Menurut Smith, faktor yang dapat memprediksi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah fungsi atau tugas pemerintahan, kemampuan pemungutan pajak
daerah, bidang tugas administrasi, jumlah pelimpahan wewenang, besarnya anggaran belanja, wilayah, ketergantungan keuangan, dan personil.
38
B. Jenis-jenis Desentralisasi
Secara umum, faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan sumber daya manusia
aparat maupun masyarakat, sumber daya alam, kemampuan keuangan finansial, kemampuan manajemen, kondisi sosial budaya masyarakat, dan karakteristik ekologis,
maskipun setioap pakar itu meletakkan tata urut nomornya sering berlainan.
Organisasi yang besar dan kompleks seperti negara Indonesia tak akan efisien jika semua kewenangan politik dan administrasi diletakkan pada puncak hirarki organisasi
pemerintah pusat, karena pemerintah pusat akan menanggung beban yang berat. Juga tidak cukup hanya jika hanya dilimpahkan secara dekonsentrasi kepada pejabat di
beberapa wilayah negara. Agar kewenangan tersebut dapat diimplementasikan secara efisien dan akuntabel, maka sebagian kewenangan politik dan administrasi perlu
diserahkan pada jenjang organisasi yang lebih rendah. Penyerahan sebagian kewenangan politik dan administrasi pada jenjang organisasi yang lebih rendah disebut desentralisasi.
Jadi, desentralisasi adalah penyerahan wewenang politik dan administrasi dari puncak hirarki organisasi pemerintah pusat kepada jenjang organisasi di bawahnya pemerintah
38
Brian Smith C, dalam International Review if Administrative Sciences, Vol. XLV, 1979, hal. 214-222.
Universitas Sumatera Utara
daerah. Dua kewenangan tersebut politik dan administrasi diserahkan kepada pemerintah daerah.
39
Henry Maddick menjelaskan, desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan secara hukum untuk menangani bidang-bidang fungsi-fungsi tertentu kepada daerah otonom.
Rondinelli, Nellis, dan Chema mengemukakan, desentralisasi merupakan penciptaan atau penguatan, baik keuangan maupun hukum, pada unit-unit pemerintahan subnasional yang
penyelenggaraannya secara substansial berada di luar kontrol langsung pemerintah pusat.
40
Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945, Indonesia merupakan negara yang berbentuk kesatuan einheidstaat. Hubungan dan mekanisme antara pemerintah pusat
dan daerah merupakan conditio sine qua non dalam negara yang berbentuk kesatuan seperti Negara Republik Indonesia. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah RI No. 79
Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia sebagai negara
kesatuan dalam penyelenggaraan pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaran asas desentralisasi secara bulat dan
utuh dilaksanakan di daerah kabupaten dan kota. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah otonom untuk dapat mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat secara bertanggung jawab menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
41
39
Hanif Nurcholis, Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2007, hal. 3
40
Ibid, hal. 3-4.
41
Priyanto Susiloadi, Konsep dan Isu Desentralisasi dalam Manajemen Pemerintahan di Indonesia, http:fisip.uns.ac.idpublikasisp3_2_priyanto.pdf. diakses pada tanggal 12 April 2010.
Universitas Sumatera Utara
Sentralisasi, dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas pembantuan adalah konsep- konsep yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam organisasi, termasuk
organisasi negara. Menurut M. Faltas, terdapat dua kategori dalam pengambilan keputusan, yaitu keputusan politik dan keputusan administratif. Keputusan politik sering
disebut juga dengan keputusan alokasi, sedangkan keputusan administratif sering pula disebut dengan keputusan pelaksanaan.
42
1. Keputusan alokasi dan keputusan pelaksanaan dilakukan pada puncak hirarki
secara terpusat. Inilah yang disebut dengan sentralisasi penuh. Dua jenis pengambilan keputusan tersebut dalam struktur organisasi dapat
bervariasi:
2. Keputusan alokasi diambil pada puncak organisasi, sedangkan keputusan
pelaksanaan dilakukan pada jenjang-jenjang yang lebih rendah. Inilah yang disebut dengan dekonsentrasi.
3. Keputusan alokasi dan keputusan pelaksanaan semuanya diserahkan sepenuhnya
pada jenjang-jenjang organisasi yang lebih rendah. Inilah yang disebut dengan desentralisasi.
43
JHA Logemann menyebut butir 2 dan 3 sebagai desentralisasi. Logemann memasukkan dekonsentrasi dalam desentralisasi. Dengan demikian, desentralisasi
mempunyai arti yang luas. Logemann membagi desentralisasi menjadu dua macam, yaitu:
44
1. Dekonsentrasi atau desentralisasi jabatan ambtelijke decentalisatie, yaitu
pelimpahan kekuasaan dari alat perlengkapan negara tingkatan lebih atas kepada
42
Ibid, hal. 3
43
Ibid
44
Ibid, hal. 4
Universitas Sumatera Utara
bawahannya guna melancarkan pekerjaan di dalam melaksanakan tugas pemerintah. Misalnya pelimpahan menteri kepada gubernur, dari gubernur kepada
bupati walikota dan seterusnya secara berjenjang. Desentralisasi semacam ini rakyat atau lembaga perwakilan rakyat daerah tidak ikut campur atau dibawa-
bawa.
2. Desentralisasi ketatanegaraan atau staatkundige decentralisatie yang sering juga
disebut sebagai desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintahan regelende en bestuurende bevoerheid kepada daerah-daerah
otonom di dalam lingkungannya. Di dalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu
perwakilan ikut serta di dalam pemerintahan, dengan batas wilayah daerah masing-masing. Desentralisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Desentralisasi teritorial territorial decentralisatie, yaitu penyerahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri
autonomie, batas pengaturannya adalah daerah. Desentralisasi teritorial mengakibatkan adanya otonomi pada daerah yang menerima penyerahan
b. Desentralisasi fungsional funcionale decentralisatie, yaitu pelimpahan
kekuasaan untuk mengatur dan mengurus fungsi tertentu. Batas pengaturan tersebut adalah jenis fungsi.
Bayu Surianingrat membagi desentralisasi atas:
45
a. Desentralisasi jabatan ambtelijk decentralicatie, yaitu pemudaran kekuasaan,
atau lebih tepat pelimpahan kekuasaan dari atasan kepada bawahannya dalam rangka kepegawaian untuk meningkatkan kelancaran pekerjaan. Oleh karena itu,
desentralisasi itu disebut juga dekonsentrasi.
b. Desentralisasi kenegaraan statkundige decentralisatie, yaitu penyerahan
kekuasan untuk mengatur daerah dalam lingkungannya untuk mewujudkan asas demokrasi dalam pemerintahan negara. Di dalam desentralisasi ini, rakyat secara
langsung mempunyai kesempatan untuk turut serta participation dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerahnya.
Ada yang menganggap bahwa desentralisasi sebagai pengakuan adanya hak untuk
mengatur dan mengurus urusan tertentu pada badan-badan dan golongan di tingkat bawahan. Amrah Muslimin membdakan pengakuan adanya hak itu dalam tiga macam
desentralisasi, yaitu:
46
45
Bayu Surianingrat, Desa dan Kelurahan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, Metro Pos, Jakarta, 1980, hal. 28-29.
46
Dalam Ateng Syafruddin, Kapsel Hakikat dan Otonomi Daerah dan desa dalam Pembanguan Daerah, Citramedia, Yogyakarta, 2006, hal. 73-74.
Universitas Sumatera Utara
1. Desentralisasi politik sebagai pengakuan adanya hak mengurus kepentingan
rumah tangga sendiri pada badan-badan politik di daerah-daerah, yang dipilih oleh rakyat daerah-daerah tertentu.
2. Desentralisasi fungsional sebagai pengakuan adanya hak pada golongan-golongan
mengurus suatu macam atau golongan kepentingan dalam masyarakat, baik terikat ataupun tidak pada suatu daerah tertentu, umpamanya mengurus kepentingan
perairan bagi golongan tani dalam suatu atau beberapa daerah tertentu Subak di Bali, dan
3. Desentralisasi kebudayaan yang mengakui adanya hak pada golongan-golongan
kecil minoriteit menyelenggarakan kebudayaan sendiri mengatur pendidikan, agama, dan lain-lain.
C. Keberadaan Otonomi Desa dalam Otonomi Daerah