53
Tabel 4.1. Distribusi Identitas Responden Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang
No Identitas Responden
Jumlah Persen
A Umur Tahun
1 25-31 16
53,3 2 32-38
6 20,0
3 39-45 8
26,7 Jumlah
30 100,0
B Jenis Kelamin
1 Perempuan 30 100,0
Jumlah 30
100,0 C Pendidikan
1 SPK 13 43,3
2 D.III 17
56,7 Jumlah
30 100,0
D Status Perkawinan
1 Kawin 27
90,0 2 Belum
Kawin 3
10,0 Jumlah
30 100,0
E Masa Kerja Tahun
1 2 – 7 14
46,7 2 8 – 13
7 23,3
3 14 – 19 9
30,0 Jumlah
30 100,0
F Ruangan 1 Bedah
6 20,0
2 Anak 9 30,0
3 Kebidanan 7
23,3 4 Penyakit Dalam 8
26,7 Jumlah
30 100,0
4.4. Beban Kerja Perawat
Beban kerja dapat berupa beban eksternal maupun beban internal yang diukur berdasarkan denyut nadi responden dengan kategori Ringan, Sedang, Berat dan
Sangat Berat. Hasil penelitian menunjukkan 83,3 responden di ruang perawatan bedah mempunyai beban kerja kategori sedang denyut nadi 100-125menit.
Demikian juga responden di ruang perawatan anak sebesar 77,8 responden
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
54
mempunyai beban kerja kategori sedang, di ruang perawatan kebidanan sebesar 71,4 responden mempunyai beban kerja kategori sedang, dan seluruh responden di
ruang perawatan penyakit dalam seluruhnya mempunyai beban kerja kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2.Distribusi Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang
No Beban Kerja Jumlah
Persen
A Ruang Perawatan Bedah
1 Berat 0,0
2 Sedang 5
83,3 3 Ringan
1 16,7
Jumlah 6
100,0 B
Ruang Perawatan Anak 1 Berat
0,0 2 Sedang
7 77,8
3 Ringan 2
22,2 Jumlah
9 100,0
C Ruang Perawatan Kebidanan
1 Berat 0,0
2 Sedang 5
71,4 3 Ringan
2 28,6
Jumlah 7
100,0 D
Ruang Perawatan Penyakit Dalam 1 Berat
0,0 2 Sedang
8 100,0
3 Ringan 0,0
Jumlah 8
100,0
4.5. Stress Kerja Perawat
Indikator yang digunakan dalam pengukuran stress kerja adalah gejala stress menjadi tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku yang
dikembangkan dalam 65 item pertanyaan dengan kategori Ringan, Sedang dan Berat.
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
55
Hasil penelitian menunjukkan 66,7 responden di ruang perawatan bedah mempunyai stress kerja kategori sedang, demikian juga responden di ruang
perawatan anak sebesar 55,6 responden mempunyai stress kerja kategori ringan, di ruang perawatan kebidanan sebesar 57,1 responden mempunyai stress kerja
kategori ringan, sedangkan di ruang perawatan penyakit dalam sebesar 50,0 responden mempunyai stress kerja kategori ringan. Secara rinci dapat dilihat pada
Tabel 4.3
Tabel 4.3. Distribusi Stress Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
Sidikalang No Stress Kerja
Jumlah Persen
A Ruang Perawatan Bedah 1 Berat
0,0 2 Sedang
4 66,7 3 Ringan 2
33,3 Jumlah
6 100,0
B Ruang Perawatan Anak 1 Berat
1 11,1
2 Sedang 3 33,3
3 Ringan 5 55,6
Jumlah 9
100,0 C Ruang Perawatan Kebidanan
1 Berat 1
14,3 2 Sedang
2 28,6 3 Ringan 4
57,1 Jumlah
7 100,0
D Ruang Perawatan Penyakit Dalam 1 Berat
1 12,5
2 Sedang 3 37,5
3 Ringan 4 50,0
Jumlah 8
100,0
Mengacu pada item-item pertanyaan tentang stress kerja pada perawat yang menjadi respoden dapat dilakukan telaah tentang kondisi atau tingkat stress
berdasarkan gejala psikologis, gejalan fisik, dan gejala perilaku sebagai berikut:
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
56
4.6.1. Gejala Psikologis Jawaban responden tentang pernyataan yang terkait dengan gejala psikologis
cukup bervariasi. Namun apabila dikelompokkan berdasarkan persentase jawaban, sebagian besar 12 orang; 40,0 menyatakan kadang-kadang atau sekali-sekali
mengalami kecemasan, ketegangan, bingung dan keinginan untuk marah, memendam perasan, komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual, mengurung
diri,ketidak puasan bekerja, depresi,kebosanan dan kelelahan mental, merasa terasing dan mengasingkan dirinya, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan
kreativitas, kehilangan semangat hidup, dan menurunnya harga diri dan kepercayaan diri.
4.6.2. Gejala Fisik Jawaban responden tentang pernyataan yang terkait dengan gejala fisik cukup
bervariasi. Namun apabila dikelompokkan berdasarkan persentase jawaban, sebagian besar 16 orang; 53,3 menyatakan kadang-kadang atau sekali-sekali mengalami
meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin, gangguan gastrointestinal,misalnya gangguan lambung, mudah
terluka, kematian, gangguan kardiovaskular, mudah lelah secara fisik,gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat,gangguan pada kulit, kepala pusing
,migrain,kanker, dan mengalami ketegangan otot serta problem tidur.
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
57
4.6.3. Gejala Perilaku Jawaban responden tentang pernyataan yang terkait dengan gejala fisik cukup
bervariasi. Namun apabila dikelompokkan berdasarkan persentase jawaban, sebagian besar 14 orang; 46,7 menyatakan kadang-kadang atau sekali-sekali ; menunda
atau menghindari pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktifitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase,
meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, kecendrungan perilaku yang beresiko
tinggi seperti ngebut dan main judi, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, penurunan kualitas interpersonal dengan keluarga dan teman, serta kecenderungan
bunuh diri, jika melihat banyaknya pekerjaan di ruangan. 4.6.Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat ditiap Ruang Rawat
Inap RSUD Sidikalang
Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Product moment hubungan Beban
Kerja Dengan Stress Kerja Perawat Ditiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut:
Tabel 4.4. Korelasi antara Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang
Ruangan Jumlah Perawat
Koefisien Korelasi Signifikansi
Bedah 6 0,885
0,019 Anak 9
0,705 0,034
Kebidanan 7 0,756 0,049
Penyakit Dalam 8
0,797 0,018
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
58
a. Analisis Korelasi Beban kerja dan Stress kerja Perawat di ruang Perawatan Bedah Berdasarkan tabel 4.4. hasil korelasi Product Moment antara beban kerja
dengan stress kerja perawat di ruang perawatan bedah, diperoleh sebesar 0,885. Uji statistik diperolah hubungan signifikan p=0,0190,05. Hal ini menunjukkan beban
kerja dari perawat di ruang perawatan bedah berkorelasi positif dengan terjadinya stress kerja.
b. Analisis Korelasi Beban kerja dan Stress kerja Perawat di ruang Perawatan Anak Berdasarkan tabel 4.4. hasil korelasi Product Moment antara beban kerja
dengan stress kerja perawat di ruang perawatan anak, diperoleh sebesar 0,705. Uji statistik diperoleh hubungan signifikan p=0,0340,05. Hal ini menunjukkan beban
kerja dari perawat di ruang perawatan anak berkorelasi positif dengan terjadinya stress kerja.
c. Analisis Korelasi Beban kerja dan Stress kerja Perawat di ruang Perawatan Kebidanan
Berdasarkan tabel 4.4. hasil korelasi Product Moment antara beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan kebidanan, diperoleh sebesar 0,756.
Uji statistik diperoleh hubungan signifikan p=0,0490,05. Hal ini menunjukkan beban kerja dari perawat di ruang kebidanan berkorelasi positif dengan terjadinya
stress kerja. d. Analisis Korelasi Beban kerja dan Stress kerja Perawat di ruang Penyakit Dalam
Berdasarkan tabel 4.4. hasil korelasi Product Moment antara beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan penyakit dalam, diperoleh sebesar
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
59
0,797. Uji statistik diperoleh hubungan signifikan p=0,0180.05. Hal ini menunjukkan beban kerja dari perawat di ruang perawatan penyakit dalam
berkorelasi positif dengan terjadinya stress kerja. Secara keseluruhan beban kerja berhubungan signifikan dan positif dengan
stress kerja perawat di ruang perawatan bedah, anak, kebidanan, dan penyakit dalam, namun tingkat hubungan yang bervariasi.
4.7.Perbedaan Beban Kerja Perawat Berdasarkan Ruangan
Berdasarkan hasil uji statistik One Way Anova perbedaan Beban Kerja Perawat Ditiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang dapat dilihat pada tabel 4.5.
berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Perbedaan Beban Kerja Perawat Berdasarkan Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang
Ruangan Jumlah Mean Range Signifikansi
Bedah 6 110,2 98-120 Anak 9
105,9 99-110 Kebidanan 7
110,7 99-119
Penyakit 8 114,8 101-124
0,173
Sebelum dilakukan uji perbedaan maka dilakukan lebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov baik untuk variabel beban kerja dan stress kerja dengan hasil asymp.sign sebesar p=0,5990,05 beban kerja dan
p=0,220 0,05 stress kerja.
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
60
Hasil uji statistik menggunakan uji One Way Anova menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat beban kerja antara perawat yang bekerja di ruang perawatan bedah,
perawatan anak, perawatan kebidanan dan perawatan penyakit dalam, dengan nilai asymp.sign sebesar p=0,173 0,05, artinya secara statistik tidak terdapat perbedaan
beban kerja yang nyata pada perawat yang bekerja pada ruang perawatan yang berbeda.
Berdasarkan tabel 4.5.diatas diketahui bahwa rata-rata mean beban kerja perawat pada ruang perawatan penyakit dalam yang paling tinggi, yaitu sebesar 114,8
sedangkan yang paling rendah pada ruang perawatan anak. Perbedaan rata-rata beban kerja tersebut terkait dengan jumlah perawat yang berbeda pada setiap ruang
perawatan serta kondisi penyakit serta karakteristik pasien yang dihadapi. 4.8. Perbedaan Stress Kerja Perawat Berdasarkan Ruangan
Berdasarkan hasil uji statistik One Way Anova perbedaan Stress Kerja Perawat Ditiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang dapat dilihat pada tabel 4.6.
berikut:
Tabel 4.6. Hasil Uji Perbedaan Stress Kerja Perawat Berdasarkan Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang
Ruangan Jumlah Mean Range
Signifikansi
Bedah 6 195,3
161-231 Anak 9
190,9 103-249
Kebidanan 7 195,6 99-241
Penyakit Dalam 8
190,4 103-249
0,991
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
61
Sebelum dilakukan uji perbedaan maka dilakukan lebih dahulu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov baik untuk variabel beban dan stress kerja dengan hasil asymp.sign sebesar p=0,599 0,05 beban kerja dan p=0,220 0,05
stress kerja. Hasil uji statistik menggunakan uji One Way Anova menunjukkan tidak ada
perbedaan tingkat stress kerja antara perawat yang bekerja di ruang perawatan bedah, perawatan anak, perawatan kebidanan dan perawatan penyakit dalam, dengan nilai
asymp.sign sebesar p=0,991 0,05, artinya secara statistik tidak terdapat perbedaan stress kerja yang nyata pada perawat yang bekerja pada ruang perawatan yang
berbeda. Berdasarkan tabel 4.6. diatas diketahui bahwa rata-rata mean stress kerja
perawat pada ruang perawatan kebidanan yang paling tinggi, yaitu sebesar 195,6 sedangkan yang paling rendah pada ruang perawatan penyakit dalam. Perbedaan rata-
rata stress kerja tersebut terkait dengan jumlah perawat yang berbeda pada setiap ruang perawatan serta kondisi penyakit serta karakteristik pasien yang dihadapi.
B. Pembahasan 4.9. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat
Berikut ini diuraikan hubungan beban kerja dengan stress kerja pada ruang ruang perawatan bedah, anak, kebidanan, dan penyakit dalam.
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
62
4.9.1. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang Perawatan Bedah
Perawat yang bekerja di ruang perawatan bedah mempunyai beban kerja yang lebih membutuhkan ketelitian dan kecermatan dibandingkan perawat di ruang
perawatan lainnya. Dengan kondisi prosedur kerja yang ketat dan kondisi pasien yang membutuhkan penanganan yang lebih ekstra dibandingkan pasien lainnya
memungkinkan terjadinya stress kerja pada diri perawat. Adanya hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan
bedah, ditunjukkan hasil uji statistik p=0,019 0,05, dengan tingkat korelasi cukup kuat sebesar 0,885. Tingkat korelasi yang cukup kuat antara beban kerja dengan
terjadinya stress kerja perawat di ruang perawatan bedah menunjukkan kondisi dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diikuti dengan peningkatan stress
kerja., dengan demikian hipotesa diterima. Sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah ditetapkan oleh Depkes
1994, beban pada ruangan perawatan bedah, harus menyiapkan perlengkapan alat- alat atau obat-obat yang dibutuhkan pasien sebelum dan sesudah operasi menyiapkan
kebutuhan untuk pasien yang mau operasi, memelihara kebersihan dan merawat pasien sesudah operasi dan melaksanakan administrasi.
Hasil penelitian ini didukung penelitian Suciari 2006 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain pramu
kamar. Persentase yang mengalami keluhan Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja berat sekali mencapai 100, sedangkan beban kerja kategori
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
63
berat mencapai 79, dan beban kerja sedang mencapai 30. Beban kerja perawat antara lain seperti beban kerja pramu kamar. Beberapa aspek yang menunjukkan
beban kerja pada ruang perawatan bedah adalah kelelahan yang dirasakan setelah merapikan tempat tidur pasien, leher atau otot punggung perawat menjadi kaku yang
dapat mengakibatkan peregangan otot low back pain yang merupakan gejala fisik pada stress kerja.
4.9.2. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang
Perawatan Anak
Pelayanan keperawatan di ruang perawatan anak secara spesifik harus memperhatikan karakteristik daripada anak-anak yang menjalani perawatan.
Meskipun secara umum pelayanan keperawatan harus memperhatikan karaktersitik setiap pasien, namun pasien anak-anak tentunya mempunyai beberapa aspek tertentu
yang harus diperhatikan sesuai dengan kondisi perkembangan pada masa atau kelompok umur anak.
Adanya hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan anak, ditunjukkan hasil uji statistik p=0,034 0,05, dengan tingkat korelasi cukup
kuat sebesar 0,705. Tingkat korelasi yang cukup kuat antara beban kerja dengan terjadinya stress kerja perawat di ruang perawatan anak menunjukkan kondisi dimana
terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi dengan peningkatan stress kerja, dengan demikian hipotesa diterima.
Uraian tugas perawat di ruang perawatan anak yang di tetapkan Depkes 1994, bahwa pada ruang perawatan anak, perawat harus mempunyai keterampilan
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
64
khusus atau spesialistik tentang penanganan perawatan anak misalnya pemasangan infus pada pasien anak berbeda seperti pada dewasa, mengkaji kebutuhan pasien,
mengamati keadaan dan mengevaluasi perkembangan pasien,melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien, mencatat perkembangan pasien dan kegiatan administrasi
ruangan. Hal ini didukung oleh penelitian Jauhari 2005 bahwa standar beban kerja
perawat senantiasa harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan pasien. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien harus
diupayakan kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada.
4.9.3. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang
Perawatan Kebidanan
Beban kerja di ruangan kebidanan adalah menerima dan merawat pasien yang akan bersalin, menyiapkan fasilitas kebutuhan pasien, mengamati keadaan pasien,
menjaga kebersihan pasien, melaksanakan tindakan keperawatan, menjalin komunikasi dengan pasien dan melaksanakan administrasi kebidanan.
Adanya hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan kebidanan, ditunjukkan hasil uji statistik p=0,049 0,05, dengan tingkat korelasi
cukup kuat sebesar 0,756. Tingkat korelasi yang cukup kuat antara beban kerja dengan terjadinya stress kerja perawat di ruang perawatan kebidanan menunjukkan
kondisi dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi dengan peningkatan stress kerja dengan demikian hipotesa diterima..
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
65
Secara umum stres kerja dipengaruhi oleh banyak faktor selain beban kerja, seperti yang disebutkan dalam penelitian Restiaty, et al 2006 tentang beban kerja
dan perasaan kelelahan menyimpulkan adanya hubungan beban kerja di tempat kerja dengan kelelahan kerja yang merupakan gejala fisik stress kerja, artinya semakin
berat beban kerja di tempat kerja maka semakin tinggi tingkat stress kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa variabel yang berhubungan dengan beban kerja adalah tempat
bekerja, jenis pekerjaan, serta beban mental.
4.9.4. Hubungan Beban Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang
Perawatan Penyakit Dalam
Berdasarkan uraian tugas perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus mengerjakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien, perawat
menyiapkan fasilitas dan peralatan yang di butuhkan di ruangan seperti peralatan emergensi, memelihara kebersihan pasien, komunikasi dengan pasien, melakukan
tindakan pengobatan, melakukan penyuluhan kepada pasien mengenai penyakitnya dan bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindar
penularan penyakit. Adanya hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di ruang perawatan
penyakit dalam, ditunjukkan hasil uji statistik p=0,018 0,05, dengan tingkat korelasi cukup kuat sebesar 0,797. Tingkat korelasi yang cukup kuat antara beban
kerja dengan terjadinya stress kerja perawat di ruang perawatan kebidanan menunjukkan kondisi dimana terjadinya peningkatan beban kerja akan diiringi
dengan peningkatan stress kerja, dengan demikian hipotesa diterima.
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
66
Sesuai penelitian Iswanto 2001 tentang hubungan stress kerja, kepribadian dan kinerja yang menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara stress kerja
dengan kinerja. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kepribadian memberikan kontribusi terhadap hubungan stress kerja dengan kinerja. Tingkat stress paling tinggi
akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis seseorang dan pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja yang semakin menurun.
4.10. Perbedaan Beban Kerja setiap Ruangan
Tingkat beban kerja pada masing-masing ruangan tidak berbeda secara signifikan p=0,173 0,05, hal ini dilihat dari nilai rata-rata mean beban kerja yang
diukur dari denyut nadi perawat tidak jauh berbeda pada masing-masing ruangan. Pada ruang bedah rata-rata beban kerja sebesar 110,167, ruang perawatan anak
sebesar 105,889, ruang perawatan kebidanan sebesar 110,714, ruang perawatan penyakit dalam sebesar 114,875. Berdasarkan angka rata-rata tersebut menunjukkan
beban kerja pada masing-masing ruangan hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Azwar 1993 bahwa beban perawat pada
ruangan perawatan adalah menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan sehingga pasien dapat hidup.
Sesuai penelitian Nurhayati 1996 tentang pengukuran beban psikologis kerja dalam sistem kerja menggunakan analisis spektral menemukan 3 komponen
variabilitas denyut jantung yang berkaitan dengan mekanisme pengendalian biologis. Yang terendah berhubungan dengan mekanisme pengaturan temperatur, komponen
tengah dipercaya berasosiasi dengan pengaturan tekanan darah, sedangkan yang
Lilis Dian Prihatini : Analisis Hubungan Beban Kerja Dengan Stress Kerja Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. USU e-Repository © 2008.
67
ketiga berkesesuaian dengan efek respirasi. Komponen tengah menunjukkan variasi yang berkaitan erat dengan pembebanan kerja mental dari suatu pekerjaan. Kekuatan
komponen ini berkurang dengan meningkatnya beban kerja yang berarti variabilitas denyut jantung berkurang pada level pembebanan yang tinggi, dengan demikian
hipotesa ditolak. Tidak adanya perbedaan secara signifikan beban kerja ini harus dipertahankan
karena menurut pendapat Manuaba 2000, akibat beban kerja yang terlalu berat atau yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi–reaksi emosional seperti sakit kepala,
gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan
kebosanan, rasa monoton Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan
sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stress kerja.
4.11. Perbedaan Stress Kerja Perawat setiap Ruangan