ketenagakerjaanperburuhan itu seimbang dalam mengatur hak dan kewajiban pihak pekerjaburuh dan pengusaha.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran yang telah penulis lakukan di perpustakaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara terhadap hasil-hasil
penelitian yang ada, ternyata belum ada yang melakukan penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap pekerjaburuh dalam PKWT ditinjau dari Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Oleh sebab itu keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai
objektifitas dan kejujuran.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
Seperti yang ditegaskan oleh Iman soepomo tujuan pokok hukum perburuhan adalah terlaksana dan terwujudnya keadilan sosial. Hukum ketenagakerjaan tidak bisa
dilepaskan dari tujuan awal dilahirkannya sebagai hukum yang mengatur hubungan antara pekerjaburuh dengan pengusahamajikan guna tercapainya keadilan sosial.
Dalam hubungan antara pekerjaburuh dengan pengusaha terjadi perbedaan bahkan kesenjangan di antara kedua belah pihak yakni terletak pada posisi tawar
bergaining position. Secara yuridis pekerjaburuh memang manusia yang bebas, sebagaimana prinsip bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di depan
hukum dan pemerintahan, berhak mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
layak. Namun secara sosiologis hal ini sering ditemukan, pekerjaburuh tidak menempati posisi di mana dia harus diberlakukan sebagai manusia yang bermartabat,
tidak hanya sebagai faktor produksi tetapi juga pihak yang ikut menentukan keberhasilan seorang pengusaha.
Begitu juga sebaliknya dengan pihak pengusaha menganggap dirinya adalah pihak yang juga berhak mendapatkan keadilan dalam hubungannya dengan pihak
pekerjaburuh. Pada gilirannya sampai pada permasalahan bahwa rasa keadilan mana yang harus dikedepankan dan didahulukan apakah pekerjaburuh dengan kondisinya
yang serba terbatas dan lemah baik dari keberadaannya dalam mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan upah yang dijanjikan guna tercapainya tujuan
negara dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dengan menekan angka kemiskinan dan penggangguran.
Pihak pengusaha dengan segala kelebihan modal yang dimilikinya mampu mendapatkan pekerjaburuh yang sesuai dengan kebutuhannya akibat tingginya angka
pengangguran menjadikan posisi pekerjaburuh menjadi serba dilematis. Pengusaha dengan alasan selalu ingin membatasi biaya operasional produksi yang
dikeluarkannya hingga menekan pada titik yang serendah mungkin. Hal di atas seperti ditegaskan sebelumnya bila dibiarkan terus-menerus maka
akan tetap jauh dari kenyataan tujuan yang tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 dalam alinea keempat
13
yang menyatakan bahwa : kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
13
Lihat UUD 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dapat tercapai.
Sistem hubungan pekerjaburuh dengan pengusaha suatu bangsa senantiasa mencerminkan sistem pembangunan yang pada dasarnya adalah cerminan sistem
ekonomi atau sistem pembangunan dan ideologi yang dianut. Misalnya sistem ekonomi yang serba liberalistik, kapitalistik ataupun serba etatis, komunistik akan
melahirkan sistem hubungan industrial yang sama sebagai pencerminannya.
14
Pengaruh politik ekonomi juga sangat menentukan Hukum Ketenagakerjaan, dalam era globalisasi perdagangan, hukum yang berlaku adalah hukum pasar bebas
yang menghendaki peranan pemerintah menjadi semakin berkurang dan peranan swasta manjadi lebih besar. Hukum ini berlaku juga untuk bidang ketenagakerjaan.
15
Menurut para ahli seperti dijelaskan Bismar Nasution, masalah mendasar organisasi sosial adalah bagaimana mengkoordinir kegiatan ekonomi jutaan individu.
Secara fundamental hanya ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, secara terpusat melalui paksaan seperti yang dilakukan oleh negara totaliter dengan
menggunakan militer. Kedua, kerjasama sukarela voluntary di antara individu
14
Suhardiman, Kedudukan, Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Dalam Pembangunan Indonesia, dalam Hukum Kenegaraan Republik Indonesia, Teori, Tatanan dan Terapan, Peny. Selo
Soemardjan, Jakarta: YIIS dan PT. Gramedia,tt, hlm. 104-105.
15
Aloysius Uwiyono, Implikasi Hukum Pasar Bebas Dalam Kerangka AFTA Terhadap Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 22, Jakarta: Yayasan
Pengembangan Hukum Bisnis, 2003, hlm. 41 dalam Agusmidah, Politik Hukum dalam Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan, Disertasi, Medan:
SPS USU, 2006, hlm. 27.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
melalui mekanisme pasar. Model masyarakat yang diorganisir secara sukarela dikenal dengan free private enterprise exchange economy, yang diistilahkan Bismar
Nasution dalam hal ini sebagai sistem ekonomi pro pasar.
16
Namun tidak semua hal dalam Hukum Ketenagakerjaan dapat diserahkan pada mekanisme pasar. Selain itu sistem hukum Indonesia juga tidak memberi ruang
yang cukup luas untuk itu. Di sinilah pemerintah ditantang untuk menjalankan kebijakan perburuhan yang mampu mengakomodir semua kepentingan, baik pemilik
modal, pekerjaburuh maupun pemerintah sendiri.
17
Jika dirujuk kepada cita-cita yang ingin dicapai hukum, paling tidak ada tiga yaitu keadilan, kepastian dan ketertiban. Selanjutnya kehadiran hukum dalam
masyarakat di antaranya adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang bisa menimbulkan konflik conflict of interest.
Melalui hukum, konflik itu bisa ditekan sekecil-kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-kepentingan itu dilakukan dengan membatasi dan melindungi
kepentingan-kepentingan tersebut.
16
Lihat Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Ekonomi Fakultas
Hukum USU, Medan: USU, 2004, hlm. 1. Sistem ekonomi pro pasar lebih berhasil mensejahterakan masyarakat dibandingkan sistem ekonomi sosialis. Bandingkan misalnya apa yang terjadi di antara
Korea Utara dan Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan dengan Cina Daratan sebelum Deng Xiaoping atau antara Jerman Barat dan Jerman Timur sebelum robohnya tembok Berlin dalam Milton
Friedmen, Capitalism and Freedom, Chicago: The University of Chicago Press, 2002,hlm. 15.
17
Aloysius Uwiyono, Op. Cit. Hal ini juga ditegaskan Bismar Nasution bahwa kehadiran sistem ekonomi.yang diistilahkannya dengan sistem pro pasar tentunya tidak menghilangkan peran
pemerintah, sebaliknya sangat membutuhkan peran pemerintah karena pandangan yang menyatakan bahwa peran pemerintah harus dibuat seminimal mungkin, kalau bisa sampai ke titik nol, dikatakan
kurang tepat diterapkan di Indonesia. Peran pemerintah yang dibutuhkan adalah sebagai forum untuk menetapkan rule of the game dan sebagai wasit yang menafsirkan dan mengakkan enforce dari rule
of the game yang sudah ditetapkan,dalam Ibid, hlm. 2.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
Hukum dalam pengertiannya yang utama adalah suatu aturan yang dicita- citakan dan diwujudkan dalam Undang-undang, namun sebelumnya perlu ditegaskan
bahwa hukum memiliki dua pengertian yang perlu dipahami:
18
1. Hukum dalam arti keadilan keadilan= iustitia. Maka di sini hukum menandakan
peraturan yang adil tentang kehidupan masyarakat, sebagaimana dicita-citakan. 2.
Hukum dalam arti Undang-Undang atau lexwet. Kaidah-kaidah yang mewajibkan itu dipandang sebagai sarana untu mewujudkan aturan yang adil tersebut.
Hukum ketenagakerjaan seperti yang telah disinggung merupakan hukum yang dibentuk untuk mengadakan keadilan dalam hubungan kerja antara
pekerjaburuh dengan pengusaha. Secara sosial ekonomi posisi pengusaha dan pekerjaburuh sangat bertolak belakang. Hal ini menyebabkan hubungan antara
keduanya diatur oleh hukum, yaitu hukum yang adil. Keadilan yang merupakan tujuan dasar dalam pembentukan dan pelaksanaan
hukum bahkan yang menjadi tujuan hidup bernegara tidak akan dicapai dengan menyerahkan sistem ekonomi semata-mata pada mekanisme pasar.
19
Keadilan bukanlah nilai yang diperhitungkan dari ekonomi pasar karena itu pendekatan pasar
harus selalu didikuti oleh pendekatan normatif, salah satunya melalui hukum yang meletakkan batas-batas dan aturan-aturan.
20
18
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm. 49.
19
Diungkapkan pula oleh Bustanul Arifin dan Didik J. Rachbini dalam Ekonomi Politik dan Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, hlm. 57, dalam Agusmidah,
Op. Cit, hlm. 27.
20
Agusmidah, Op. Cit, 27-28.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam sejarah filsafat hukum ide konsensus muncul pada abad XVII. Pemikir-pemikir tentang hukum sampai pada keyakinan bahwa harus diminta suatu
persetujuan dari pihak anggota masyarakat untuk membentuk Undang-undang. Hal ini berarti bahwa yang berkuasa dalam negara harus menyatakan kehendak rakyat
dalam menentukan tata hukum negara. Dalam hal ini Rousseau paling jelas meminta suatu kehendak umum supaya negara didirikan secara hukum dan juga supaya hukum
disusun sesuai dengan tuntutan keadilan.
21
Keadilan sosial adalah keadilan yang berhubungan dengan pembagian nikmat dan beban dari suatu kerjasama sosial khususnya yang dilakukan oleh negara.
22
Di negara Indonesia yang mendasarkan diri pada Pancasila, keadilan sosial dengan tegas
dinyatakan dalam Sila Kelima Pancasila. Nilai ini telah dicoba untuk dilaksanakan salah satunya dengan menetapkan tujuan negara yang sama diketahui adalah
memajukan kesejahteraan umum. Masalah keadilan timbul dalam situasi yang oleh John Rawls disebut
Circumstances Of Justice COJ suatu rumusan yang berasal dari David Hume. David Hume menyebut COJ untuk menggambarkan bahwa keadilan baru merupakan
21
Theo Huijbers, Op. Cit, hlm. 296.
22
Karenanya dalam literatur keadilan sosial sering juga disebut sebagai keadilan distributif. Ada perbedaan antara keadilan sosial dan keadilan distributif di mana keadilan sosial bukan sekedar
masalah distribusi ekonomi saja, melainkan jauh lebih luas, mencakup keseluruhan dimensi moral dalam penataan politik, ekonomi dan semua aspek masyarakat yang lain. Keadilan telah dikaji secara
filsafat bahkan sejak awal sejarah filsafat itu sendiri dalam karya Plato yang terkenal Republic, dapat diberi anak judul Tentang Keadilan. Plato berkeyakinan bahwa negara ideal apabila didasarkan atas
keadilan dan keadilan baginya adalah keseimbangan atau harmoni. Harmoni artinya bahwa warga hidup sejalan dan serasi dengan tujuan negara, di mana masing-masing warga menjalani hidup secara
baik sesuai kodrat dan posisi sosialnya, dalam Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, Pandangan Deontologis Rawls dan Hebermas Dua Teori Filsafat Politik Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005,
hlm.6,8, dalam Agusmidah, Op. Cit, hlm. 131.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
keutamaan yang relevan relevant virtue hanya apabila terjadi kelangkaan dan orang- orang tidak spontan tergerak dalam ikatan emosional untuk mengulurkan bantuan.
COJ Rawls adalah objektif COJ yaitu situasi normal konflik klaim dimana kerjasama antar manusia mungkin dan perlu. Masalah keadilan atau ketidakadilan mustahil
dibicarakan dalam konteks manusia yang masih dalam status alamiah atau pra sosial.
23
Pada sisi lain hubungan ketenagakerjaan masuk dalam lingkup hubungan ekonomi di mana pelaku bisnis berhak mendapatkan keadilan ekonomi. Dalam
keadilan ekonomi berlaku aturan main hubungan-hubungan ekonomi berdasarkan prinsip-prinsip etik, sedangkan keadilan sosial merupakan hasil dari dipatuhinya
aturan main keadilan ekonomi tersebut.
24
Menurut G.Ripert
25
diaturnya masalah kerja dalam hukum sosial tersendiri dalam hal ini hukum ketenagakerjaan adalah akibat kenyataan sosial yang dalam
kehidupan ekonomis mengalami perubahan atau pergeseran, di mana perlindungan kepentingan kerja dalam perjanjian kerja merupakan kepentingan umum yang tidak
dapat lagi diabaikan berdasarkan asas kebebasan individu serta otonomi individu dalam mengadakan perjanjian kerja.
23
Agusmidah,Op.Cit, hlm. 132.
24
Mubyarto, Indonesia Unik Karena Ketahanan Ekonomi Rakyatnya Laporan Pertemuan dengan Presiden Megawati 18 Maret 2002, Jurnal Ekonomi Rakyat diakses dari
http:www.ekonomirakyat.orggaleri_watwartalip-2.htm , diakses terakhir kali tanggal 12 November
2006 dalam Agusmidah, Op. Cit, hlm. 133.
25
La Regime Democratique et Le Droit Civil Moderne, 1936 dalam FJHM Van der Ven, Pengantar Hukum Kerdja, Terj. Sridadi, Yogyakarta: Kanisius, 1969, hlm. 9 dalam Agusmidah, Op.
Cit, hlm. 3.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
Bergesernya persepsi tersebut tidak lepas dari pengalaman sejarah negara Ripert yang telah membuktikan bahwa gerakan politik buruh mampu membawa
Perancis menjalani Revolusi. Jadi menurutnya kekuatan politik pekerjaburuh sebagai faktor utama yang mendorong Hukum Ketenagakerjaan menjadi bagian dari hukum
publik. Maka dalam penelitian ini penggunaan teori perubahan hukum turut digunakan karena penulis berpendapat bahwa perlindungan hukum terhadap pekerja
mengalami perubahan. Paling tidak ada empat perubahan tersebut yaitu:
26
Pertama, perubahan yang berasal dari luar sistem hukum yakni masyarakat, namun dampaknya hanya berakhir
pada perubahan sistem hukum itu sendiri. Kedua, perubahan yang berasal dari luar yakni dari masyarakat dan membawa dampak pada perubahan masyarakat. Ketiga,
perubahan dari dalam sistem hukum itu sendiri, namun hanya berdampak secara internal hukum. Keempat, perubahan dari dalam hukum dan berdampak ke luar atau
ke masyarakat. Perubahan hukum sebagaimana digambarkan oleh Friedman pada dasarnya
akan melahirkan karakteristik hukum dipandang dari posisi dan hubungannya dengan masyarakat, yaitu substansi hukum yang represif, otonom dan responsif.
27
Model Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia dianggap model hukum korporatis
28
yang
26
Satya Arinanto, Kumpulan Tulisan Politik Hukum 2, Pilipe Nonet and Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law, Jakarta: Universitas Indonesia, 2004, hlm.117.
27
Ibid.
28
Tamara Lothion, The Political Consequences of Labor Law Regimes: The Contractualist and Corporatist Models Compared, Cardozo Law Review, Vol. 7, 1986, hlm. 1. Lihat dalam
Agusmidah, Op. Cit.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
mengatur hubungan ketenagakerjaan melalui jalan legislasi dalam bentuk perundang- undangan.
Untuk itu dalam penelitian ini juga menggunakan teori hukum perburuhan sebagai suatu bentuk intervensi pemerintah terhadap mekanisme perburuhan melalui
peraturan perundang-undangan yang telah membawa perubahan mendasar, yakni menjadikan sifat hukum perburuhan menjadi ganda yaitu bersifat privat yang melekat
pada prinsip adanya hubungan kerja yang ditandai dengan adanya perjanjian kerja antara buruh dengan pengusaha atau majikan, sekaligus juga sifat publik dalam artian
adanya sanksi pidana, sanksi administratif bagi pelanggar ketentuan di bidang ketenagakerjaanperburuhan dan ikut campur tangannya pemerintah dalam
menetapkan besarnya upah.
29
Pemerintah negara harus mampu memposisikan dirinya sebagai regulator yang bijak melalui sarana pembentukan dan pelaksanaan Hukum Ketenagakerjaan
dikarenakan Hukum Ketenagakerjaan akan menjadi sarana utama untuk menjalankan kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan itu sendiri. Kebijakan
ketenagakerjaan labor policy, di Indonesia dapat dilihat dalam UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, juga dalam peraturan perundang-undangan yang terkait.
30
Selanjutnya mengenai pengertian hukum perburuhan dapat didefinisikan sesuai pernyataan Iman Soepomo bahwa hukum perburuhan adalah suatu himpunan
29
Lalu Husni, Op. Cit, hlm.10.
30
Agusmidah, Op. Cit, hlm. 30-31.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
peraturan, baik tertulis maupun tidak yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
31
Menurut Eggy Sudjana secara umum penyebab lemahnya kondisi pekerjaburuh di Indonesiadi antaranya yakni:
32
1. Lemahnya posisi tawar tenaga kerja berhadapan dengan pemilik perusahaan atau
industri karena keahlian dan tingkat pendidikan yang rendah 2.
Kebijakan pemerintah yang kurang responsif dan akomodatif terhadap perubahan- perubahan yang terjadi di masyarakat.
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran tulisan ini berikut dijelaskan definisi operasional dari istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini,
yaitu: 1.
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
33
2. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
34
31
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. VI, Jakarta: Djambatan, 1983, hlm.3.
32
Eggy Sudjana, Nasib Dan Perjuangan Buruh di Indonesia, makalah disampaikan pada diskusi Publik Nasib dan Perjuangan Buruh di Indonesia yang diselenggarakan Pusat Kajian
Ketenagakerjaan Majelis Nasional KAHMI Center , Jakarta, 24 Juni 2005, hlm.2-3.
33
Rumusan ini berdasarkan Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
34
Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
3. Pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
35
4. Pengusaha ialah:
36
a. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milik sendiri b.
Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya
c. Orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
5. Perusahaan adalah:
37
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik perseorangan,
milik persekutuan atau milik badan hukum baik milik swasta maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerjaburuh dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain. b.
Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain. 6.
Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerjaburuh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.
38
35
Pasal 1 Butir 3 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
36
Pasal 1 Butir 5 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
37
Pasal 1 Butir 6 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
7. Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
39
8. Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
didasarkan atas:
40
a. Jangka waktu; atau
b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.
9. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu:
41
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama dan paling lama 3 tiga tahun c.
Pekerjaan yang bersifat musiman; atau d.
Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
10. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerjaburuh
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
42
11. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari unsur
38
Pasal 1 Butir 14 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
39
Pasal 56 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
40
Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
41
Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
42
Pasal 1 Butir 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
pengusaha, pekerjaburuh dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
43
12. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerjaburuh
dan pengusaha.
44
13. Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya
atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
45
14. Kesejahteraan pekerjaburuh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.
46
G. Metode Penelitian