Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

(1)

S E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N A

ANALISIS PENGARUH INVESTASI,TENAGA KERJA,

DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

DIHARWAN 107018038/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI,TENAGA KERJA,

DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIHARWAN 107018038/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Penelitian : ANALISIS PENGARUH INVESTASI, TENAGA KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Diharwan Nomro Pokok : 107018038

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing :

(Dr.H.B.Tarmizi,SE,SU) (Dr.Rujiman,MA

Ketua Anggota )

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin ,SE ,M.Ec) (Prof. Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

KETUA : Dr.H.B.Tarmizi,SE,SU ANGGOTA : 1. Dr.Rujiman, MA

2. Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin,SE,M.Ec. 3. Prof.Dr.Ramli,SE,MS


(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI,TENAGA KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SUMATERA UTARA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul : “Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, Agustus 2012 Yang Membuat Pernyataan,


(6)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI,TENAGA KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh , investasi, Kesempatan kerja,Pengeluaran Pemerintah terhadap Prekonomian Propinsi Sumatera Utara dimana faktor-faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah PDRB, Investasi, Kesempatan Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Daerah.

Untuk Tujuan Analisis, peneltian ini menggunakan Data Time Series Tahunan dari 2001 sampai dengan 2010 yang akan diinterpolasi menjadi Data Kwartalan. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Model Ekonometrik. Teknik Analisis menggunakan Regresi Linier Berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa Variabel Investasi,Kesempatan Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah signifikan mempengaruhi PDRB.


(7)

ANALYSIS OF EFFECT OF INVESTMENT, EMPLOYMENT, AND EXPENDITURE OF GOVERNMENT

PROVINCIAL ECONOMIC GROWTH NORTH SUMATRA

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence, investment, employment, government spending on the economy of North Sumatra province where factors such as observed in this study are PDRB, investment, employment and local government spending. For purposes of analysis, research using annual time series data from 2001 to 2010 to be interpolated into data quarterly. The model used in this research is to use econometric models.Techniques using Multiple Linear

Regression Analysis. Other research results indicate that the variable investment, employment, and government spending significantly affect PDRB.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunianya yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini. Penulis memperoleh gelar Magister Ekonomi Pembangunan (S2) pada Sekolah Pascasarjana Program Magister Ilmu-Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan hasil penelitian Penulis yang berjudul : “Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara”

Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Ayahanda Alm.S.Simatupang,SH dan Ibunda Tialis Hasibuan yang sangat penulis sayangi dan hormati yang telah membesarkan, mendidik, mendukung dan mendengarkan keluh-kesah penulis selama ini. Serta kepada Istri Ratnawati dan anak-anakku tercinta Linanda Ramadhani, Andi Dwika Praja dan Vicky Hanggara S yang selalu memberikan semangat dan membuat hidup penulis semakin berwarna.

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang,MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).


(9)

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin Sembiring,SE ,M.Ec selaku Ketua dan selaku Komisi Pembanding Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE,MS selaku Sektretaris dan selaku Komisi Pembanding Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Kasyful Mahalli,SE,M.Si selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan saran didalam penyempurnaan Tesis ini.

6. Bapak Dr. HB.Tarmizi, SE,SU, selaku Pembimbing satu yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada Penulis sehingga Tesis ini semakin lebih baik.

7. Bapak Dr.Rujiman, MA, selaku Anggota Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada Penulis sehingga Tesis ini semakin lebih baik.

8. Yang terhormat kepada seluruh Dosen yang mengajar di Sekolah Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumateraa Utara atas segala kebaikan mereka dalam memberikan Ilmu Pengetahuan kepada Penulis.

9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10. Orang Tua dan Mertuaku Ibu Tialis Hasibuan dan Rosinah yang telah ikut mendukung serta mendo’akan penulis sehingga berhasil dan sukses.

11. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan semangat dan dukungan moril kepada penulis untuk dapat terus menimba ilmu setinggi-tingginya.


(10)

10. Seluruh Rekan-rekan Angkatan XIX Program Studi Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas segaala dukungan,bantuan dan kerja sama selama penulis menyelesaikan Tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga Tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2012

Penulis,

Diharwan


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Diharwan

Agama : Islam

Tempat/Tgl.Lahir : P.Sidempuan, 21 Atustus 1959 Jenis Kelamin : Laki-laki.

Warga Negara : Indonesia.

Alamat : Jl.Medan-Nemorambe Komplek K.Asri Blok I No.50

No.Handphone : 08126479459

Pekerjaan : PNS Kementerian PU pada BWSS II Nama Orang Tua Laki-laki : Alm.S.Simatupang,SH

Nama Orang Tua Perempuan : Hj.Tialis Hasibuan.

Nama Istri : Ratnawati.

Nama Anak : 1. Linanda Ramadhani 2. Andi Dwika Praja.

3.

Vicky Hanggara S

Riwayat Pendidikan Formal :

1. SD Negeri P.Baru, Tamat Tahun 1973 2. SMP Negeri I P.Baru, Tamat Tahun 1976 3. SMU Negeri 2 Medan, Tamat Tahun 1980

4. Diploma III Fak.Ekonomi USU di Medan, Tamat Tahun1986 5. Sarjana Ekonomi STIE Indonesia di Medan, Tamat Tahun 2005


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... . ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik ... 14

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ... 15

2.1.3. Model Pertumbuhan Agregat ... 16

2.1.4. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory ) ... 18

2.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional ... 19

2.2. Angkatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi... 19

2.3. Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2.5. Pengeluaaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi ... 32

2.6. Pengertian Produksi dan Fungsi Produksi ... 36

2.7. Penelitian Terdahulu ... 39

2.8. Kerangka Konseptual ... 42

2.9. Hipotesis ... 43

BAB III : METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Definisi Operational Variabel ... 44

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 45

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 46

3.4. Pengolahan Data ... 46

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 46

3.6. Metode Analisis ... 47

3.6.1. Pengujian Hasil Persamaan Regresi ... 48

BAB IV : GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 53

4.1. Kondisi Geografis Propinsi Sumatera Utara ... 53

4.2. Kondisi Demografis Propinsi Sumatera Utara ... 53


(13)

4.4. Kondisi Tenaga kerja Sumatera Utara ... 58

4.5. Kondisi Penanaman Modal di Propinsi Sumatera Utara ... 60

4.6. Pengeluaran Pemerintah Propinsi Sumatera Utara ... 65

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

5.1. Pengujian Hasil Persamaan Regresi ... 69

5.1.1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 71

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 71

5.1.2.1. Uji Normalitas ... 72

5.1.2.2. Uji Multikolinieritas ... 73

5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 75

5.1.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 76

5.1.3. Uji Statistik ... 77

5.1.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 77

5.1.3.2. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 77

5.1.3.3. Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji F) ... 81

5.2. Pembahasan ... 81

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 84

6.2. Saran ... 85


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Enam Propinsi di Pulau Sumatera

Tahun 2004-2009 (dalam Persen) ... 3 1.2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara

Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan 2000

Tahun 2001 – 2010 (dalam persen) ... 4 1.3. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) Dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMA) Propinsi

Sumatera Utara Tahun 2001 - 2010 ... 5 1.4. Perkembangan Angkatan Kerja Umur 15 Tahun Keatas

Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010 ... 6 1.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama di Propinsi Sumatera Utara Tahun

2001-2010 ... 7 1.6. Proporsi Belanja Aparatur Daerah dan Pelayanan Publik

Terhadap Publik, dan Belanja Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010 Komposisi Penduduk Propinsi

Sumatera Utara menurut Usia Produktif ... 9 4.1. Komposisi Penduduk Propinsi Sumatera Utara Menurut Usia

Tahun 2001 – 2010 (dalam persen) ... 54 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara Atas Harga

Kontan 1993 dan Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2010

(dalam persen) ... 56 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDRB) Atas Dasar

Harga Berlaku dan Atas Harga Konstan di Propinsi Sumatera

Utara Tahun 2001-2010 (dalam jutaan rupiah) ... 57 4.4 Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Kegiatan Terbanyak di Propinsi Sumatera Utara Tahun

2001-2010 ... 59 4.5 Perkembangan Realisasi Investasi PMDM, PMA, Jumlah

Proyek dan Tenaga Kerja yang Terserap di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010 ... 61 4.6 Rata-rata Investasi, Pertumbuhan Investasi, Jumlah Proyrk dan

Tenaga Kerja Terserap di Propinsi Sumatera Utara Periode

2001-2005 dan Periode 2006-2010 ... 62 4.7 Belanja Pengeluaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara 2001-2010 (dalam Juta Rp) ... 66 4.8 Proposi Realisasi Belanja Daerah dan Investasi Swasta Terhadap

PDRB Propinsi Sumatera Utara Tahun 2000-2009 ... 67 5.1 Hasil Uji Multikolineritas ... 74 5.2. Hasil Pengujian Auto Korelasi ... 75 5.3. Model Summaryb

5.4. Coefficiens

... 77

a

5.5. Anova

... 78

b


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Perubahan Budget Line Karena Adanya Pengeluaran Pemerintah . 35

2.2 Kerangka Konseptual ... 43

2.3 Pertumbuhan Perekonomian Sumatera Utara ... 56

5.1 Uji Normalitas ... 72


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1 Data Variabel Penelitian ... 89 2 Variabel Penelitian Tahun 2001-2010 ... 90 3 Regression ... 91


(17)

ANALISIS PENGARUH INVESTASI,TENAGA KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh , investasi, Kesempatan kerja,Pengeluaran Pemerintah terhadap Prekonomian Propinsi Sumatera Utara dimana faktor-faktor yang diamati dalam penelitian ini adalah PDRB, Investasi, Kesempatan Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Daerah.

Untuk Tujuan Analisis, peneltian ini menggunakan Data Time Series Tahunan dari 2001 sampai dengan 2010 yang akan diinterpolasi menjadi Data Kwartalan. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Model Ekonometrik. Teknik Analisis menggunakan Regresi Linier Berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa Variabel Investasi,Kesempatan Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah signifikan mempengaruhi PDRB.


(18)

ANALYSIS OF EFFECT OF INVESTMENT, EMPLOYMENT, AND EXPENDITURE OF GOVERNMENT

PROVINCIAL ECONOMIC GROWTH NORTH SUMATRA

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence, investment, employment, government spending on the economy of North Sumatra province where factors such as observed in this study are PDRB, investment, employment and local government spending. For purposes of analysis, research using annual time series data from 2001 to 2010 to be interpolated into data quarterly. The model used in this research is to use econometric models.Techniques using Multiple Linear

Regression Analysis. Other research results indicate that the variable investment, employment, and government spending significantly affect PDRB.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagi suatu ukuran Kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sudono Sukirno,2006 : 9).

Pembangunan Ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan, artinya ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lainnya yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia (Sudono Sukirno 2006 : 10).

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas kolusi, korupsi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.


(20)

Sebagai daerah otonom , Kabupaten/Kota untuk bertindak sebagai “motor” sedangkan pemerintah Propinsi sebagai koordinator mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Pembangunan di Propinsi Sumatera Utara yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 33 Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara yang tidak terlepas dari usaha keras bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat Namun di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat propinsi maupun di kabupaten/kota.

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 , dapat diketahui bahwa selama kurun waktu 2004 - 2009 Propinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,87 %.PDRB Sumatera Utara tahun 2009 sebesar Rp.111.559.224,81 Triliun meningkat dari Rp.106.172.360,10 Triliun pada Tahun 2008 (berdasarkan harga konstan) . Rendahnya laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008 ini sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak yang terjadi pada Oktober 2005.

Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Utara pada periode studi mengalami fluktuasi dan berada di bawah pertumbuhan ekonomi Nasional dan Propinsi lain di Sumatera merupakan masalah yang menarik untuk dikaji mengingat sumber daya alam, prasarana penunjang relatif sama dibanding propinsi lain. Propinsi Sumatera Utara berada di bagian Barat


(21)

Indonesia terletak pada Garis 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsii NAD, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di Selat Malaka.Disebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Riau dan Sumatera Barat dan di Barat berbatasan dengan Samudra India, dinilai memiliki arti strategis tersendiri.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Enam Propinsi di Pulau Sumatera Tahun 2004-2009 (dalam persen)

No Propinsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Sum.Utara 5.74 5.48 6,20 6,90 6,39 5,07 2 Sum.Barat 5.47 5.73 6,14 6,34 6.36 4,28

3 Riau 2.93 5.41 5,15 3,41 5,65 2,97

4 Jambi 5.38 5.57 5,89 6,82 7,16 6,37 5 Sum.Selatan 4.63 4.83 5,20 5,84 5.1 4,11 6 Bengkulu 5.38 5.82 5,95 6.03 4.93 6,43 Nasional 5.03 5,69 5,50 6.28 6.06 4,58

Sumber :BPS Indonesia berbagai Tahun

Dalam kurun sepuluh tahun terakhir, sektor Pertanian masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Hal ini ditandai sumbangannya terhadap total PDRB Propinsi Sumatera Utara berkisar di atas 23,50% paling tinggi dibanding sektor lain.

Pada tahun 2010 secara sektoral, pertumbuhan di semua sektor cenderung melambat kecuali sektor Pertanian dan Industri mengalami pertumbuhan yang paling besar (23,50%) dan (22%) diikuti oleh sektor-sektor Perdagangan (18,47%), Jasa-jasa (10,09%), sektor Kumunikasi (9,81%), sektor Keuangan (7,40%), sektor Bangunan (6,80%), dan sektor Pertambangan (1,18%), sedangkan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu Listri,Gas dan Air bersih yaitu sebesar (0,74%).


(22)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Propinsi Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Atas Harga Konstan 2000

Tahun 2001-2010 (dalam persen)

NO SEKTOR

TAHUN

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Pertanian

31.11 30.57 26.25 25.76 25.25 24.34 23.91

23.83 23.78 23.50 2 Petambangan & Galian

1.24 1.28 1.43 1.21 1.22 1.20 1.23 1.23 1.19 1.18

3 Industri

21.64 21.85 24.49 24.41 24.24 24.07 23.66

22.89 22.39 22.00 4 Listrik,Gas dan Air

1.65 1.72 0.84 0.82 0.81 0.79 0.74

0.73 0.73 0.74 Bersih

5 Bangunan

4.28 4.29 5.76 5.86 6.28 6.52 6.57

6.68 6.77 6.80 6 Perdagangan

17.09 17.22 18.21 18.28 18.19 18.31 18.42 18.38 18.44 18.47 7 Kumunikasi

8.65 8.87 7.49 8.04 8.40 8.85 9.10 9.31 9.53 9.81

8 Keuangan

6.77 6.70 6.03 6.09 6.19 6.40 6.73 7.04 7.12 7.40

9 Jasa

7.55 7.49 9.49 9.49 9.43 9.51 9.63 9.91 10.05 10.09 TOTAL PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara berbagai tahun.

Dalam teori ekonomi makro, dari sisi pengeluaran, pendapatan regional bruto adalah penjumlahan dari berbagai variabel termasuk di dalamnya adalah investasi.Ada beberapa hal yang sebenarnya berpengaruh dalam soal investasi ini.Investasi sendiri dipengaruhi oleh investasi asing dan domestik.Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta dapat berasal dari investasi pemerintah dan investasi swasta.Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing).

Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang public,besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya.


(23)

Tabel 1.3. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Dan Penanaman Modal Asing (PMA)

Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010

No Tahun Jumlah Proyek PMDN PMA

Realisasi (Juta Rp) Jumlah Proyek Realisasi (000 US $)

(1) (2) (3) (4) (5)

1 2001 4 528,644.94 11 40,597.11

2 2002 5 653,034.22 7 20,825.73

3 2003 12 413,693.08 12 81,882.96

4 2004 11 1,046,028.39 16 100,692.42

5 2005 15 621,643.74 21 52,669.55

6 2006 10 594,245.38 12 54,156.31

7 2007 11 1,672,463.33 26 330,250.53

8 2008 13 391,333.72 24 255,176.02

9 2009 14 2,644,965.26 20 940,296.46

10 2010 13 1,625,438.97 10 290,630.83

Total 108 10,191,491 159 2,167,178

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara berbagai tahun.

Selama tahun 2001-2010 di Propinsi Sumatera Utara telah terealisasii PMDN sebanyak 108 proyek dengan nilai sebesar Rp 10.191.491,- Sedangkan PMA terealisasi sebesar Rp2.167.178,- dengan jumlah proyek 159.

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa pertumbuhan realisasi PMDN selama sepuluh tahun terakhir rata-rata tumbuh 73,69% dengan jumlah proyek sebanyak 108, sedangkan Realisasi PMA dari tahun ke tahun meningkat rata-rata (90,91 %) dengan jumlah Proyek 159.

Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Propinsi Sumatera Utara sudah optimal dalam usaha menarik investor yang dapat memberdayakan potensi ekonomi di wilayahnya.

Tenaga kerja merupakan suatu faktor yang mempengaruhi output suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah penduduk yang besar. Namun pertumbuhan penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan


(24)

penduduk yang cepat dapat mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi semakin jauh.

Selanjutnya dikatakan bahwa masalah kependudukan yang timbul bukan karena banyaknya jumlah anggota keluarga, melainkan karena mereka terkonsentrasi pada daerah perkotaan saja sebagai akibat dari cepatnya laju migrasi dari desa ke kota.

Namun demikian jumlah penduduk yang cukup dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan memiliki skill akan mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dari jumlah penduduk usia produktif yang besar maka akan mampu meningkatkan jumlah angkatan kerja yang tersedia dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan produksi output di suatu daerah.

Untuk mengetahui perkembangan penduduk usia kerja di Propinsii Sumatera Utara periode tahun 2001-2010 disajikan dalam Tabel 1.4 dan 1.5 Tabel 1.4. Perkembangan Angkatan Kerja Umur 15 Tahun Keatas Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010

Tahun Bekerja Pertumbuhan (%) Mencari Kerja Pertumbuhan

(%) Tingkat Penggangguran

Angkatan Kerja

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

2001 4,967,686 - 229,023 - 4.41 5,196,709

2002 4,928,353 (0.79) 355,504 55.23 6.73 5,283,857

2003 4,835,793 (1.88) 404,117 13.67 7.71 5,239,910

2004 4,756,078 (1.65) 758,092 87.59 13.75 5,514,170

2005 5,166,132 8.62 636,980 (15.98) 10.98 5,803,112

2006 4,870,566 (5.72) 847,579 33.06 14.82 5,718,145

2007 5,047,615 3.64 600,095 (29.20) 10.63 5,647,710

2008 5,540,263 9.76 554,539 (7.59) 9.10 6,094,802

2009 5,765,643 4.07 532,427 (3.99) 8.45 6,298,070

2010 6,125,571 6.24 491,806 (7.63) 7.43 6,617,377

Total 52,003,700 5,410,162 57,413,862


(25)

Tabel.1.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010

Tahun LAPANGAN USAHA

Pertanian Pertamb &

Galian

Industri Listrik,Gas,

Air Bersih

Bangunan Perdaga

ngan

Kumuni kasi Keuangan Jasa Lainnya Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

2001 2,749,212 8,009 416,145 10,877 181,265 817,418 256,933 16,379 520,574 511 4,977,323 2002 2,738,193 8,378 322,807 11,828 186,292 810,714 250,853 41,398 554,440 3,450 4,928,353 2003 2,709,495 15,958 290,148 14,507 172,154 807,094 279,025 47,391 495,185 4,352 4,835,309 2004 2,454,136 29,488 383,815 11,890 195,475 817,094 298,682 47,561 512,705 5,232 4,756,078 2005 2,721,518 10,849 310,485 12,915 209,228 912,856 328,049 115,205 545,027 - 5,166,132 2006 2,417,749 11,689 344,836 16,073 182,646 935,636 321,457 65,753 575,214 - 4,871,053 2007 2,402,665 20,190 383,619 10,095 242,286 948,952 323,047 65,619 651,142 - 5,047,615 2008 2,610,572 16,067 447,653 9,418 273,135 1,119,1

33

339,064 58,173 667,048 - 5,540,263 2009 2,693,708 23,063 501,034 13,261 298,660 1,155,4

35

325,182 60,539 695,337 - 5,766,219 2010 2,875,343 26,340 455,130 12,251 306,279 1,195,7

11

308,729 61,256 885,145 - 6,126,184

Total 26,372,591 170,031 3,855,672 123,115 2,247,420 9,520,043 3,031,021 579,274 6,101,817 13,545 52,014,529


(26)

Dari Tabel 1.4 dan 1.5 di atas terlihat bahwa sebagian besar angkatan kerja di Propinsi Sumatera Utara bekerja pada lapangan usaha Sektor Pertanian (50,70%), sektor Perdagangan (18,30%) dan sektor Jasa (11,73%). Jumlah orang bekerja di Propinsi Sumatera Utara hingga tahun 2010 hanya sebesar 6.126.184,- (47,18%) dari Total Penduduk Propinsi Sumatera Utara sebesar 12.982.204 orang. Jumlah penduduk bekerja terus menerus meningkat dalam sepuluh tahun terakhir, sementara jumlah pencari kerja terus menurun..Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan-kebijakan pembangunan manusia di Propinsi Sumatera Utara belum sepenuhnya mengakomodasi kepentingan percepatan ekonomi lokal.

Pertumbuhan PDRB, sebagai tolok ukur pertumbuhan suatu ekonomi regional juga tidak bisa lepas dari peran pengeluaran pemerintah di sektor layanan publik.

Pengeluaran pemerintah daerah diukur dari total belanja rutin dan belanja pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran daerah.

Semakin besar pengeluaran pemerintah daerah yang produktif maka semakin memperbesar tingkat perekonomian suatu daerah (Wibisono,2003).

Anaman (2004) menyatakan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah yang terlalu kecil akan merugikan pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah yang proporsional akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang boros akan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Pada umumnya pengeluaran pemerintah membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.


(27)

Terhadap Publik Terhadap Belanja Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2010 (Milyar Rp)

No Tahun

Belanja Belanja

Total Belanja Daerah Aparatur

Daerah %

Pelayanan

Publik %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 2001 628.30 0.69 287.90 0.31 916.20

2 2002 703.40 0.69 317.90 0.31 1,021.30 3 2003 562.70 0.42 789.30 0.58 1,352.00 4 2004 551.70 0.37 949.80 0.63 1,501.50 5 2005 540.50 0.30 1,290.10 0.70 1,830.60 6 2006 613.70 0.28 1,570.90 0.72 2,184.60 7 2007 1,371.10 0.50 1,346.80 0.50 2,717.90 8 2008 1,794.40 0.60 1,172.90 0.40 2,967.30 9 2009 2,066.19 0.60 1,378.37 0.40 3,444.56 10 2010 2,037.73 0.53 1,795.45 0.47 3,833.18

Rata-rata 988.16 49.93 990.86 50.07 1,979.01

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara berbagai tahun.

Selama tahun 2001-2010 Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara telah meningkatkan belanja daerahnya rata-rata sebesar 15,71 % tiap tahunnya. Belanja Daerah tersebut terdiri dari belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Dari Tabel 1.6 terlihat bahwa proporsi belanja aparatur daerah terhadap total belanja daerah sebesar 49,93%, lebih kecil dibandingkan dengan proporsi belanja pelayanan publik sebesar 50,07%. Pertumbuhan realisasi belanja aparatur daerah selama tahun 2001-2010 rata-rata sebesar 16,96%. Sedangkan belanja pelayanan publik relatif lebih besar, yaitu rata rata tumbuh 19,89%.

Proporsi maupun perkembangan realisasi belanja publik yang relatif lebih besar dibandingkan dengan realisasi belanja aparatur daerah menunjukkan bahwa alokasi anggaran sebagian besar digunakan untuk kepentingan komsumtif.


(28)

mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara secara signifikan.

Dari paparan di atas penulis merasa tertarik untuk mengkaji sejauh mana pengaruh Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Expor, angkatan kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2001-2010.

1.2. Rumusan Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah dengan fokus pembangunan lebih diletakkan pada daerah Kabupaten/Kota maka sangat menarik untuk mengkaji faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu indikator yang digunakan adalah PDRB.Oleh karena itu untuk mengkaji pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara dapat diamati dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara relatif tumbuh di bawah angka pertumbuhan ekonomi Nasional dan relatif lambat dibanding dengan propinsi-propinsi lain di Sumatera. Beberapa faktor yang nampaknya berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara adalah faktor realisasi Nilai Penanaman Modal Asing (PMA), Realisasi Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Angkatan Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah .


(29)

dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh realisasi nilai Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumaterera Utara?

2. Apakah ada pengaruh realisasi nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara ?

3. Apakah ada pengaruh jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara ?

4. Apakah ada pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh realisasi nilai Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara.

2. Menganalisis pengaruh realisasi nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara. 3. Menganalisis pengaruh jumlah angkatan kerja terhadap pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Sumatera Utara.

4. Menganalisis pengaruh jumlah pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara.


(30)

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di jajaran Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara dalam menetapkan kebijakan pembangunan ekonomi daerah.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagi suatu ukuran Kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sudono Sukirno,2006 : 9).

Pembangunan Ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan, artinya ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu Negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lainnya yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia (Sudono Sukirno 2006 : 10).

Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara. ”pertumbuhan”

(growth) tidak Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak identik


(32)

dengan ”pembangunan” (development) .Pertumbuhan ekonomi adalahsalah satu syarat dari banyak syarat yangdiperlukan dalam proses pembangunan (Meier,1989).

Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas.

Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber dayaalam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhansuatu perekonomian.


(33)

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi yang menghasilkan barang-barang dan jasa (Sukirno, 2006).

Persamaannya adalah :

∆ Y = f (∆K, ∆L,∆R,∆T)

∆ Y = PertumbuhanEkonomi

∆ K = JumlahBarang Modal

∆ L = JumlahTenaga kerja

∆ R = Kekayaan Alam dan Sumber Alam lain yang digunakan.

∆ T = Tingkat Teknologi.

2.1.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow

NeoClassical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama


(34)

= Aeµt .Kα . L1-α ... (1)

Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eµt

α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modall fisik dan modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2000).

2.1.3. Model Pertumbuhan Agregat

Glasson (1997) menyatakan bahwa teori pertumbuhan regional jangka panjang harus memperhitungkan faktor-faktor yang dianalisis jangka pendek diasumsikan konstan, yakni seperti penduduk, upah, harga, teknologi dan distribusi pendapatan.Mobilitas faktor-faktor terutama tenaga kerja dan modal harus menjadi pertimbangan yang sangat penting.Pada umunya orang sependapat bahwa pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen yakni faktor-faktor yang terdapat pada daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah atau kombinasi dari keduanya.


(35)

Faktor-faktor penentu penting dari dalam daerah meliputi distribusi faktor-faktor seperti tanah, tenaga kerja dan modal, sedangkan salah satu faktor penentu dari luar daerah yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditas yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Suatu pendekatan yang lebih baru untuk menjelaskan faktor penentu endogen dari pertumbuhan ekonomi regional adalah melalui penggunaan model ekonomi makro.

Model ini berorientasi pada segi penawaran dan berusaha menjelaskan output regional menurut faktor-faktor regional tertentu yang masing-masing dapat dianalisa secara sendiri-sendiri (Glasson,1977) dan dapat ditulis sebagai berikut :

On = fn

Keterangan:

(K, L, Q, Tr, T, So)...(2)

On

K = Modal (Capital)

= Output potensial dari daerah n

L = Tenaga Kerja (Labor) Q = Tanah (SDA)

Tr = Sumberdaya pengangkutan T = Teknologi

So = Sistem Sosial Politik

Apabila dirumuskan menurut faktor-faktor yang lebih penting dan lebih mudah dikuantitatifkan, maka rumus persamaan mengenai pertumbuhan dapat dinyatakan sebagai contoh:

On

Keterangan :


(36)

O, k, l, t,= Tingkat Pertumbuhan Output, Modal,Tenaga Kerja dan Teknologi.

a = Bagian Pendapatan yang diproleh Modal (Yakni Produk Marginal dari Modal

2.1.4. Teori Pertumbuhan Baru (New Growth Theory)

Teori ini memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen, Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi.Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh sistem produksi, bukan berasal dari luar sistem.

Kemajuan teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi dalam pengetahuan.

Peran modal lebih besar dari sekedar bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia (Romer, 1994).

Akumulasi modal merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi.Definisi modal/kapital diperluas dengan memasukkan model ilmu pengetahuan dan modal sumber daya manusia. Perubahan teknologi bukan sesuatu yang berasal dari luar model atau eksogen tapi teknologi merupakan bagian dari proses pertumbuhan ekonomi.

Dalam teori pertumbuhan endogen, peran investasi dalam modal fisik dan modal manusia turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Tabungan dan investasi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan ( Mankiw, 2000).


(37)

2.1.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

2.2. Angkatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya.

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial


(38)

dan administrasi.

Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi.Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern.Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja.

Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (q) adalah q = f (K, L) dimana k merupakan modal dan L adalah tenaga kerja yang memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif antara K dan L maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi.

Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunanproduktivitasnya serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi pengeluaran.


(39)

Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain, seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Menurut BPS penduduk berumur 15 tahun ke atas terbagi sebagai Angkatan Kerja (AK) dan bukan AK.Angkatan Kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 (satu) jam secara kontinu selama seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut menganggur (Budi Santosa, 2001)

Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.

2.3. Modal Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk untuk bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika bertambah dapat meningkatkan produktivitas.Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membengun kapasitasnya bagi pembangunan danpertumbuhan yang berkelanjutan.


(40)

Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan kesehatan.Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat (Todaro, 2002).

Menurut Mill pembangunan ekonomi sangat tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan, perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-faktor produksi dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill, faktor pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Menurut Mankiw (2003) modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh oleh para pekerja melalui pendidikan mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the

jobtraining) untuk para pekerja dewasa.Seperti halnya dengan modal fisik,

modalmanusia meningkatkan kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa. Untukmeningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar.


(41)

Sementara itu untuk menyesuaikan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, negara-negara berkembang harus memperhatikan kualitas sumber daya manusia, dengan mewujudkan program-program spesifik yakni (Samuelson dan Nordhaus, 2001) :

1. Mengendalikan penyakit serta meningkatkan kesehatan dan nutrisi. Meningkatkan standar kesehatan penduduk menyebabkan peningkatan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja. Pusat kesehatan masyarakat dan penyediaan air bersih merupakan modal sosial yang bermanfaat. 2. Meningkatkan pendidikan, menurunkan angka buta huruf dan melatih

tenaga kerja. Manusia terdidik merupakan tenaga kerja yang lebih produktif karena mampu menggunakan modal secara lebih efektif, mampu mengadopsi teknologi dan mampu belajar dari kesalahan.

3. Di atas semua itu, tidak boleh mengestimasi secara lebih rendah (understimate) terhadap pentingnya sumberdaya manusia.

Becker (1993) mengemukakan bahwa teori modal manusia telah menjadi pemikiran banyak pihak sejalan dengan berhasilnya umat manusia mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk, menanggapi kekhawatiran Malthus akan adanya bencana bagi umat manusia bila penduduk terus bertambah. Teori modal manusia pada dasarnya membahas proses merumuskan bentuk-bentuk investasi yang bisa ditanamkan kepada manusia, sebab manusia diakuisebagai salah satu sumberdaya yang diperlukan dalam kegiatan produksi barang dan jasa dalam perekonomian.

Samuelson dan Nordhaus (2001) menyebutkan bahwa input tenaga kerja terdiri dari kuantitas dan keterampilan tenaga kerja. Banyak ekonomi percaya bahwa kualitas input tenaga kerja yakni keterampilan, pengetahuan dan disiplin


(42)

tenaga kerja merupakan elemen paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Suatu negara yang mampu membeli berbagai peralatan canggih tapi tidak mempekerjakan tenaga kerja terampil dan terlatih tidak akan dapat memanfaatkan barang-barang modal tersebut secara efektif. Peningkatan melek huruf, kesehatan dan disiplin serta kemampuan menggunakan komputer sangat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Kubo dan Kim (1996) mengemukakan bahwa elemen pokok dari pertumbuhan Neo Klasik dapat diringkas sebagai berikut :

1. Bahwa pendapatan perkapita suatu negara tumbuh pada tingkat perkembangan teknologi yang given dari luar (eksogen)

2. Bahwa pendapatan perkapita negara-negara miskin cenderung tumbuh pada tingkat yang tinggi jika hal-hal lain tetap (konvergen).

Dalam perkembangannnya model Neo Klasik dikritik oleh Model Pertumbuhan Endogen, yang diawali oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) yang mengasumsikan tingkat pengembalian yang konstan atau meningkat terhadap modal. Teori Pertumbuhan Endogen membangun komponen endogen perkembangan teknologi sebagai bagian integral dari teori pertumbuhan. Teori ini juga berusaha menjelaskan observasi yang berbeda terhadap pendapatan perkapita berbagai negara dimana model Neo Klasik gagal ditetapkanaktor-faktor seperti modal manusia dan pengeluaran riset dan pengembangan digabungkan sebagai komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dalam model itu .


(43)

Lucas (1988) berargumen bahwa akumulasi modal manusia melalui investasi (missal meningkatkan waktu belajar) mendorong pertumbuhan endogen.

Argumentasinya menekankan pada keuntungan yang disebabkan oleh eksternalitas dari modal manusia yang cenderung meningkatkan tingkat pengembalian modal manusia. Romer (1990) menyebutkan bahwa modal manusia merupakan input kunci pokok untuk sektor riset karena menyebabkan ditemukannya produk baru/ ide yang disadari sebagai pendorong perkembangan teknologi.

Dengan demikian, negara-negara dengan stok awal modal manusia yang lebih tinggi, ekonominya tumbuh lebih cepat.Dengan demikian modal manusia disadari merupakan sumber pertumbuhan yang penting dalam teori pertumbuhan endogen (Kubo dan Kim, 1996).

Bank Dunia (1991) mengemukakan bahwa terdapat tiga alternatif pola pertumbuhan

1. Pola I, Pertumbuhan yang Tidak Berkesinambungan : pada pola ini ekonomi tumbuh pada beberapa fase pertumbuhan yang pesat, namun tingkat pertumbuhannya menurun, stagnan atau hampir stagnan.

2. Pola II, Pertumbuhan yang Terdistorsi yang ditandai dengan resiko kerusakan sumberdaya alam, kurangnya investasi dalam modal manusia dan subsidi untuk modal fisik.

3. Pola III, pertumbuhan yang berkesinambungan melalui akumulasi aset yang tidak terdistorsi atau seimbang, dengan dukungan publik terhadap pengembangan pendidikan primer dan sekunder, perbaikan kesehatan publik dan perlindungan alam.


(44)

Pertumbuhan dalam modal fisik bisa saja melimpah ke modal manusia melalui investasi swasta dalam riset dan pengembangan serta pelatihan dalam teknologi yang lebih tinggi yakni dalam pertumbuhan yang didorong oleh teknologi.Untuk dapat melestarikan pertumbuhan angkatan kerja sebagian besar (dan semakin meningkat besarnya) harus memiliki latar belakang sekolah umum yang cukup supaya dapat menguasai keterampilan teknologi serta berpartisipasi dalam perluasan aktivitas riset dan pengembangan.Oleh karena itu sekolah umum yang disediakan secara publik dan pengetahuan yang dihasilkan secara privat bersifat komplementer.

Ranis dan Stewart (2001) mengemukakan bahwa pembangunan manusia secara luas didefinisikan sebagai mengusahakan orang-orang untuk menjalani hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih penuh. Secara sempit, pembangunan manusia diinterpretasikan sebagai refleksi dari status kesehatan dan pendidikan manusia.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat.

Di satu sisi pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang memungkinkan terjadinya perkembangan secara berkelanjutan dalam pembangunan manusia. Sementara sisi lainpengembangan secara berkelanjutan dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi pertumbuhan ekonomi.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat penting karena sesungguhnya penciptaan lapangan kerja merupakan jembatan utama yang


(45)

mengaitkan antara keduanya (UNDP,1996)

Hubungan atas-bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia menunjukkan bahwa melalui upaya pembangunan manusia berkemampuan dasar dan berketerampilan. Tenaga kerja termasuk petani, pengusaha dan manajer akan meningkat. Selain itu pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik, kegiatan riset dan pengembangan teknologi yang pada akhirnya mempengaruhi komposisi output dan ekspor suatu negara. Kuatnya hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia akan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan pemerintah, distribusi sumber daya swasta dan masyarakat, modal sosial, lembaga swadaya masyarakat dan ormas. Faktor-faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaanya sangat menentukan implementasi kebijakan publik. Faktor distribusi sumber daya juga jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misal dalam penguasaan lahan atau sumber daya ekonomi lainnya) hanya akan menimbulkan frustasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktor-faktor tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik antara keduanya secara efisien.

2.4. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai ”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk


(46)

memproduksikan barang dan jasa di masa depan” .

Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik.

Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang.

Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (1981) adalah:

1) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia;

2) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya;

3) Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar.

Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.


(47)

Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni :

(1) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

(2) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi.

(3) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Suryana (2000) menyatakan bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut :

1)Kecilnya jumlah mutlak kapita material; 2)Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; 3) Rendahnya investasi netto.

Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masihpotensial.Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlumempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan.


(48)

Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa:

(1) Ketidak mampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup. (2) Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal.

(3) Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di egara berkembang.

Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes.Teori tersebut menitikberatkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi daerah (Lincoln Arsyad, 1997).

Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:

(1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. (2) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan)

berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada.

(3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol

(4) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital OutputRatio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio)


(49)

Teori ini memiliki kelemahan yakni kecendrungan menabung dan ratio pertambahan modal-output dalam kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang.

Demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak konstan, harga selalu berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi. Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil investasi akansemakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara semakin besar.

Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian.

Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaanpemerintah secara aktif dalam pengelolaan


(50)

investasi baik langsung maupun tidak langsung.

Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing.

Dengan semakin besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

2.5. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengeluaran pemerintah merupakan seperangkat produk yang dihasilkan yang memuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan barang-barang publik dan pelayanan kepada masyarakat.

Total pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing tingkatan pemerintahan (pusat – propinsi - - daerah).

Pada masing-masing tingkatan dalam pemerintahan ini dapat mempunyai keputusan akhir – proses pembuatan yang berbeda dan hanya beberapa hal pemerintah yang di bawahnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah yang lebihtinggi (Lee Robert, Jr and Ronald W. Johnson, 1998).Oleh karena itu dalam memahami berbagai pengaturan pendanaan bagi pemerintah pusat (daerah) maka harus


(51)

mengetahui keragaman fungsi yang dibebankannya. Fungsi tersebut adalah:

(1) Fungsi penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan dan kemasyarakatan;

(2) Fungsi pengaturan, yakni merumuskan dan menegakkan pusat perundangan;

(3) Fungsi pembangunan, keterlibatan langsung maupun tidak langsung dalam bentuk-bentuk kegiatan ekonomi dan penyediaan prasarana; (4) Fungsi perwakilan, yaitu menyatakan pendapat daerah di luar bidang

tanggungjawab eksekutif;

(5) Fungsi koordinasi, yakni melaksanakan koordinasi dan perencanaan investasi dan tata guna tanah regional (daerah).

Menurut Arndt (1998) argumentasi mengenai kebijakan publik dalam kaitan dengan kebijakan pengeluaran pemerintah didasarkan pada situasi bahwa pasar tidak bisa berperan sendiri mengaktifkan mobilisasi aktivitas ekonomi terutama untuk mencapai efisiensi .

Adanya pengeluaran publik disebabkan adanya kegagalan pasar.adapun menurut Rao (1998) kegagalan pasar tersebut disebabkan karena:

(1) Tidak semua barang dan jasa diperdagangkan,

(2) Barang-barang yang menyebabkan ekternalitas dalam produksi maupun konsumsi memaksa suatu pertentantangan antara harga pasar dengan penilaian sosial dan pasar, dan pasar tidak bisamemastikan untuk memenuhi kondisi yang diinginkan.

(3) Beberapa barang mempunyai karakteristik increasing returs to scale. Dalam kondisi monopoli alami seperti itu masyarakat dapat


(52)

memperoleh harga lebih rendah dan output lebih tinggi apabila pemerintah berperan sebagai produsen atau ada subsidi pada sektor swasta untuk menutup biaya karena berproduksi secara optimal. (4) Informasi asimetri antara produsen dan konsumen di bidang jasa

seperti asuransi sosial dapat memberi peningkatan moral hazard dan pemilihan kurang baik Oleh karena itu intervensi negara diperlukan agar menjamin pendistribusian kembali pendapatan.

Mundle (1998) berpendapat bahwa kemajuan teori dan studi empiris mengenai intervensi kebijakan publik dalam pengembangan manusia mencerminkan tumbuhnya perhatian masyarakat terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan pembangunan sosial.

Pengeluaran pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan fiskal (Sadono Sukirno,2000) yakni suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi.


(53)

Secara teoritis efek pengeluaran pemerintah jika dihubungkan dengan konsep budget line dapat dijelaskan sebagai berikut:

A

Barang lain

O B C Barang Sosial

Sumber : Sadono Sukirno (Tahun 2000)

Gambar 2.1. Perubahan Budget Line karena Adanya Pengeluaran Pemerintah

Semula dengan anggaran tertentu area konsumsi berada pada pilihan yang dibatasi oleh garis anggaran AB.

Adanya pengeluaran pemerintah untuk barang sosial, misalnya : subsidi untuk meringankan sekolah membuat garis anggaran bergeser ke kanan yakni garis AC .Sehingga dapat dikatakan bahwa pengeluaran pemerintah dapat memperluas pilihan manusia.

Peningkatan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan semakin meningkatkan pendapatan daerah, karena peningkatan aggregat demand akan mendorong kenaikan investasi dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan produksi.


(54)

2.6. Pengertian Produksi dan Fungsi Produksi.

Ditinjau dari segi ekonomi pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan suatu komoditi yang dapat diperdagangkan.

Menurut Joesron dan Suharti ( 2003 ), produksi merupakan hasil akhir dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Berdasarkan pengertian ini, dapt dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkobinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Hubungan teknis antara input produksi dengan output dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Dengan demikian fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Secara klasik, biaya produksi hanya dihitung berdasarkan pengeluaran tenaga kerja saja, karena teori klasik belum percaya padan mesinisasi. Dengan demikian, input produksi bukan hanya Human Resources melainkan bias Capital Resources (Modal), Natural Resources (Tanah) dan Managerial Skill.

Masing-masing factor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu factor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga factor utama yaitu Tanah, Modal dan Tenaga Kerja.


(55)

Bila hanya tersedia tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan berjalan karena tidak ada tenaga kerja.

Tanpa tenaga kerja, tidak ada yang dapat dilakukan, begitu juga dengan factor lainnya, seperti Modal. Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input dalam proses produksi ( X1, X2, X3, …… Xn

Dimana :

)

Q = Output. X = Input.

Input produksi sangat banyak, dan dalam hal ini input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Dengan demikian dalam fungsi produksi diatas tidak bias dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi.

Kajian Makro Ekonomi dan Pengembangan secara khusus menggunakan dua faktor produksi, yaitu Modal dan Tenaga Kerja yang secara implicit mempersamakan lahan atau tanah dengan Modal. Tanah dan Modal berbeda secara intrinsic karena Modal dapat terakumulasi, sementara tanah tidak.

Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

Q = f ( K, L ) atau Q = AKα L

Dimana :

β

Q = Output. A = Konstanta. K = Kapital.


(56)

L = Labour (Tanaga Kerja)

α = Koefisien Kapital. β = Koefisien Tanaga Kerja.

Menurut Soekartawi (1994), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb-Douglass banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu :

1. Penyelesaian fungsi Cobb-Douglass relative lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, misalnya lebih mudah ditranfer dalam bentuk linier.

2. Hasil penduggaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkkan tingkat besaran Return to Scale.

Hal senada dikemukakan oleh Wirasasmita (1998), bahwa dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat diketahui beberapa hal yang sangat penting antara lain :

1. Marginal Physical Product dari masing-masing input produksi yaitu perubahan pada output sebagai akibat perubahan-perubahan pada input. Pemahaman tentang Marginal Physical Product penting untuk mengatahui produktivitas masing-masing input produksi.

2. Elastisitas output dari masing-masing faktor produksi, yaitu perubahan persentase dari output sebagai akibat perubahan persentase dari faktor produksi (input). Parameter ini sangat penting, terutama dalam usaha mengadakan perbaikan dari proses produksi atau


(57)

afisiensi dan juga untuk meramalkan misalnya dampak-dampak dari perubahan-perubahan faktor-faktor produksi.

3. Bagian dari faktor-faktor produksi (input) yaitu tanaga kerja dan modal dapat diketahui. Hal ini sangat penting karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap bagian-bagian tersebut. Dengan pengetahuan mengenai bagian-bagian-bagian-bagian dari input, kita juga dapat mengetahui sejauh mana suatu proses perubahan bersifat padat karya atau padat Modal.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi telah banyak dilakukan antara lain :

Ranis & Stewart (2001) dengan penelitian yang berjudul Economis Growth and Human Development .Penellitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Negara Berkembang selama kurun waktu 1960-1992. Variabel Independen dalam peneltian ini adalah Usia Harapan Hidup, Tingkat Kemampuan Membaca Penduduk Dewasa, Tingkat Pendidikan Perempuan,Pengeluaran Publik untuk sektor Sosial, Tingkat Investasi dan Distribusi Pendapatan.

Penelitian ini menemukan bahwa keseluruhan Variabel Independen yang dipilih mampu menjelaskan Variabel pertumbuhan Ekonomi pada Negara Berkembang. Hasil Analisa dari Variabel tsb diatas menunjukkan Tingkat awal pembangunan Manusia berpengaruh Positif Signifikan, Adult Litercy dan Angka harapan hidup berpengaruh positif signifikan, Investasi berpengaruh positif


(58)

signifikan, distribusi pendapatan yang lebih baik berhubungan dengan tingkat pertumbuhan Ekonomi yang tinggi, Tingkat awal GDP perkapita berpengaruh Negatif Signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian tsb disarankan agar pembangunan Manusia harus mendahului atau menyertai pertumbuhan Ekonomi agar menghasilkan Pola/Siklus pembangunan yang Virtuous.

Diah Prasasti (2006) dalam penelitian yang berjudul Perkembangan PDRB Perkapita 30 Propinsi di Indonesia Periode 1993-2003, Pendekatan Disparitas Regional & Konvergensi.

Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan PDRB 30 Propinsi di Indonesia selama kurun waktu 1993-2003. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Penduduk berumur 10 Tahun keatas yang berhasil menamatkan Jenjang SMU, Angkatan Kerja, Dummy Sumber Daya Alam, dan Dummy Krisis (Mulai Tahun 1997=1).

Penelitian ini menemukan bahwa keseluruhan Variabel Independen yang dipilih mampu menjelaskan Perkembangan PDRB 30 Propinsi di Indonesia.

Hasil Analisa dari Variabel tsb diatas menunjukkan Pertumbuhan GDP tidak berkaitan secara signifikan dengan lama sekolah perempuan pada tingkat pendidikan dasar merupakan prasyarat bagi tingkat pendidikan menengah dan tinggi, Variabel penduduk yang tamat SMU bernilai positif signifikan, Angkatan kerja tidak signifikan, Dummy SDA menunjukkan hubungan yang negative dan signifikan disemua/ Model.


(59)

Alkadri (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.

Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Aliran Netto Hutang LN Pemerintah dan Aliran Netto Hutang LN Swasta, Realisasi PMA, Realisasi PMDN, Eksport Barang, Import Barang, Tabungan Pemerintah, Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, dan Pertumbuhan Angkatan Kerja.

Penelitian ini menemukan bahwa keseluruhan Variabel Independen yang dipilih mampu menjelaskan Perkembangan Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Hasil Analisa dari Variabel tsb diatas menunjukkan bahwa Bantuan Luar Negeri,PMA, PMDN, Pajak, Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Angkatan Kerja berpengaruh Positif terhadap pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan Tabungan dalam Negeri, Inport, Ekport berpengaruh lemah pada pertumbuhan Ekonomi.

Yuliarni (2008) dalam penelitiannya yang berjul Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Propinsi Bali. Penellitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali dari Tahun 1994-2005.

Variabel Independen yang digunakan adalah Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Propinsi Bali.

Hasil Analisa dari Variabel tsb diatas menunjukkan Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh Positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Bali.


(60)

2.8. Kerangka Konseptual

Salah Satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertenu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga constant menunjukkan nilai tambah barnag dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai dasar (Sumber: Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi-provinsi di Indonesia Menurut lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.


(61)

Berdasarkan uraian singkat diatas, dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

2.9. Hipotesis

Realisasi Nilai PMA,PMDN,Angkatan Kerja dan Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Realisasi Nilai PMA (PMA)

Realisasi Nilai PMDN (PMDN)

Angkatan Kerja (AK)

Pertumbuhan Ekonomi Propinsi

Sumatera Utara

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Daerah


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Variabel

Beberapa definisi operasional variabel dalam penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut :

a. Produk Domestik Bruto adalah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa oleh berbagai sektor ekonomi di suatu daerah dalam waktu tertentu (Rupiah/tahun).

Data PDRB digunakan adalah PDRB Propinsi Sumatera Utara harga konstan tahun 1993dan harga konstan tahun 2000 tanpa migas. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun.PDRB harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga konstan tahun 1993 dan harga konstan tahun 2000 sebagai tahun dasar.

Data PDRB dikeluarkan oleh BPS dan dinyatakan dalam satuan rupiah b. Pertumbuhan ekonomi : adalah perubahan relatif nilai riil

ProdukDomestik Bruto (PDRB) di Propinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 1993 dan harga konstan tahun 2000, dinyatakan dalam satuan persen.

Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2000) :


(63)

Yt t – Yt

g

t-1 t

Y

= --- x 100

t

Keterangan :

t-1

gt

Y

= Tingkat Pertumbuhan Ekonomi pada tahun t ( %)

t t

Y

= Pendapatan Nasional (PDRB) riil pada tahun t (Rp)

t t-1

c. Angkatan Kerja adalah jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahunke atas) yang bekerja, yaitu melakukan kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang/jasa secara kontinu paling sedikit satu jam dalam seminggu (BPS,1990 -2009) di Propinsi Sumatera Utara, dinyatakan dalam satuan orang

= Pendapatan Nasional (PDRB) pada tahun sebelumnya (Rp).

d. Realisasi Nilai PMA adalah realisasi penanaman modal asing (PMA)di Propinsi Sumatera Utara, dinyatakan dalam satuan Rupiah

e. Realisasi Nilai PMDN adalah realisasi penanaman modal dalam negeri(PMDN) di Propinsi Sumatera Utara, dinyatakan dalam satuan Rupiah

f. Pengeluaran Pemerintah Daerah adalah realisasi total belanja daerah dan Belanja Pelayanan Publik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dinyatakan dalam satuan Rupiah.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara seperti Investasi,Ekspor, Kesempatan Kerja, Pengeluaran Pemerintah setelah krisis


(1)

Beberapa diantaranya dengan melakukan efisiensi perijinan atau regulasi kebijakan di bidang investasi, jaminan hukum dan ketertiban berusaha, atau bahkan memberikan insentif dan atau tax holiday bagi investasi yang padat karya, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Basuki & Sulistyo (1997) dan Alkadri (1999) yang menyatakan bahwa penanaman modal asing berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara.

4. Koefisien variabel dari realisasi Total Pengeluaran Pemerintah (PD) adalah – 1.27 dan bernilai Negatif, maka pertumbuhan pengeluaran pemerintah Daerah berpengaruh Negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara secara signifikan.

JikaPD naik 1%, maka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara turun menjadi -1,27 %. Tampak dari angka elastisitas itu, peranan PD Sumatera Utara dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak cukup signifikan terutama dari sudut pengeluaran, baik pengeluaran yang sifatnya program, proyek maupun rutin. Menurut Susanti (1995) pengeluaran pemerintah akan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian suatu negara.

Kaidah ini dikenal sebagai hukum Wagner, yaitu adanya korelasi positif antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.Tenaga Kerja (TK) sebesar 0,25 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara tetapi tidak signifikan. Jika AK naik 1%, maka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara naik menjadi 0,25 %. Angka elastisitas tenaga kerja ini memberikan sinyal bahwa kontribusi tenaga kerja di Sumatera Utara bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak signifikan.

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 0,12 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara tetapi tidak signifikan. Jika realisasi PMDN naik 1%, maka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara naik menjadi 0,12. Nilai PMDN yang ditanamkan di Propinsi Sumatera Utara selama periode pengamatan lebih rendah baik dari sisi jumlah proyek maupun besarannya.. Yang perlu mendapat perhatian berkenaan dengan PMDN di Sumatera Utara adalah aspek daya serap tenaga kerja. Hal itu penting mengingat masih begitu banyaknya tenag kerja yang membutuhkan pekerjaan di Sumatera Utara.


(3)

3. Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 0,10 dan nilai tersebut adalah positif maka peningkatan realisasi PMA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara tetapi tidak signifikan. Jika realisasi PMA naik 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara naik 0,10 persen. Hal ini menjadi tantangan bagi pihak birokrat Propinsi Sumatera Utara, untuk mengoptimalkan peningkatan PMA dengan memberikan iklim investasi yang lebih kondusif.

4. Pengeluaran Pemerintah (PD) sebesar – 1.27 berpengaruh Negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara secara signifikan.

JikaPD naik 1%, maka pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara turun menjadi -1,27 %. Tampak dari angka elastisitas itu, peranan PD Sumatera Utara dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak cukup signifikan terutama dari sudut pengeluaran, baik pengeluaran yang sifatnya program, proyek maupun rutin.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan hasil penelitian, beberapa upaya perlu dilakukan untuk mengerakkan pembangunan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara antara lain :

1. Peranan PMA dan PMDN sesuai dengan semangat otonomi daerah harus dipacu dengan peningkatan situasi kondusif berinvestasi, pembuatan peta potensi daerah dan pembentukan unit pelayanan terpadu di daerah untuk mempermudah pelayanan pembuatan ijin usaha


(4)

dan investasi, contoh seperti yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Kota.

2. Meskipun secara kuantitas tenaga kerja memberi kontribusi yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara, seyogyanya disertai dengan upaya peningkatan kualitas Tenaga Kerja oleh pemerintah daerah, misalnya dengan memperbanyak pendidikan kewirausahaan melalui jalur non formal.

3. Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara diharapkan mengalokasikan belanja daerah secara proporsional antara belanja Aparatur Daerah yang konsumtif dengan belanja Publik yang lebih memihak kepentingan rakyat sehingga mampu memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara , 2001 Dalam Angka Tahun 2002.

--- , 2002 Dalam Angka Tahun 2003. --- , 2003 Dalam Angka Tahun 2004. --- , 2004 Dalam Angka Tahun 2005. --- , 2005 Dalam Angka Tahun 2006. --- , 2006 Dalam Angka Tahun 2007. --- , 2007 Dalam Angka Tahun 2008. --- , 2008 Dalam Angka Tahun 2009. --- , 2009 Dalam Angka Tahun 2010. --- , 2010 Dalam Angka Tahun 2011.

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia : Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi-provinsi di Indonesia Menurut lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Rustiono Deddy 2008, Jurnal berjudul: Analisis pengaruh Investasi, Tenaga Kerja , dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

Sukirno,Sudono 2006, Ekonomi Pembangunan : Proses,Masalah dan Dasar Kebijakan Edisi Kedua Cetakan ke Dua.

Arsyad, Lincoln, 1999, Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat Yogyakarta, STIE YKPN.

Alkadri 1999, Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Jurnal Pusat Studi Indonesia, Universitas Terbuka.

Basuki, 1997, Kajian Mengenai Pengaruh Penanaman Modal Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan Domestik IndonesiaTahun 1969-1994, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia


(6)

Gujarati, Damodar, 1995, Basic Econometrics, Third Edition, Mc Graw Hill Internasional Edition.

Gujarati Brata, Aloysius 2004, Analisis Hubungan Imbal Balik Antara Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah Tk.II diIndonesia, Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Priyatno,Duwi , 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17 Ed I Yokyakarta Sarwono,Jonathan, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS Ed I

Yokyakarta

Santoso,Singgih, Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik, Penerbit PT.Elek Media Komputindo, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad, 1997, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan ,Yogyakata, UPP AMP YKPN .

Mankiw, N.Gregory, 2000, Teori Makro Ekonomi Edisi ke 4, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Pancawati, Neni, 2000, Pengaruh Rasio Kapital-Tanaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stock Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP Indonesia : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15, No.02, Universitas Gajah Mada, 2000.

Prasasti, Diah, 2006, Perkembangan PDRB per kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode 1993-2003 : Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi

: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 21, No.4, Universitas Gadjah Mada, 2006.

Ranis, Gustav, et,al, 2000, Economic Growth and Human Development, Word Development Vol. 28, No.2 , pp. 197-219, 2000.

Sumodiningrat, Gunawan, 2002, Pengantar Ekonometrika, BPFE- UGM, Yogyakarta.

Yuliarni, Nyoman, 2008, Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Propinsi Bali : Bulletin Studi Ekonomi Vol. 13 No.2 Tahun 2008, Un