HIV AIDS TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA

3.1. HIV AIDS

HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. AIDS merupakan suatu keadaan yang serius, penyakit yang mengancam hidup. 24 AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk famili retroviridae. 2 Kondisi akhir pada orang yang terkena HIV membuat seseorang rentan terhadap infeksi oportunistik dan tumor. Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan HIV, penyakit ini belum bisa disembuhkan. 3 AIDS menarik komunitas kesehatan pertama kali pada tahun 1981 setelah terjadi secara tidak lazim, kasus-kasus pneumonia pneumocystis carinii PPC dan sarkoma kaposi SK pada laki-laki muda homoseks di California. Bukti epidemiologik mengisyaratkan bahwa terdapat keterlibatan suatu agen infeksiosa, dan pada tahun 1983 virus imunodefisiensi manusia tipe 1 HIV-1 diidentifikasi sebagai penyebab penyakit. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV . 25 HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III HTLV-III atau virus limfadenopati LAV adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. 25 Kelompok virus ini adalah dikenal dengan latensi, viremia persisten, menginfeksi sistem saraf dan melemahkan respons imun. 26 HIV merupakan virus single-stranded ribonucleic acid RNA yang secara selektif menginfeksi sel-sel imun, terutama limfosit T dan makrofag . 27 Terdapat dua tipe HIV : HIV-1 dan HIV-2. Kebanyakan kasus HIV diseluruh dunia adalah disebabkan oleh HIV-1. 28 Virus HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi dengan baik. Jika virus HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter darah, maka kekebalan seluler akan hilang. Infeksi ini awalnya asimtomatik dan akan berlanjut menjadi infeksi laten sampai terjadi gejala infeksi dan kemudian akan berlanjut menjadi AIDS, yang diidentifikasi berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi oportunistik. 28,29 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh. Infeksi ini dapat timbul karena mikroba bakteri, jamur, virus yang berasal dari luar tubuh, maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali oleh kekebalan tubuh. Pada umumnya kematian pada orang dengan HIVAIDS disebabkan oleh infeksi oportunistik. 29 Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50 berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap. 2 Definisi untuk menyatakan stadium-stadium penyakit HIV dan saat timbulnya AIDS telah mengalami revisi berulang kali. Revisi terakhir dilakukan pada tahun 1993 oleh Centers of Disease Control and – prevention CDC berdasarkan kondisi klinis yang berhubungan dengan HIV dan hitung sel CD4+ T limfosit. 4,16 Terdapat dua dimensi dari klasifikasi HIV, yaitu riwayat keadaan klinis dan derajat immunosupresinya yang dilambangkan dalam hitung CD4+ limfosit T. Keadaan klinis yang berhubungan dengan HIV ini dibagi menjadi 3 kategori lihat tabel1. Semua keadaan pada kategori C tanpa memandang keadaan derajat imunosupresinya didiagnosis sebagai AIDS, sedangkan semua pasien dengan CD4+ limfosit T 200mm didiagnosis sebagai AIDS tanpa melihat keadaan klinisnya. 4,16 Sebagian ahli memandang definisi AIDS sangat kompleks dan rumit sehingga seorang klinisi sebaiknya tidak mempertanyakan apakah AIDS telah muncul atau tidak, tetapi memandang penyakit HIV sebagai suatu spektrum mulai dari infeksi primer baik dengan sindrom akut maupun tidak sampai ke stadium asimptomatik hingga stadium lanjut . 16 Tabel 1 . Sistem klasifikasi orang yang terinfeksi HIV berdasarkan kategori Centers for Disease Control and Prevention CDC 30 Tabel 2. Klasifikasi CD4 penderita HIV berdasarkan kategori Centers for Disease Control and Prevention CDC 5 CD4 Kategori Klinis A Kategori klinis B Kategori klinis Total mL asimtomatik simtomatik AIDS ≥ 500 ≥ 29 A1 B1 C1 200-499 14-28 A2 B2 C2 200 14 A3 B3 C3 Dikutip dari : Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus HIV Disease : AIDS and Related Disorders. In : Braunwald E, Fauci AS, et al, eds. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Vol.II. 15 th ed. New York : McGraw-Hill ; 2001. p. 1852. HIV dan penularannya HIV ditemukan didalam darah, semen, sekresi serviks dan vagina, dan dalam jumlah yang lebih kecil, didalam saliva, air mata, air susu ibu, dan cairan serebrospinalis dari orang yang terinfeksi. 31 HIV dapat ditularkan dalam 3 cara, yaitu: melalui hubungan seksual baik homoseksual atau heteroseksual ; melalui darah ; dan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau kelahiran, atau melalui air susu ibu. 17 Penularan HIV paling sering terjadi melalui hubungan seksual atau perpindahan darah yang terkontaminasi. Seks anal, vaginal dan oral yang tidak terproteksi adalah aktivitas seksual yang paling mungkin menularkan virus . 31 Rute seksual risiko transmisi adalah 0.3 dari pria-ke pria, 1.2 pria ke wanita, 0.1 dari wanita ke pria, transfusi, needle sticks 0.3, vertical 15-40. 32 Adanya penyakit-penyakit yang ditularkan secara seksual, seperti herpes atau sifilis, atau lesi lainnya yang membahayakan integritas kulit atau mukosa, meningkatkan lebih lanjut risiko penularan. 31 Transmisi juga terjadi melalui terpaparnya jarum yang terkontaminasi, dimana insidensi yang tinggi terinfeksi HIV pada pengguna obat-obat drug users. 28 Prevalensi HIV pada intravenous drug users IDU rata-rata nasional adalah 41,6. 7 Anak-anak dapat terinfeksi in utero atau melalui air susu ibu jika ibunya terinfeksi HIV. 31 Petugas kesehatan secara teoritis berada pada risiko karena kemungkinan kontak dengan cairan tubuh dari pasien yang terinfeksi HIV. Dalam prakteknya, bagaimanapun, insidensi transmisi tersebut sangat kecil dan hampir semua laporan kasus telah menemukan tusukan jarum yang tidak disengaja dengan jarum yang terkontaminasi. 31 Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa HIV dapat tertular melalui kontak biasa, seperti tinggal bersama-sama dirumah atau kelas dengan orang yang terinfeksi HIV, walaupun kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, seperti darah dan semen, harus dihindari. 31 Diagnosis Diagnosis ditujukan pada kedua hal, yaitu terinfeksi HIV dan AIDS. Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk dari gejala-gejala klinis atau dari adanya perilaku risiko tinggi individu tertentu. 16 Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 metode : 16 1. Langsung : isolasi virus dari sampel, umumnya dengan pemeriksaan mikroskop elektron atau deteksi antigen virus, misalnya dengan Polymerase Chain Reaction PCR. 2. Tidak langsung : dengan melihat respons zat anti spesifik, misalnya dengan Enzym Linked Immuno Sorbent Assay ELISA, Westerm Blot, Immunofluorescent Assay IFA atau Radio Immuno Precipitation Assay RIPA. Untuk diagnosis HIV yang lazim digunakan pertama-tama adalah pemeriksaan ELISA karena memiliki sensitivitas yang tinggi 98-100. Akan tetapi, spesifisitas kurang sehingga hasil tes ELISA yang positif harus dikonfirmasi dengan Westerm Blot yang spesifitasnya tinggi 99,6-100. Sedangkan pemeriksaan PCR biasanya dilakukan pada bayi yang masih memiliki zat anti maternal sehingga menghambat pemeriksaan secara serologis dan pada kelompok risiko tinggi sebelum terjadi serokonversi. 16 Gejala klinis Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. 2 Hingga 70 pasien dengan infeksi HIV primer berkembang menjadi acute mononucleosis-like syndrome setelah infeksi awal. Dikenal juga sebagai acute retroviral syndrome ARS, tanda dan gejala ini terjadi sebagai hasil dari infeksi awal dan penyebaran dari HIV, dan meliputi sindroma klinis atipikal. 33 Manifestasi yang paling umum meliputi demam, rasa lemah, nyeri otot, ruam kulit, limfadenopati, nyeri kepala, dan nyeri tenggorokan. Gejala “ flu“ seperti ingusan atau hidung tersumbat tidak menonjol, membantu untuk membedakan ARS dari influenza atau kondisi-kondisi respiratori viral lainnya. 33 Lamanya keadaan ini adalah biasanya kurang dari 14 hari tetapi dapat menjadi lebih lama, dalam beberapa minggu atau bahkan bulan . 33 Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik tanpa gejala. Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8 - 10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalanan penyakitnya amat cepat, dapat hanya 2 tahun. Setelah masa tanpa gejala, akan diikuti infeksi oportunistik dan selanjutnya memasuki stadium AIDS. 2 Sistem tahapan WHO untuk infeksi dan penyakit HIV Pada tahun 1990, World Health Organization WHO mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan virus HIV-1. 3 Sistem ini kemudian diperbaharui pada tahun 2006. 34 Stadium infeksi HIV pada orang dewasa oleh WHO 34 Klinis stadium I : • Asimtomatik • Limfadenopati menyeluruh dan persisten Skala penampilan 1 : asimtomatik, aktivitas normal Klinis stadium II • Penurunan berat badan 10 • Infeksi saluran pernafasan yang berulang sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis • Herpes zoster • Angular cheilitis • Ulserasi oral yang berulang • Papular pruritic eruption • Dermatitis seboroik • Infeksi jamur pada kuku Danatau skala penampilan 2 : simtomatik, aktifitas normal Klinis stadium III • Penurunan berat badan 10 • Diare kronik yang tidak bisa dijelaskan 1 bulan • Demam berkepanjangan yang tidak bisa dijelaskan intermitten atau konstan 1 bulan • Kandidiasis oral persisten • Oral hairy leukoplakia • Tuberkulosis paru • Infeksi bakteri yang berat yakni pneumonia, pyomyositis, empiema, infeksi tulang atau sendi • Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau periodontitis • Anemia yang tidak bisa dijelaskan 8 gdl, neutropenia 0,5x10 9 per liter dan atau trombositopenia kronik 50x10 9 per liter Danatau skala penampilan 3: terbaring 50 hari dalam bulan terakhir Klinis stadium IV : • HIV wasting syndrome • Pneumocystis carinii pneumonia • Pneumonia bakterial berat yang berulang • Infeksi herpes simpleks kronik orolabial, genital atau anorektal yang lamanya 1 bulan atau beberapa tempat viseral • Candidiasis oesophageal kandidiasis trakea, bronkus, atau paru- paru • Tuberkulosis ekstrapulmonar • sarkoma kaposi • Infeksi cytomegalovirus retinitis atau infeksi organ-organ lainnya • Toxoplasmosis susunan saraf pusat • Ensefalopati HIV • Cryptococcosis ekstra paru termasuk meningitis • Disseminated non-tuberculous mycobacterial infection • Progressive multifocal leukoencephalopathy • Cryptosporidiosis kronik • Isosporiasis kronik • Disseminated mycosis ekstrapulmonar histoplasmosis, coccidioidomycosis • Recurrent septicaemia termasuk Salmonella non-tifoid • Limfoma serebral atau non-Hodgkin sel B • Karsinoma serviks invasif • Atypical disseminated leishmaniasis • Symptomatic HIV-associated nephropathy or symptomatic HIV associated cardiomyopathy Danatau skala penampilan 4 : terbaring 50 hari dalam bulan terakhir Pengobatan Pendekatan utama terhadap infeksi HIV adalah pencegahannya. Pencegahan primer adalah melindungi orang dari mendapatkan penyakit ; pencegahan sekunder meliputi modifikasi perjalanan penyakit. Semua orang dengan tiap risiko untuk infeksi HIV harus diinformasikan tentang praktek seks yang aman dan perlu menghindari menggunakan bersama-sama jarum hipodermik yang terkontaminasi. Strategi pencegahan dipersulit oleh nilai-nilai sosial yang kompleks disekitar tindakan seksual, orientasi seksual, pengendalian kelahiran, dan penyalahgunaan zat. Kondom telah terbukti merupakan strategi pencegahan yang cukup aman walaupun tidak sepenuhnya dan efektif untuk melawan infeksi HIV . 31 Secara umum, penatalaksanaan orang dengan HIVAIDS terdiri atas beberapa jenis yaitu : a pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral ARV, b pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIVAIDS, c pengobatan suportif yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta juga tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan. Dengan pengobatan yang lengkap tersebut, angka kematian dapat ditekan, harapan hidup lebih baik dan kejadian infeksi oportunistik amat berkurang. 2

3.2. DEPRESI