Metodologi Pengembangan Sistem LANDASAN TEORI

53 Posyandu di Kelurahan Jatisampurna, Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi, Yaitu dengan bapak Suyanto juga dilakukan kepada Ibu Suwarti, AM. Keb. Alat yang digunakan untuk wawancara berupa alat tulis, dan alat perekam suara yaitu mp3 EXE dengan kapasita memori 4Gb. c. Studi Literatur Pengumpulan data biasanya diawali dengan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Informasi – informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjauan literature yang relevan Gulo, 2002. Studi literatur dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari buku karangan dari para pakar ahli gizi diantaranya Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc, Sjahmien Moehyi Ahli Gizi, Ir.Ahmad Syafiq, M.Sc, Ph.D dan sumber – sumber lain untuk menunjang dalam pembangunan sistem pakar ini. Adapun daftar buku - buku dan sistus-situs web yang menjadi referensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada daftar pustaka.

3.2 Metodologi Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem dapat diartikan sebagai sebuah proses pengembangan terstandarisasi yang mendefinisikan satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, dan perangkat terotomatisasi yang akan digunakan oleh para pengembang sistem dan manajer proyek untuk mengembangkan dan berkesinambungan memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak Whitten, 2004. Even numbered pages not converted in the evaluation version To purchase AllPDF go to our website at http:www.bcltechnologies.com 55 sebuah sistem pakar. Masalah yang diidentifikasikan dicari solusi serta fasilitas yang akan dikembangkan.

3.2.2 Analisis dan Desain Sistem Konseptualisasi

Desain konseptual pada ES serupa dengan sketsa arsitektural rumah. Desain tersebut memberikan ide umum bagaimana tampilan sistem dan bagaimana sistem memecahkan masalah Turban, 2005. Tahapan ini merupakan tahapan dimana Knowledge Engginer dan pakar menentukan konsep terjadinya gizi buruk yang akan dikembangkan menjadi sistem pakar. Tahapan konseptualisasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menguraikan indikator dan gejala klinis apa saja yang dapat dijadikan faktor bahwa seorang balita berpotensi gizi buruk.

3.2.3 Prototipe Dasar Kasus Formalisasi

Prototyping ES meliputi representasi pengetahuan yang ditangkap dengan sebuah cara yang memungkinkan inferensi dan kreasi cepat dari komponen utama pada ES pada basis elementer Turban, 2005. Dalam tahapan ini dilakukan beberapa tahapan yaitu: 1. Mekanisme Inferensi Proses penggabungan banyak aturan berdasarkan data yang tersedia, disebut inferensi, komponen yang melakukan inferensi dalam sistem pakar disebut mesin inferensi. Dua pendekatan populer untuk menarik kesimpulan adalah forwad chaining dan backward chaining Turban, 2005. Even numbered pages not converted in the evaluation version To purchase AllPDF go to our website at http:www.bcltechnologies.com 57 Sumber : Turban, 2005. Gambar 3.3 Forward Chaining Forward cahining adalah pendekatan data-driven mulai dari data yang tersedia atau ide dasar, dan kemudian kita mencoba menarik kesimpulan Turban, 2005. Pada tahapan forward chaining dilakukan dengan membuat pohon inferensi untuk memudahkan mencari bagian JIKA terlebih dahulu dari parameter gizi buruk, Setelah semua kondisi JIKA dipenuhi, aturan atau rule dipilih untuk mendapatkan kesimpulan. Proses ini akan berlanjut hingga dicapai kesimpulan akhir. b. Depth First Search Depth First Search adalah teknik penelusuran data pada node – node secara vertikal dan sudah terdefinisikan, misalnya dari kiri ke kanan. Keuntungan pencarian data dengan teknik ini adalah bahwa penelusuran masalah dapat digali secara mendalam sampai ditemukannya kepastian suatu solusi yang optimal Andi, 2003. Even numbered pages not converted in the evaluation version To purchase AllPDF go to our website at http:www.bcltechnologies.com 59 merupakan bagian yang menyatakan suatu tindakan tertentu yang diharapkan jika suatu situasi bernilai benar pernyataan berawalan THEN.

3.2.4 Pengembangan Sistem

Pengembangan sistem di sini lebih kepada system design atau perancangan perangkat lunak sistem pakar itu sendiri. Desain sistem adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang saling melengkapi dengan analisis sistem yang merangkai kembali bagian – bagian komponen menjadi sebuah sistem yang lengkap, sebuah sistem yang diperbaiki Whitten, 2004 Setelah indikator-indikator serta gejala klinis diformulasikan secara lengkap, kemudian diimplementasikan dengan membuat perancangan sistem yang akan dibangun. Perancangan sistem ini terdiri atas perancangan sistem, perancangan database, dan perancangan antarmuka pemakai user interface. Dalam pengembangan sistem ini dilakukan beberapa tahapan, yakni: 1. Merancang Use Case Model Diagram, narasi Use Case, Statechart Diagram, Activity Diagram, serta Class Diagram. 2. Merancang database sistem pakar untuk mendeteksi gizi buruk 3. Merancang Graphic User Interface

3.2.5 Implementasi Sistem

System implentation atau implementasi sistem merupakan konstruksi, instalasi, pengujian, dan pengiriman sistem kedalam produksi. Even numbered pages not converted in the evaluation version To purchase AllPDF go to our website at http:www.bcltechnologies.com 61

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Inisialisasi Kasus

Dalam tahapan ini ditentukan permasalahan yaitu gejala gizi buruk serta gejala klinisnya. Berangkat hasil observasi yang dilakukan kemudian dilakukan pengkajian dan pembatasan masalah yang akan diimplementasikan ke dalam sebuah sistem pakar. Masalah yang diidentifikasikan dicari solusi serta fasilitas yang akan dikembangkan untuk proses pengembangan sistem pakar.

4.1.1 Analisis Masalah 1.

Aquisi Pengetahuan Analisis Gizi Buruk Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata - rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat, dan kalori. Kurang Energi Protein KEP adalah seorang yang dinyatakan kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam sehari - hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Analisis kasus berdasar kepada pemaparan pakar, dalam hal ini merujuk kepada Kartau Menuju sehat KMS menjadi acuaan untuk menetukan pola berfikir sistem yang akan dibuat. Hasil uraian para pakar yaitu : 1. Apabila garis tersebut berada di Bawah Garis Merah BGM, artinya balita tersebut berada dalam kondisi gizi kurang.