diartikan sebagai suatu hal yang kongkrit atau suatu peristiwa.
89
Syarat sahnya suatau perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Terdapat empat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian.
Syarat-syarat tersebut adalah : a. Adanya kata sepakat dari mereka yang membuat perjanjian
b. Adanya kecakapan para pihak untuk mengadakan perjanjian c. Adanya suatu hal tertentu
d. Adanya sebab causa yang halal. Dari empat syarat tersebut, syarat pertama dan kedua merupakan syarat yang
harus dipenuhi oleh subyek suatu perjanjian karena disebut syarat subyektif sedangkan syarat ketiga dan keempat adalah syarat yang harus dipenuhi oleh obyek
perjanjian yang disebut syarat obyektif. Tidak dipenuhinya syarat obyektif ini berakibat perjanjian tersebut batal demi hukum. Sedangkan tidak dipenuhinya syarat
subyektif maka perjanjian dapat dibatalkan. Jika syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320
KHUPerdata telah dipenuhi, maka berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian telah memiliki kekuatan hukum yang sama dengan undang-undang. Ketentuan Pasal
1338 ayat 1 KUHPerdata menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
89
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Jakarta : Intermasa, 1987, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
56
Berdasarkan ketentuan diatas, maka ketentuan-ketentuan dalam Buku III KUHPerata menganut system terbuka, artinya memberikan kebebasan kepada para
pihak dalam hal menentukan isi, bentuk, serta macam perjanjian untuk mengadakan perjanjian akan tetapi isinya selain tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaan dan ketertiban umum, juga harus memuat syarat sahnya perjanjian.
Ketentuan yang terdapat dalam hukum perjanjian merupakan kaidah hukum yang mengatur artinya kaidah–kaidah hukum yang dalam kenyataanya dapat
dikesampingkan oleh para pihak dengan membuat ketentuan-ketentuan atau aturan- aturan khusus di dalam perjanjian yang mereka adakan sendiri. Kaidah-kaidah hukum
semacam itu ada yang menamakan dengan istilah hukum pelengkap atau hukum penambah. Hal ini ditegaskan pula oleh Subekti bahwa pasal-pasal tersebut boleh
disingkirkan manakala
dikehendaki oleh
pihak-pihak yang
membuat suatu
perjanjian.
90
Perjanjian dibuat agar apa yang diperjanjikan tersebut dipenuhi prestasinya. Dalam perjanjian terdapat obyek perjanjian atau yang diperjanjiakan sesuai dengan
ketentuan 1320 KUHPerdata. Obyek tersebut berupa prestasi yaitu barang atau sesuatu yang harus dituntut. Prestasi dari seorang debitur diharapkan akan dapat
terpenuhi tetapi adakalanya prestasi itu tidak dapat terpenuhi. Maka dalam hal demikian debitur telah lalai atau melakukan wanprestasi.
91
90
Subekti, Op.cit., hal. 13
91
Ibid
Universitas Sumatera Utara
57
Wanprestasi atau yang kadang disebut dengan cidera janji adalah kebalikan dari pengertian prestasi, dalam bahasa inggris sering disebut dengan istilah default
atau nonfulfillment atau breach of contract yang dimaksudkan adalah tidak dilaksanakannya suatu prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang telah
disepakati bersama, seperti yang tersebut dalam kontrak bersangkutan.
92
Konsekwensi dari yuridis dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam kontrak tersebut untuk menuntut ganti kerugian dari
pihak yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan wanprestasi. Para sarjana mendefinisikan ingkar janji ke dalam pengertian wanprestasi. Atau ingkar
janji menjadi tiga bentuk, yaitu:
93
1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali. 2. Terlambat memenuhi prestasi.
3. Memenuhi prestasi secara tidak baik, sedangkan prestasi itu sendiri merupakan objek perikatan berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat
sesuatu. Masalah perjanjian pembororngan bangunan adalah merupakan salah satu
sarana atau cara dalam melaksanakan kegiatan pembangunan fisisk, yang didalamnya terdapat perjanjian yang bersifat mengikat. Dan oleh karena itu terikat ketentuan-
ketentuan hukum perjanjian. Telah dikemukakan diatas bahwa perjanjian kerjasama adalah suatu persetujuan dengan mana para pihak saling mengikatkan diri dan saling
92
Ibid
93
Ibid
Universitas Sumatera Utara
58
berjanji untuk melaksanakan suatu hal yang mereka sepakati bersama. Sesuatu hal yang terletak dalam lapangan harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.
94
Di dalam KUHPerdata perjanjian pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut pasal 1601 b KUHPerdata, pemborongan
pekerjaaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak
yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan. Dengan memperhatikan rumusan diatas dapat disimpulkan bahwa suatu
perjanjian antara seseorang pihak yang memborongkan pekerjaan dengan seorang lain pihak pemborong pekerjaan dimana pihak pertama menghendaki. Sesuatu hasil
pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, satas pembayaran sejumlah uang sebagai harga pemborongan.
95
Definisi perjanjian pemborongan yang diatur dalam KUHPerdata menurut para
sarjana adalah
kurang tepat.
Karena menganggap
bahwa perjanjian
pemborongan adalah perjanjian sepihak, sebab si pemborong hanya memiliki kawajiban saja sedangkan yang memborongkan mempunyai hak saja. Sebenaranya
perjanjian pemborongan adalah perjanjian timbal balik yaitu antara pemborong dengan mana yang memborongkan yang masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban.
94
Ridwan Syahroni, Perjanjian Pemborongan, Jakarta: Rineka Cipta,1991, hal 3
95
Subekti, Op.cit., hal. 57
Universitas Sumatera Utara
59
Ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata berlaku baik bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek pemerintah maupun swasta.
Perjanjian pemborongan pada KUHPerdata itu bersifat pelengkap, artinya ketentuan- ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dapat digunakan oleh para
pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan asal tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Apabila para pihak dalam perjanjian pemborongan membuat sendiri ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian pemborongan maka ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dapat melengkapi apabila ada kekurangannya.
Satu dan lain membawa perbedaan dalam hal tanggung jawabnya si pemborong atas hasilnya pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam hal pemborongan
harus menyediakan bahanbahannya, dan hasil pekerjaannya, karena apa pun juga, musnah sebelum diserahkan, maka kegiatan itu dipikul oleh pemborong kecuali jika
pemberi tugas itu lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan hasil pekerjaannya itu musnah,
maka ia hanya bertanggung jawab atas kemusnahan itu sepanjang hal itu terjadi karena kesalahannya.
96
Ketentuan yang terakhir ini mengandung maksud bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa bahan-bahan
yang telah disediakan oleh pihak yang memborongkan, dipikul pada pundaknya pihak
96
Pasal 1605 dan 1606 KUHPerdata
Universitas Sumatera Utara
60
yang memborongkan ini.
97
Baru apabila dari pihaknya pemborong ada kesalahan mengenai kejadian itu, hal mana harus dibuktikan oleh pihak yang memborongkan,
maka si pemborng dapat dipertanggung jawabkan sekedar kesalahannya itu mengakibatkan kemusnahan bahan-bahan tersebut. Kemudian dalam halnya si
pemborong hanya diwajibkan melakukan pekerjaan saja. Oleh Pasal 1607 KUHPerdata dikatakan bahwa Jika musnahnya hasil pekerjaan tersebut dalam pasal
yang lalu terjadi di luar kesalahankelalaian pemborong sebelum penyerahan dilakukan, sedangkan pemberi tugas pun tidak lalai untuk memeriksa dan menyetujui
hasil pekerjaan itu, maka pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya cacat.
Dari ketentuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua belah pihak menderita kerugian akibat kejadian yang tak disengaja yang memusnahkan
pekerjaan itu. Pihak yang memborongkan kehilangan bahan-bahan yang telah disediakan olehnya sedangkan pihak pengadaan barang kehilangan tenaga dan biaya
yang telah dikeluarkan untuk menggarap pekerjaan.
98
Pihak yang memborongkan hanya dapat menuntut penggantian kerugiannya apabila ia dapat membuktikan adanya kesalahan dari si pemborong. Sedangkan pihak
pemborong hanya akan dapat menuntut harga yang dijanjikan apabila ia berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang disediakan oleh pihak lawan itu mengandung
cacat-cacat yang menyebabkan kemusnahan pekerjaannya.
97
Subekti. Op. Cit., hal. 65
98
Subekti Op.Cit., hal. 66
Universitas Sumatera Utara
61
Dikatakan dalam Pasal 1608 KUHPerdata Jika pekerjaan yang diborongkan itu dilakukan sebagian demi sebagian atau menurut ukuran, maka hasil pekerjaan
dapat diperiksa sebagian demi sebagian; pemeriksaan itu dianggap telah dilakukan terhadap semua bagian yang telah dibayar, jika pemberi tugas itu membayar
pemborongan tiap kali menurut ukuran dan apa yang telah diselesaikan. Ketentuan ini mengandung maksud bahwa bagian pekerjaan yang sudah dibayar itu menjadi
tanggung jawab pihak yang memborongkan apabila terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang memusnahkan bagian pekerjaan itu.
Pengertian wanprestasi tidak dijelaskan secara definitif di dalam Undang- undang. Istilah wanprestasi berasal dari istilah belanda ‘wanprestatie’, yang artinya
prestasi buruk. Jadi wanprestasi adalah suatu keadaan di mana tidak terlaksananya suatu prestasi dalam suatu perjanjian oleh pihak debitur karena kesalahannya, baik
karena kesengajaan maupun karena kelalaian.
99
Yahya Harahap memberi pengertian wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
Kalau begitu seorang debitur disebutkan dan berada dalam keadaan wanprestasi, apabila dia dalam melakukan pelaksanaan prestasi perjanjian telah lalai sehingga
terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnya.
100
99
Aspek Hukum perdata Dalam Kontrak, http:www.plnsidoarjo.com, 23 Januari 2011
100
Yahya harahap, Op.Cit., hal.60
Universitas Sumatera Utara
62
Wanprestasi mempunyai akibat yang sangat penting, maka harus ditetapkan terlebih dahulu apakah debitur telah melakukan wanprestasi dan apabila hal itu
disangkalnya harus dibuktikan di muka hakim. Penentuan saat terjadinya wanprestasi seringkali tidak diperjanjikan dengan tepat, kapan debitur diwajibkan melakukan
prestasi yang telah diperjanjikan. Umumnya dapat dikatakan, bahwa dalam pergaulan hidup ditengah-tengah
masyarakat, pihak yang jujur atau beritikad baik haruslah dilindungi dan sebaliknya pihak yang tidak jujur atau tidak beritikad baik patut merasakan akibat dari ketidak
jujurannya itu. Itikad baik adalah faktor yang paling penting dalam hukum karena tingkah dari anggota masyarakat itu tidak selamanya diatur dalam peraturan
perundang-undangan, tetapi ada juga dalam peraturan yang berdasarkan persetujuan masing-masing pihak dan oleh karena peraturan-peraturan tersebut hanya dibuat oleh
manusia biasa maka peraturan-peraturan itu tidak ada yang sempurna.
101
Mengenai saat terjadinya wanprestasi diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yang menyebutkan
bahwa, “si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini
menetapkan, bahwa si berhutang akan di anggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
B. Bentuk dan pelaksanaan perjanjian kerjasama pengadaan barang 1. Bentuk perjanjian kerjasama pengadaan barang
101
Ridwan Khirandy, Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Ctk. Kedua, Program pasca sarjana, Medan ; Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007
Universitas Sumatera Utara
63
Dalam ketentuan hukum terdapat suatu asas bahwa para pihak diberikan kebebasan membuat perjanjian, baik mengenai bentuk maupun pelaksanaannya.
Kemudian dalam ilmu hukum bentuk perjanjian itu dapat dibuat untuk menjaga hal- hal yang tidak diinginkan dibelakang hari oleh kedua belah pihak dalam arti untuk
kepentingan pembuktian. Dalam praktek perjanjian pengadaan barang ternyata ada yang tidak
mengadakan pemisahan antara perselisihan dari segi teknis dan perselisihan dari segi yuridis. Yaitu dengan mencantumkan dalam perjanjian pemborongan ketentuan-
ketentuan yang menyatakan bahwa bila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak penyelesaian diselesaikan secara musyawarah. Jika dengan jalan musyawarah tidak
tercapai kata sepakat maka dibentuk panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil pihak kesatu dan seorang wakil pihak kedua, kemudian mengangkat seorang ahli
yang pengangkatannya disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya penyelesaian perselisihan akan diteruskan melalui pengadilan, apabila melalui cara tersebut diatas
tidak dicapai penyelesaian.
102
Pada prinsipnya dengan beberapa perkecualian tidak ada kewajiban bagi suatu perjanjian untuk dibuat secara tertulis. Asal telah dipenuhi syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian sebagaimana ditentukan antara lain dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian tersebut sudah sah, meskipun dibuat hanya secara lisan saja. Hanya
saja dengan dibuatnya perjanjian secara tertulis, maka hal tersebut akan memudahkan dari segi pembuktian dalam praktek disamping mengurangi timbulnya diputuskan
tentang isi perjanjian yang bersangkutan.
103
Perjanjian pengadaan barang yang dibuat oleh PT. TNC adalah dibuat secara
102
Apit Nurwidijanto, Pelaksanaan perjanjian pemborongan bangunan pada PT. Purikencana mulyapersada di semarang
,
Program pasca sarjana, Semarang ; Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, 2007
103
Munir Fuady, Hukum Kontrak dari Sudut pandang Hukum Bisnis, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 84
Universitas Sumatera Utara
64
tertulis dengan akta dibawah tangan, dan tidak pernah dibuat dengan akta notariil notaris. Jelaslah bahwa kedua belah pihak tidak menginginkan atau tidak
mempermasalahkan bentuk surat perjanjian kerjasama ini baik dalam bentuk dibawah tangan atau akta notaris. Disini sebetulnya sudah menunjukkan bahwa suatu kerja
sama yang dituangkan dalam bentuk perjanjian yang mengandung unsur kemitraan dan kepercayaan yang menjadi landasan hubungan kerja. Kemitraan ini hanya
merupakan suatu istilah bagi penyedia barang dalam perjanjian kerja sama pengadaan barang yang digunakan oleh PT. TNC.
104
Mensyaratkan adanya utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Menurut penjelasan Jatuh waktu harus berdasarkan pada apa yang telah diperjanjikan,
termasuk dalam hal adanya percepatan waktu penagihan utang, pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, atau putusan Pengadilan atau arbitrase. Dalam
praktek, keadaan jatuh tempo waktu terjadi dalam hal terdapat ketetapan waktu, maka saat jatuh tempo adalah saat yang telah ditentukan dalam perikatannya, yang
juga merupakan saat pemenuhan kewajiban oleh debitor.
105
Perlindungan hukum berdasarkan kewajiban memberi ganti kerugian biaya kepada PT.TNC. Adapun perbuatan ingkar-janji penjual atau penyelenggara jasa ini
memberikan hak pada pihak PT. Moratel untuk menggugat ganti rugi berupa biaya, dan kerugian. Sebagaimana diebutkan di dalam pasal 1243 KUH Perdata
104
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala oleh, tanggal 10 Januari 2011.
105
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
65
”Penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau
dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya“. Bahwasanya suatu gugatan ganti rugi, dan biaya tersebut, sekalipun terbukti merupakan perbuatan
wanprestasi dan kelalaiannya telah terjadi, masih dapat “digagalkan” karena adanya faktor keadaan memaksa force majeure atau kejadian tidak disengaja yang
mengakibatkan terjadinya wanprestasi tersebut, sebagaimana di sebutkan di dalam pasal 1245 KUH Perdata ”Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila
lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang beralangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal
yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. Perjanjian kerjasama terjadi apabila kedua belah pihak telah menyetujui atau
sah, mempunyai kesamaan pendapat dalam hal apa yang dibuat dalam perjanjian kerjasama tersebut. Perjanjian kerjasama dalam bentuk apapun dibolehkan asalkan
tidak bertentangan dengan UU dan hukum yang berlaku sesuai pasal 1338 KUH Perdata, meyebutkan bahwa persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU
bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian yang dilakukan oleh PT. TNC dengan PT. Moratel ini termasuk dalam surat penjadwalan pertemuan dalam proyek pembangunan
tower provider Internet yang termuat dalam sebuah email yang dibuat pihak PT. TNC. Berarti yang membuat isinya adalah pihak PT.TNC, sedang PT. Moratel hanya
Universitas Sumatera Utara
66
menandatanganinya saja. Jadi tidak ada alternatif lain untuk menandatangani pembayaran tunggakan yang telah disediakan oleh pihak PT. TNC tersebut dan PT.
Moratel akan membayar tagihan yang dipergunakan tersebut.
106
Pihak PT. Moratel dalam hal melakukan wanprestasi baik itu berupa tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar tepat pada waktunya. Maka pihak
PT. TNC akan memberikan sanksi kepada PT. Moratel tersebut berupa pemutusan mendadakdi luar jadwal link Palembang, Muara Enim dan Pelembang, Pangkal
Pinang, perangkat hanya 9 Sembilan bulan,sehingga menghilangkan keuntungan yang diharapkan bagi PT.TNC. Sedangkan apabila dalam hal ini yang melakukan
wanprestasi tersebut adalah PT.TNC, yaitu bila melakukan pemutusan link sementara secara merata, maka teguran dan pengaduan diberikan pada pihak PT. Moratel.
Dengan demikian PT. Moratel tidak dapat menuntut haknya sebab PT. TNC dalam hal ini dalam keadaan overmacht yang bersifat sementara. Namun apabila tidak dapat
memenuhi, maka dengan terpaksa PT. Moratel akan mengajukan tuntutan pada pihak PT. TNC agar dapat memenuhi kewajibannya. Dalam kenyataannya hal tersebut
pernah dilakukan oleh pihak PT.Moratel. Kedua belah pihak diselesaikan secara kekeluargaan, dimana PT. Moratel membayar atas ganti rugi proyek pembangunan
tower provider Internet. Dengan demikian, apabila ada teguran dari pihak PT. TNC, maka pihak PT. Moratel akan menyelesaikan dengan cepat dan akan memberikan
fasilitas yang lebih baik dari yang selama ini dirasa kurang memuaskan pihak PT.
106
Wawancara penulis dengan Ahmad Siregar, Jabatan VP. Legal Affair di PT. Telemedia Network Cakrawala, tanggal 10 Januari 2011.
Universitas Sumatera Utara
67
Moratel. Selain itu pihak PT. Moratel akan selalu memberikan yang terbaik untuk PT.TNC, dalam hal ini untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga dalam hal
ini pihak PT. TNC sudah semestinya memberikan perlindungan hukum.
107
2. Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Barang