Riwayat Rasyîd Ridâ dan Tafsir al-Manâr

18

BAB II PENAFSIRAN RASYÎD RIDÂ TERHADAP SURAT AL-MÂIDAH

AYAT 67 DALAM TAFSIR AL-MANÂR

A. Riwayat Rasyîd Ridâ dan Tafsir al-Manâr

a. Riwayat Hidup Rasyîd Ridâ

Qalamun adalah sebuah desa yang dekat dengan kota Tripoli, Libanon. tempat kelahiran Sayyid Muhammad Rasyîd Ridâ pada tanggal 27 Jumadi al-Ûla 1282 H atau 18 Oktober 1865 M. Saat itu Libanon merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Turki Utsmani. 1 Menurut salah satu riwayat bahwa Rasyîd Ridâ mempunyai silsilah dari Husain bin ‘Ali bin Abî Tâlib, cucu Nabi saw., oleh karena itu beliau diberi gelar Sayyid. Keluarga beliau dikenal dengan sebutan Syaikh merupakan keluarga yang sangat taat dalam beragama serta menguasai ilmu-ilmu agama. 2 Beliau mengawali pendidikan di desanya dengan membaca al- Qur’an, menulis dan berhitung. berbeda dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya, beliau lebih senang menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku dari pada bermain. 3 Sejak kecil ia telah memiliki kecerdasan yang tinggi dan keterkaitannya terhadap ilmu pengetahuan. 1 A. Athaillah, Rasyîd Ridâ: Konsep Teologi dalam Tafsir Al-Manar, Jakarta: Erlangga, 2006, h. 26 2 Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997, h. 162 3 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, cet III, h, 161 19 Setelah lancar membaca dan menulis, beliau kemudian masuk ke madrasah Rusydiyyah, sekolah milik pemerintah Tripoli. Hanya dalam waktu lima tahun beliau belajar nahwu dan sharaf dan ilmu agama lainnya seperti aqidah dan ibadah, ilmu bumi dan matematika. Namun bahasa yang dipakai di madrasah tersebut bukanlah bahasa Arab, melainkan bahasa Turki. Hal itu tidak mengherankan karena madrasah tersebut milik Pemerintah Turki Utsmani. Di samping itu tujuan madrasah milik pemerintah tersebut adalah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjadi pegawai pemerintah Turki Utsmani. 4 Karena enggan menjadi pegawai pemerintah kemudian beliau melanjutkan ke sekolah Islam Negeri, dengan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar, yang didirikan dan dipimpin oleh seorang ulama besar Syam Syaikh Husain al- Jisr, ide pembaharuan pada diri ridha sangat dipengaruhi oleh pemikiran- pemikiran gurunya Syaikh al-Jisr. Rasyîd Ridâ juga seoarang pengikut tarekat, yaitu Tarekat al- Naqsyabandiyah , berdasarkan pengalamannya di dunia tarekat, ia menyimpulkan bahwa ajaran-ajaran tarekat yang berlebihan dalam cara beribadat dan pengkultusan seorang guru membuat seorang mempunyai sikap statis dan pasif, sikap-sikap seperti itu jelas merugikan umat Islam. Ide-ide pembahruan penting yang dibawa Rasyîd Ridâ adalah dalam bidang agama, bidang pendidikan dan bidang politik. Dalam bidang agama ia berpendapat bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi 4 A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep Teologi dalam Tafsir Al-Manar, h. 27 20 mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara murni seperti yang dipraktekan pada masa Rasulullah Saw dan sahabat-sahabatnya, melainkan ajaran-ajaran yang sudah banyak bercampur dengan bid’ah dan khurafât. Selanjutnya ia menegaskan, jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada al- Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. dan tidak terikat dengan pendapat ulama-ulama terdahulu yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan hidup modern. 5 selain banyak belajar, beliau juga menekuni perkembangan dunia Islam melalui media masa al-Urwah al- Wutsqâ yang sekaligus memberikan pengaruh besar pada perkembangan jiwanya. 6 Rasyîd Ridâ sangat ingin menemui al-Afghani tetapi keinginannya tersebut tidak tercapai, karena al-Afghani lebih dahulu meninggal sebelum Rasyîd Ridâ sempat menemuinya, dan yang hanya sempat beliau temui adalah Muhammad Abduh yang ketika itu berada dalam pembuangan di Beirut, dengan tekad untuk melepaskan umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohan. 7 Di Mesir, Rasyîd Ridâ mengungkapkan keinginannya untuk menerbitkan suatu surat kabar yang mengolah masalah-masalah sosial, budaya dan agama. Kemudian terbitlah majalah al-Manâr pada tahun 1898 M, dengan tujuan yang sama dengan al- ‘Urwatul Al-Wutsqâ, yaitu memajukan umat Islam dan menjernihkan agama Islam dari segala paham 5 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, h, 163 6 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar Jakarta: Lentera Hati, cet II, 2007, h. 76 7 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, h, 163 21 yang menyimpang. Dari tulisan-tulisan Rasyîd Ridâ yang diterbitkan Al- Manâr mengenai catatan-catatan tafsir, beliau memberi saran kepada gurunya untuk menafsirkan al- Qur’an dengan tafsiran yang relevan sesuai dengan tuntutan zaman. dan kemudian dibukukanlah catatan-catatan tersebut menjadi tafsir al-Manâr. 8 Rasyîd Ridâ memiliki ide pembaharuan dalam bidang agama, pendidikan dan politik serta mengajak kepada umat Islam agar kembali ke zaman awal dengan aqidah murni bersandar kepada al- Qur’an dan al- Hadis. 9 Agar terlepas dari keyakinan umat Islam yang berupa tahayul dan bid ’ah, faham fatalisme dan paham-paham yang diajarkan oleh tarekat- tarekat tasawuf. Di samping itu pula bagi beliau wahyu senantiasa mendorong umat untuk menggunakan akal, oleh karena itu beliau juga melarang sikap taqlid dan beliau pun menghargai akal manusia. Menurutnya akal dapat dipakai untuk memahami ajaran mengenai kehidupan masyarakat yang memiliki keadaan berubah-ubah. 10 Dalam pemikiran-pemikiran Ridha yang telah dikemukakan tidak jauh berbeda dengan pemikiran-pemikiran guru beliau Abduh dan Al- Afghani. Muhammad Abduh dengan al-Urwah al-Wutsqâ mampu mengubah kesufian jiwa Rasyîd Ridâ menjadi pemuda yang penuh semangat. 8 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, h, 162 9 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, h, 162 10 Muhaimin, Pembaharuan Islam Refleksi Pemikiran Rasyid Ridha dan Tokoh-tokoh Muhamadiyah , Cirebon: Pustaka Dinamika, 2000, h. 18 22 Kalau semula usaha Rasyîd Ridâ hanya terbatas pada perbaikan akidah dan syariat masyarakat, menjauhkan mereka dari kemewahan duniawi dengan mempratekkan zuhûd, selanjutnya ia beralih pada usaha- usaha membangkitkan semangat umat Islam untuk melaksanakan ajaran islam secara utuh, serta membela dan membangun negara dengan ilmu pengetahuan dan industri. Bahkan beliau bisa memahami ajaran Islam dengan suatu jalan baru, yakni bahwa Islam bukan hanya agama ruhani- ukhrowi semata, melainkan juga agama ruhani jasmani, ukhrowi dan duniawi yang bertujuan antara lain memberi petunjuk kepada manusia untuk menguasainya dengan sungguh-sungguh. 11 Perhatiannya yang sangat besar di bidang pendidikan adalah alasan mengapa ia selalu menghimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Menurutnya umat Islam hanya akan maju apabila menguasai bidang pendidikan. 12 Keaktifan Rasyîd Ridâ di dunia politik menghantar ia menjadi Presiden Kongres Suriah tahun 1920, delegasi Palestina – Suriah di Jenewa tahun 1921, Komite Politik di Kairo tahun 1925 dan menghadiri Konferensi Islam di Mekkah tahun 1926 dan di Yerussalem tahun 1931. Ide-idenya yang penting adalah mengenai persaudaraan Islam Ukhuwwah al-Islâm . Ia melihat salah satu penyebab kemunduran umat Islam ialah perpecahan yang terjadi di kalangan mereka, untuk itu ia menyeru umat 11 Nurjannah Ismail, Perempuan dalam Pasungan Yogyakarta: LKIS, 2003,cet. I, h. 132 12 Kufrawi Ridwan ed, Ensiklopedi Islam, h. 163 23 Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, sistem pendidikan dan tunduk pada satus sitem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk Khilâfah. seperti pada masa al-Khulafâ al- Râsyidîn . Pada tanggal 23 Jumadil Ula 1354 H atau tanggal 22 Agustus 1935 M, Muhammad Rasyîd Ridâ wafat disebabkan mengalami kecelakaan dan geger otak. 13 Beberapa karya Rasyîd Ridâ, diantaranya yaitu : 14 1. Al-Hikmah al-Syar’iyyah fi Muhkamât ad-Dadiriyah wa al-Rifâ’iyyah 2. Al-Azhar dan al-Manâr 3. Târikh al-Ustâdz al-Imâm al-Syaikh Muhammad Abduh 4. Nidâ’ li al-Jinsi al-Latîf 5. Dzikra al-Maulid al-Nabawi 6. Risâlatu Hujjat al-Islâm al-Ghazali 7. Al-Sunnah wa al-Syi’ah 8. Al-Wahdah al-Islamiyyah 9. Haqîqatu al-Ribâ 10. Tafsîr Surat al-Kautsar, al-Kâfirûn, al-Ikhlâs dan Al-Mu’awwidzatain

b. Riwayat Tafsir al-Manâr

Tafsîr al-Q ur’ân al-Hakîm adalah nama Tafsir al-Mânar merupakan penisbatan atas majalah yang diterbitkan oleh Rasyîd Ridâ. Berjumlah dua belas jilid tafsir ini bertujuan untuk memberikan 13 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar , h. 82 14 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar, h.79-80 24 pemahaman bagi umat Islam bahwa Kitâbullâh merupakan sumber ajaran agama Islam membimbung manusia ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat. 15 Tafsir al-Manâr pada dasarnya merupakan hasil karya tiga orang tokoh Islam, yaitu Sayyid Jamaluddin al-Afghâni, Syaikh Muhammad Abduh dan Sayyid Muhammad Rasyîd Ridâ. Tokoh pertama menanamkan gagasan perbaikan masyarakat kepada sahabat dan muridnya, Syaikh Muhammad Abduh. Oleh tokoh kedua ini gagasan itu dicerna, diterima dan diolah kemudian disampaikan melalui penafsiran ayat-ayat al- Qur’an. 16 Tokoh ketiga yang kemudian menulis semua yang disampaikan oleh sahabat dan gurunya itu dalam bentuk ringkasan dan penjelasan. Ringkasan dan penjelasan itu kemudian dimuat secara berturut- turut dalam majalah al-Manar, yang dipimpin dan dimilikinya itu dengan judul “Tafsîr al-Qur’ân al-Hakîm” yang disadur dari kuliah Muhammad abduh. Abduh sempat menyampaikan kuliah-kuliah tafsirnya dari surat al- Fatihah sampai dengan surat an-Nisa ayat 125. Kemudian Rasyîd Ridâ menafsirkan ayat-ayat al- Qur’an secara sendirian yang pada garis besarnya mengikuti metode dan ciri-ciri pokok yang digunakan oleh gurunya sampai dengan surat Yusuf ayat 52. 17 Oleh karena itu tafsir al-Manâr yang terdiri dari 12 jilid itu lebih wajar untuk dinisbahkan kepada Rasyîd Ridâ, sebab disamping lebih banyak yang 15 Muhammad Rasyîd Ridâ, Tafsîr al- Qur’ân al-Karîm al-Syahîr bi al-Tafsîr Al-Manâr, Beirut: Dar al- Ma’rifah, jilid I, h. 4 16 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar , h. 84 17 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar , h. 84 25 ditulisnya, baik dari segi ayat maupun halamannya, juga karena dalam penafsiran ayat-ayat surat al-Fâtihah, surat al-Baqarah, dan surat al-Nisâ ditemui pula pendapat-pendapat Rasyîd Ridâ yang ditandai olehnya dengan menulis kata “aqûlu” sebelum menguraikan pendapatnya sendiri. 18

c. Metode dan Corak Tafsir Al-Manâr

Rasyîd Ridâ dalam Muqaddimah tafsirnya mengatakan: Kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang menghimpun riwayat- riwayat yang shahih dan pandagan akal yang tegas, yang menjelaskan hikmah-hikmah syariah serta sunnatullâh yang berlaku terhadap manusia, dan menjelaskan fungsi al-Qur ’an sebagai petunjuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat, serta membandingkan antara petunjuknya dengan keadaan kaum muslim dewasa ini yang telah berpaling dari petunjuk itu, serta membandingkan pula dengan keadaan para salaf leluhur yang telah berpegang dengan tali hidayah itu. Tafsir ini disusun dengan redaksi yang mudah sambil berusaha menghindari istilah-istilah ilmu dan teknis sehingga dapat dimengerti oleh orang awam tetapi tidak diabailan oleh orang khusus cendekiawan. Itulah cara yang ditempuh oleh filosof Islam al-Ustâdz al-Imâm Syaikh Muhammad Abduh dalam pengajaran di al-Azhar. 19 Apabila melihat penjelasan mengenai riwayat Tafsir Al-Manâr maka sudah barang tentu metode dan corak Tafsir Al-Manâr yang ditulis oleh Rasyîd Ridâ ini juga mengikuti metode dan corak yang digunakan oleh gurunya Muhammad Abduh. Metode yang digunakan adalah analisis ayat tahlîli 20 dan corak penafsirannya adalah adabi ijtimâ ’i 21 sastra kemasyarakatan. 22 18 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar , h. 85 19 Muhammad Rasyîd Ridâ, Tafsîr al- Qur’ân al-Karîm al-Syahîr bi al-Tafsîr Al-Manâr, Beirut: Dar al- Ma’rifah Jilid. I, h. 1 20 Metode Tahlili, Berasal dari kata halala Yuhalilu, Tahlili yang berarti mengurai atau menganalisis. Metode tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat Al-Qur‟ ân dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan yang 26 Corak Penafsiran Al-Manâr berorientasi pada sosial, sastra dan kemasyarakatan, suatu corak yang menitikberatkan penjelasan ayat al- Qur’an pada segi ketelitian redaksionalnya, kemudian menyusun kandungan ayat-ayatnya dalam suatu redaksi yang indah dengan penonjolan tujuan utama turunnya al- Qur’an, yakni membawa petunjuk dalam kehidupan, kemudian merangkaikan pengertian ayat tersebut dengan hukum-hukum alam yang berlaku dalam masyarakat dan perkembangan dunia. 23 Menurut Rasyîd Ridâ seperti yang diakuinya sendiri bahwa terdapat beberapa perbedaan dirinya dengan gurunya Muhammad Abduh dalam menulis al-Manâr. Dalam pernyataannya dia menjelaskan bahwa dia menggunakan metode penafsiran yang berbeda dengan metode yang telah digunakan gurunya. Metode tersebut adalah memperluas penjelasan dengan hadis-hadis sahih, menahqiqan sementara kosa kata kalimat dan masalah-masalah yang telah menimbulkan perbedaan pendapat di terdapat dalam Al-Qur‟ ân Mushaf Utsmani. Tafsir ini disebut juga Tajzi ‟ i parsial. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur ‟ ân Al-Karîm , h. V, pengantar, lihat juga Sejarah „Ulum al- Qurân Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, cet. Ke-1, h.172-192 21 Corak Adabi Ijtima ‟ i adalah corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟ ân berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa yang lugas, dengan menekankan tujuan yang pokok diturunkannya al-Qur‟ ân, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat. Lihat Muhammad Husein al-Dzahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, Kairo: Dar al-Kutub al-haditsah, 1986 Jilid. II, h. 574 22 Muhammad Husein al-Dzahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun, Kairo: Dar al-Kutub al- haditsah, 1986 Jilid. III, h. 214 23 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar , h. 5 27 kalangan ulama juga memperbanyak ayat-ayat penguat yang dipetik berbagai surat. 24 Menurut Harun Nasution seperti yang dikutip oleh A. Athaillah bahwa perbedaan tersebut antara lain terlihat pada masalah-masalah teologi dan dalam menafsirkan ayat-ayat antropomorfisme Abduh lebih liberal daripada Ridâ. 25 Adapun M. Quraish Shihab mengklasifikasikan perbedaan tersebut, yang diantaranya : 26 1. Keluasan pembahasan tentang ayat-ayat yang ditafsirkan dengan hadits-hadits Nabi saw. 2. Keluasan Pembahasan tentang penafsiran ayat-dengan ayat yang lain. 3. Penyisipan pembahasan-pembahasan yang luas tentang hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya, dengan tujuan mengantar kepada penjelasan tentang petunjuk agama, baik yang menyangkut argumentasi keyakinan maupun pemecahan problem- problem yang berkembang. 4. Keluasan pembahasan tentang arti mufradât kosakata, susunan redaksi, serta pengungkapan pendapat-pendapat ulama dalam bidang tersebut. 24 Muhammad Rasyîd Ridâ, Tafsîr al- Qur’ân al-Karîm al-Syahîr bi al-Tafsîr Al-Manâr, jilid I, h. 16 25 A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep Teologi dalam Tafsir Al-Manar, h. 5 26 M. Quraish Shihab, Rasionalitas Al- Qur’an: Studi Kritis atas Tafsir Al-Manar,h. 85-86 28

B. Penafisran Rasyîd Ridâ tentang surat al-Mâidah ayat 67

Dokumen yang terkait

Nilai pendidikan akhlak tentang sikap adil dalam perspektif AL-QUR'AN (Kajian Tafsir Surat An-Nahl Ayat 90 dan Al-Maidah Ayat 8)

4 62 94

PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM SURAT AL-MAIDAH AYAT 8-11 Pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al-Maidah ayat 8-11.

0 11 10

PENAFSIRAN AYAT AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL AZHAR DAN TAFSIR AL MISHBAH

0 8 19

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 16

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 4 21

PENAFSIRAN AYAT-AYAT SUMPAH DALAM JUZ'AMMA (STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 14

Makna nafs wahidah dalam Al-Qur'an: studi analisis komparatif penafsiran Rashid Rida dan Ibn Kathir terhadap surat An-Nisa ayat 1.

6 21 85

METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL QURAN SURAT AL MAIDAH AYAT 67 DAN AL NAHL AYAT 125 ( KAJIAN TAFSIR AL MISBAH) SKRIPSI

0 2 114