8.4. SEBARAN JENIS KELAMIN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif yang paling banyak adalah sindrom depresi berat dengan jenis kelamin pria 75, mean BDI
33 SD 3,2 dan sindrom depresif ringan 75, mean BDI 13,1 SD 1,6. Sedangkan wanita depresi sedang 29,4, mean BDI 22,9 SD 4,2. Tidak
terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIVAIDS berdasarkan kelompok jenis kelamin.
Penelitian Brown et al mengevaluasi 43 wanita yang terinfeksi HIV dan mendapat pelayanan di Angkatan Udara Amerika Serikat, hanya 2 pasien 5
yang depresi. Pada studi yang ditunjukkan 3 tahun kemudian, peneliti lainnya mendiagnosa depresi pada sampel wanita HIV positif hanya 1,9.
18
Dew et al mengikuti selama 1 tahun dari 113 kelompok pria dengan HIV positif dan 57
kontrol dengan HIV negatif, yang ikut pada setting perawatan primer. Mereka menemukan bahwa prevalensi depresi berat selama periode follow up adalah
secara signifikan lebih tinggi pada kelompok pria dengan HIV positif.
23
Secara keseluruhan dari penelitian ini didapat jumlah penderita laki-laki lebih banyak yang menderita depresi. Hal yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lipsitz et al didapatkan angka kejadian depresi pada laki-laki dengan HIV positif lebih tinggi dibandingkan pada wanita yaitu masing-masing
sebesar 33 dan 26.
20
8.5. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa yang mengalami depresi yang paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTA yaitu depresi sedang 76,5,
mean BDI 22,5 SD 4,1
.
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIVAIDS berdasarkan tingkat pendidikan.
Dari literatur mengatakan sindrom depresif lebih sering terjadi pada tingkat pendidikan rendah dibandingkan tingkat pendidikan lebih tinggi.
31
Ini berbeda pendapat dengan penelitian diatas dimana tingkat pendidikan SLTA
yaitu depresi sedang 76,5, mean BDI 22,5 SD 4,1 lebih tinggi daripada tingkat pendidikan SMP yaitu depresi berat 25, mean BDI 34,6 SD 5,0.
8.6. SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat yang paling banyak adalah tidak kawin 58,
mean BDI 33,4 SD 3,5.
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIVAIDS berdasarkan
status perkawinan. Pada hasil penelitian ini didapatkan bahwa penderita HIVAIDS yang
paling banyak mengalami sindrom depresi berat adalah tidak kawin. Dari literatur dikatakan bahwa gangguan depresif berat sering dialami individu yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai dibandingkan dengan yang menikah. Status perceraian menempatkan seseorang pada risiko
lebih tinggi untuk menderita depresi. Depresi lebih sering pada orang yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal bersama kerabat
lainnya.
31,48
8.7. SEBARAN TEMPAT TINGGAL DENGAN SINDROM DEPRESIF
Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa sindrom depresif berat paling banyak adalah bertempat tinggal di Medan 66,7, mean BDI 33,3 SD 3,1.
Tidak terdapat perbedaan bermakna sindrom depresif pada penderita HIVAIDS berdasarkan tempat tinggal.
Pada penelitian ini penderita HIVAIDS yang mengalami sindrom depresif berat paling banyak bertempat tinggal di Medan. Dari literatur dikatakan bahwa
faktor lingkungan seperti pemaparan terhadap peristiwa hidup yang penuh tekanan tampaknya memainkan peranan untuk menyebabkan timbulnya sindrom
depresif. Ketidakmampuan peranan sosial untuk menyesuaikan diri dengan stresor sosial mengarah pada berkembangnya depresi pada seseorang. Stresor
psikososial lebih tinggi pada daerah perkotaan dari pada pedesaan.
31
8.8. SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROM DEPRESIF