Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian
5
5 Fenomena yang mulai menjangkit kalangan keluarga mampu ini sebagai tren
baru, sehingga ekonomi tidak menjamin anak anak balitanya berstatus gizi baik Wichaksono, 2010. Dari data hasil bulan intensifikasi penimbangan 2010 di Dinas
Kesehatan Kabupaten Lumajang sejumlah 555 anak 0,72 berstatus gizi buruk dan sejumlah 329 anak 59,27 diantaranya berasal dari keluarga non miskin.
Sedangkan di wilayah Puskesmas Rogotrunan yang merupakan puskemas di wilayah perkotaan dimana akses informasi tentang kesehatan mudah diterima serta akses ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang juga dapat dengan mudah untuk dijangkau masih memiliki jumlah anak balita gizi buruk sebanyak 40 anak 0,6 dan yang berasal
dari keluarga non miskin sejumlah 13 anak 32,5, sedangkan anak balita gizi kurang sejumlah 539 anak 8,3 dan yang berasal dari keluarga non miskin
sejumlah 358 anak 66,4. Pada Golongan umur 6-24 bulan ada sejumlah 42 anak balita 11,5 yang berstatus gizi buruk dan gizi kurang. Dinkes Kab. Lumajang,
2010. Padahal asumsinya adalah dengan keluarga yang cukup ekonominya maka cukup pula dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan.
Hal ini menunjukkan penyimpangan negatif negative deviance yang berkaitan dengan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak tertentu
dengan anak-anak lain di dalam lingkungan keluarga non miskin, dimana sebagian anak-anak lain tersebut mempunyai status gizi baik. Untuk mencegah terjadinya
status gizi buruk pada keluarga non miskin, maka perlu lebih untuk diketahui dan dipelajari akar masalahnya selain faktor ekonomi, sehingga penanggulangan
masalah gizi kurang dapat teratasi.