1 Menteri atau pejabat yang ditunjuk mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 15, Pasal 25, Pasal 38 ayat 2, Pasal 45 ayat 1, Pasal 47 ayat 10,
Pasal 48, Pasal 87, Pasal 106, Pasal 126 ayat 3 dan Pasal 160 ayat 1dan ayat 2 Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
2 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 berupa:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagaian atau seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
3 Ketentuan mengena administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan
ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Menteri.
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek
Undang-Undang Jamsostek ini hanya mengatur ketentuan pidananya saja. Tidak ada mengatur mengenai sanksi administratif dan hanya terdiri dar dua 2 Pasal
saja yaitu antara lain sebagai berikut: Pasal 29
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
1 Barang siapa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat 1, Pasal 10 ayat 1, ayat 2 dan ayat 3, Pasal 18 ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4 dan ayat 5, Pasal 19 ayat 2, Pasal 22 ayat 1 dan Pasal
26, diancam dengan kurungan selama-lamanya 6 enam bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,00,- lima puluh juta rupiah.
2 Dalam hal pengulangan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan selama-
lamanya 8 delapan bulan.
3 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 adalah pelanggaran.
Pasal 30 Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
ayat 1 dan ayat 2 terhadap pengusaha, tenaga kerja dan Badan Penyelenggara yang tidak memenuhi ketentuan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya
dikenakan sanksi administrasi, ganti rugi atau denda yang akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
D. Perubahan Substansi Perlindungan Terhadap PekerjaBuruh Di Bidang Ketenagakerjaan Yang Mengatur Tentang PKWT
Membicarakan perlindungan terhadap buruh haruslah bermula dari pemahaman terhadap hubungan yang terjadi antara buruh-majikan. Dalam hunbungan
buruh-majikan, posisi buruh selalu subordinatif dengan majikan. Hal ini merupakan
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
kesejatian akibat tidak seimbangnya kekuasaan ekonomi yang pada akhirnya menimbulkan ketidakseimbangan kekuasaan politik yang melekat pada buruh dan
pada majikan. Secara sosiologis buruh adalah orang atau kelompok yang tidak bebas.
Sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup lain daripada tenaganya saja, ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain dan majikan inilah pada dasarnya menentukan
syarat-syarat kerja itu,
129
atau yang dalam hubungan-hubungan pribadi disebut sebagai kelemahan sruktural.
130
Secara sederhana ketidakseimbangan hubungan buruh-majikan ini dapat diilustrasikan dengan pengalaman setiap orang saat melamar pekerjaan. Orang yang
melamar pekerjaan pasti membutuhkan pekerjaan tersebut karenanya tidak berani dan tidak dapat menentukan syarat-syarat kerja. Apabila ada yang berani menentukan
syarat-syarat kerja semisal gaji, maka resiko tidak diterima apabila pengusaha tidak setuju dengan penawaran dari pelamar kerja tersebut, harus ditanggung oleh si
pelamar tersebut. Dengan demikian sebenarnya tidak pernah ada kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerja.
Hal serupa mengenai aturan Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu selanjutnya disingkat dengan KKWT yang telah meluaskan praktek kerja kontrak. Pelanggaran
129
A. S. Finawati, Buruh Di Indonesia: Dilemahkan Dan Ditindas dalam Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan Jakarta: Djambatan, 2003, hlm. 8. Diakses dari
httpwww.pemantaukeadilan.comdetildetil.php?id=168tipe=opini pada tanggal 1 Juni 2008.
130
A. S. Finawati, Buruh Di Indonesia: Dilemahkan Dan Ditindas, ed. A.A.G.Peter dan Koesriani Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial Buku Teks Sosiologi Hukum Buku III,
Jakarta: Sinar Harapan, 1990, hlm. 69, diakses dari httpwww.pemantaukeadilan.comdetildetil.php?id=168tipe=opini pada tanggal 13 Juni 2008.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
tidak hanya untuk ketentuan waktu kontrak yang tidak boleh melebihi 2 tahun dan perpanjangan 1 kali dengan total keseluruhan masa kontrak tidak boleh melebihi 3
tahun, tetapi juga untuk jenis pekerjaan yang boleh dikontrak. Berdasarkan dari data di lapangan dapat dilihat bahwa ternyata pemberlakuan
KKWT sudah merupakan kondisi umum dari hubungan industrial. Hal ini bukan saja terjadi d perusahaan swasta, namun juga terjadi pada Badan Usaha Milik
Negara....”Data lapangan menunjukkan bahwa sistem kerja kontrak inipun hampir terjadi di semua jenis pekerjaan. Dari bagian kebersihan, keamanan sampai ke bagian
pembukuanaccounting, marketing, perencanaan serta penjualan. Dari segi jabatan pun dapat dilihat bahwa sistem kerja kontrak juga terjadi dari posisi yang paling
rendah seperti office boy, satpam sampai ke supervisor bahkan manager.”
131
Setelah bertahun-tahun melewati proses pembahasan serta beberapa kali mengalami pengunduran pengesahan akibat penolakan buruh, akhirnya undang-
undang ini disahkan dalam rapat paripurna DPR tanggal 25 Februari 2003. Melengkapi substansi undang-undang ini yang bermasalah, proses pembahasan
bahkan pengesahan serta pengundangannya juga bermasalah. Setelah beberapa kali penolakan besar-besaran oleh buruh terhadap rencana
pengesahan RUU Ketenagakerjaan saat itu masih bernama RUU PPK antara lain
131
A. S. Finawati, Buruh Di Indonesia: Dilemahkan Dan Ditindas, Adi Haryadi dan Timboel Siregar, Penelitian Pekerja Kontrak Di 5 Kota Besar Di Indonesia: Quo Vadis Pekerja Kontrak, Kerja
sama AIRC ASPEK Indonesia Research Centre dan ACILs American Centre for International Labor Solidarity, diakses dalam httpwww.pemantaukeadilan.comdetildetil.php?id=168tipe=opini
pada tanggal 13 Juni 2008.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
akhir Juli 2002 dan 23 September 2002,
132
untuk melegitimasi bila undang-undang ini disetujui oleh buruh, maka DPR melibatkan serikat buruh secara intensif dan
akhirnya membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang anggota serikat buruh. Tugasnya adalah membahas substansi undang-undang.
Persetujuan mereka yang tergabung dalam tim kecil terhadap RUU Ketenagakerjaan ini kemudian dilegitimasi sebagai persetujuan seluruh buruh. Selain
masalah pendanaan tim kecil yang tidak jelas asal-usulnya, pembentukan tim kecil yang manipulatif, tidak partisipatif serta transparan menyebabkan keanggotaan orang-
orang dalam tim kecil ini akhirnya ditolak serikat buru di mana mereka menjadi anggota, bahkan serikat buruh mereka ikut menjadi pemohon judicial review Undang-
Undang Ketenagakerjaan. Di luar masalah prosedural, substansi pasal-pasal undang-undang ini sangat
jelas menggambarkan upaya sistematis untuk melepaskan tanggung jawab Negara akan kewajiban melindungi buruh. Hal ini dilakukan antara lain dengan mengurangi
atau menghilangkan perlindungan yang telah ada dalam undang-undang sebelumnya.
132
A. S. Finawati, Buruh Di Indonesia: Dilemahkan Dan Ditindas, Kompas Cyber Media, diakses dari httpwww.pemantaukeadilan.comdetildetil.php?id=168tipe=opini pada tanggal 13 Juni
2008.
Muhammad Fajrin Pane : Perlindungan Hukum Terhadap PekerjaBuruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu…, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan