BAB IV TANGGUNG JAWAB PENERBIT UANG ELEKTRONIK TERHADAP
PENYALAHGUNAAN UANG ELEKTRONIK YANG MERUGIKAN PENGGUNA UANG ELEKTRONIK
A. Pengertian dan Prinsip Umum Tanggung Jawab
Salah satu perbuatan hukum yang terjadi dalam sistem penyelenggaraan uang elektronik adalah perikatan antara pihak penerbit dengan pengguna uang
elektronik. Pada penggunaan uang elektronik, karena sifatnya yang prabayar maka hubungan hukum antara penerbit dan pemegang kartu bersifat jual beli. Dengan
adanya perikatan tersebut maka sebuah hubungan hukum antara para pelaku telah tercipta, atas hubungan hukum inilah tercipta hak dan kewajiban.
Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh perbuatan hukum selalu mempunyai dua sisi. Sisi yang satu ialah hak dan sisi lainnya adalah kewajiban.
Tidak ada hak tanpa kewajiban. Sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak. Karena pada hakikatnya sesuatu pasti ada pasangannya. Hak adalah suatu
kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak
adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban
adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Perwujudan hukum menjadi hak dan kewajiban itu terjadi dengan adanya perantaraan peristiwa hukum. Segala
peristiwa atau kejadian dalam keadaan tertentu adalah peristiwa hukum.
Universitas Sumatera Utara
Berbicara mengenai
tanggung jawab
khususnya menyangkut
penyelenggaraan uang elektronik maka kita harus terlebih dahulu mengerti tentang prinsip-prinsip tanggung jawab terutama dari sisi hukum perikatan dan
perlindungan konsumen. Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:
39
1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability atau liability based on fault
Prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Pasal 1365 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang biasa dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok,
yaitu: pertama , Adanya perbuatan; kedua , adanya unsur kesalahan; ketiga , adanya kerugian yang diderita; dan keempat, adanya hubungan kausalitas antara
kesalahan dan kerugian. Kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum, tidak hanya
bertentangan dengan undang-undang, tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat. Prinsip tanggung jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi
orang yang berbuat salah untuk mengganti kerugian yang diderita orang lain. Mengenai pembagian beban pembuktiannya asas ini mengikuti ketentuan Pasal
163 Herziene Indonesische Reglement HIR atau Pasal 283 Rechtsreglement
39
Shidarta,
Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia
, Jakarta: PT.Grasindo, 2006, hlm. 72
Universitas Sumatera Utara
Buitengewesten RBG dan Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
yang menyebutkan barangsiapa yang mengaku mempunyai suatu hak harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu. Persoalan yang perlu diperjelas
dalam prinsip ini adalah definisi tentang subjek pelaku kesalahan.
40
2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab
sampai tergugat dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah, sehingga beban pembuktian ada pada tergugat atau sering disebut dengan pembuktian terbalik.
Dasar pemikiran dari pembuktian terbalik adalah seseorang dianggap bersalah sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Tergugat ini yang
harus menghadirkan bukti-bukti dirinya tidak bersalah. Hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga tidak bersalah yang lazim dikenal dalam hukum.
41
3. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggung
jawab. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas dan pembatasan demikian
biasanya secara common sense dapat dibenarkan. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi
kabinbagasi tangan yang biasanya dibawa dan diawasi oleh si Penumpang konsumen adalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut
Pelaku usaha tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
40
Ibid., hlm. 73-74
41
Shidarta,
op.cit.,
Hlm 75-76
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip tanggung jawab mutlak Prinsip tanggung jawab mutlak str ict liability sering diidentikkan dengan
prinsip tanggung jawab absolut. Tetapi ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi diatas. Ada pendapat yang mengatakan tanggung jawab mutlak
strict liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan. Namun ada pengecualian-pengecualian yang
memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya keadaan force majeure.
Sebaliknya tanggung jawab absolut adalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualiannya. Selain itu ada pandangan yang agak
mirip yang mengaitkan perbedaan keduanya pada ada atau tidak adanya kausalitas antara objek yang bertanggungjawab dan kesalahannya. Pada tanggung jawab
mutlak strict liability hubungan itu harus ada, sementara pada tanggung jawab absolut hubungan itu tidak selalu ada.
42
Maksudnya pada tanggung jawab absolut dapat saja si tergugat yang dimintai pertanggungjawaban itu bukan si pelaku
langsung kesalahan tersebut misalnya dalam kasus bencana alam. 5. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar
yang dibuatnya. Dalam perjanjian cuci cetak film, misalnya, ditentukan bila film yang ingin dicucicetak itu hilang atau rusak termasuk akibat kesalahan petugas,
maka si konsumen hanya dibatasi ganti kerugiannya sebesar sepuluh kali harga
42
E. Saefullah Wirapradja
, Tanggung Jawab Pengangkut dalam Hukum Udara Internasional dan Nasional
Yogyakarta: Liberty, 1989, hlm 51
Universitas Sumatera Utara
satu rol film baru. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam Undang-Undang
Perlindungan Konsumen seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal
tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.
43
B. Tanggung Jawab Penerbit Uang Elektronik terhadap Penyalahgunaan Uang Elektronik yang Merugikan Pengguna Uang Elektronik
Uang elektronik memiliki kelemahan-kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan penyalahgunaan. Penyalahgunaan
uang elektronik seperti yang dibahas di bab sebelumnya menimbulkan akibat hukum bagi pelakunya. Penerbit sebagai salah satu penyelenggara uang elektronik
dan sebagai pihak penyelenggara yang berhubungan langsung dengan pengguna uang elektronik tentu memiliki tanggung jawab atas penyalahgunaan uang
elektronik yang terjadi. Tanggung jawab penerbit itu akan dapat dijabarkan menurut kedudukan hukum penerbit itu sendiri..
Terkait dengan penyalahgunaan uang elektronik yang telah dibahas di bab sebelumnya, tanggung jawab penerbit uang elektronik atas terjadinya
penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan pengguna uang elektronik dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab penerbit uang elektronik terhadap penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh penerbit itu sendiri.
43
Shidarta,
Op. Cit.,
hlm. 79-80.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia tentang uang elektronik penerbit bertanggung jawab atas kesalahan dan
penyalahgunaan yang dilakukannya hingga merugikan pengguna uang elektronik. Penerbit sebagai salah satu pihak penyelenggara uang elektronik dikenai sanksi
administratif berupa teguran, denda, penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan uang elektronik, dan pencabutan izin. Pemberian sanksi ini merupakan
salah satu bentuk tanggung jawab yang diberikan kepada penerbit atas kesalahan penyalahgunaan yang dilakukan penerbit itu sendiri.
Penerbit dapat dikenakan tanggung jawab yang menggunakan prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan fault liability atau based on fault.
Penerbit uang elektronik dapat dituntut secara perdata dengan ganti rugi, mengacu pada Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menegaskan bahwa
tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu menggantikan
kerugian tersebut. Ketentuan ini untuk memberikan kepastian adanya tanggung jawab penerbit uang elektronik apabila melakukan penyalahgunaan uang
elektronik yang menyebabkan kerugian pada pemegang uang elektronik. Dalam mengurus penggunaan uang elektronik untuk pertama kali pada
penerbit, uang elektronik akan dilengkapi dengan syarat dan ketentuan penggunaan uang elektronik tersebut. Syarat dan ketentuan tersebut menjadi suatu
bentuk perjanjian antara penerbit dan pemegang uang elektronik dalam penggunaannya pada transaksi uang elektronik. Pada penggunaan uang elektronik,
karena sifatnya yang prabayar maka hubungan hukum antara penerbit dan
Universitas Sumatera Utara
pemegang uang elektronik bersifat jual beli. dimana penerbit menjual sebuah alat penyimpan data seperti kartu prabayar stored value card. Dalam hal ini dapat
dikatakan penerbit uang elektronik merupakan pelaku usaha dan pemegang uang elektronik merupakan konsumen.
Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen kedudukan hukum penerbit adalah sebagai pelaku usaha dan pengguna uang elektronik adalah
sebagai konsumen. Ditinjau dari Undang-Undang Perlindungan Konsumen tanggung jawab penerbit uang elektronik yang melakukan penyalahgunaan yang
merugikan pengguna uang elektronik dapat dilihat di Pasal 19 yaitu pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau
kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barangatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Pemberian ganti rugi tersebut dapat berupa pengembalian uang
atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping mengajukan gugatan berdasarkan kelalaiankesalahan penerbit
uang elektronik selaku pelaku usaha,ada juga pengajuan gugatan dengan berdasarkan wanprestasi breach of warranty. Tanggung jawab pelaku usaha
penerbit uang elektronik yang dikenal dengan nama prestasi adalah tanggung jawab yang berdasarkan kontrak contractual liability. Dengan demikian, ketika
suatu produk mengakibatkan kerugian pada penggunanya dalam hal ini pemegang uang elektronik selaku konsumen, maka hal yang perlu di telaah adalah isi dari
kontrak atau perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak baik
Universitas Sumatera Utara
lisan maupun tertulis. Prinsip ini menerapkan bahwa tanggung jawab dari pelaku usaha penerbit uang elektronik adalah mutlak strict obligation, yaitu suatu
kewajiban yang didasarkan pada upaya yang telah dilakukan pelaku usaha penerbit uang elektronik untuk memenuhi janjinya. Itu berarti apabila penerbit
uang elektronik telah berupaya memenuhi janjinya, tetapi pemegang uang elektronik tetap mengalami kerugian, maka penerbit uang elektronik tetap di
bebani tanggung jawab untuk mengganti kerugian.
44
Dalam penerbitan uang elektronik, kita dapat melihat pertanggung jawaban pihak penerbit uang elektronik dari dua sisi yaitu melalui aspek
perjanjian dan aspek peraturan perundangan yang berlaku. Jika melihat dari aspek hukum perjanjian maka sudah jelas hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari
para pihak diatur jelas pada klausa-klausa yang ada dalam perjanjian tersebut. Terkait dengan isi dari perjanjian penerbitan uang elektronik ini, sebuah
perjanjian haruslah berpedoman kepada peraturan yang berlaku. Jika isi dari perjanjian bertentangan dengan suatu peraturan perundangan maka perjanjian
tersebut dapat dianggap batal demi hukum, dikarenakan melanggar syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang diatur pada Pasal 1320 Ayat 4 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata tentang kausa yang halal dan Pasal 1337 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata tentang isi perjanjian tidak boleh berlawanan dengan
peraturan perundang-undangan yang ada.
44
Inosentius Samsul,
Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawa b Mutlak
Depok: Universitas Indonesia, 2004, hlm. 71-80.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggung jawab penerbit uang elektronik terhadap penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak lain diluar pihak
penyelenggara uang elektronik. Sesuai dengan penjelasan prinsip-prinsip tanggung jawab yang dijabarkan
pada sub bab sebelumnya, dikenal adanya prinsip tanggung jawab mutlak strict liability
yaitu prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai factor yang menentukan. Penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh
pihak ketiga atau pihak lain diluar pihak penyelenggara uang elektronik tidak terlepas dari tanggung jawab penerbit uang elektronik.
Bentuk penyalahgunaan uang elektronik yang dilakukan oleh pihak ketiga atau pihak lain diluar pihak penyelenggara uang elektronik seperti : menduplikasi
uang elektronik, mengubahmemodifikasi data atau aplikasi yang ada pada uang elektronik yang asli, melakukan perubahan intervensi ketika data elektronis
message dikirim pada saat seseorang melakukan transaksi, dan pencurian
identitas. Semua bentuk penyalahgunaan tersebut tidak terlepas dari tanggu ng jawab penerbit selaku pihak yang menerbitkan uang elektronik untuk memberikan
jaminan dan keamanan bagi pengguna pengguna uang elektronik. Untuk berbicara mengenai tanggung jawab penerbit uang elektronik selaku
pelaku usaha, maka terlebih dahulu harus dibicarakan mengenai kewajibannya. Dari kewajiban akan lahir tanggung jawab. Tanggung jawab timbul karena
Universitas Sumatera Utara
seseorang atau suatu pihak mempunyai suatu kewajiban, termasuk kewajiban karena undang-undang dan hukum statutory obligation.
45
Didalam Pasal 24 PBI Uang elektronik dijelaskan bahwa kewajiban penerbit uang elektronik sebagai salah satu pihak penyelenggara uang elektronik
adalah: pertama, menggunakan sistem yang aman dan andal; kedua, memelihara, meningkatkan keamanan teknologi uang elektronik, danatau mengganti
infrastruktur dan sistem uang elektronik dengan yang lebih aman; ketiga, memiliki kebijakan dan prosedur tertulis standard operating procedure
penyelenggaraan kegiatan Uang Elektronik; keempat, menjaga keamanan dan kerahasiaan data.
Tingkat keamanan pada uang elektronik merupakan salah satu aspek penting mengingat kerugian yang dapat ditimbulkan. Tingkat keamanan ini adalah
salah satu kewajiban penerbit seperti yang dijelaskan pada pada Pasal 24 PBI Uang Elektronik. Usaha melakukan penyalahgunaan dengan menembus sistem
keamanan uang elektronik dapat terjadi karena lemahnya tingkat keamanan pada uang elektronik. Apabila terjadi penyalahgunaan uang elektronik yang merugikan
pengguna uang elektronik akibat lemahnya sistem keamanan pada uang elektronik maka penerbit dapat dimintai pertanggungjawabannya.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen pada Pasal 7 juga mengatur mengenai kewajiban penerbit selaku pelaku usaha untuk menjamin mutu barang
danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barangatau jasa yang berlaku. Terkait penyalahgunaan uang
45
N.H.T. Siahaan,
Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggungjawab Produk
Jakarta: Panta Rei, 2005, hlm. 137.
Universitas Sumatera Utara
elektronik yang dilakukan pihak ketiga atau pihak lain diluar pihak penyelenggara uang elektronik yang terjadi karena lemahnya mutu dari uang elektronik tentu
dapat dimintai pertanggungjawaban oleh penerbit. Terkait dengan perlindungan hukum bagi pemegang uang elektronik
sebagai konsumen uang elektronik, Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengatur penerbit uang elektronik selaku pelaku usaha perbankan untuk
memberikan tanggung jawabnya kepada pemegang uang elektronik selaku konsumen berupa:
46
pertama , beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; kedua
, memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan jasa yang diberikannya; ketiga, memperlakukan atau melayani konsumen
secraa benar dan jujur serta tidak diskriminatif; keempat, menjamin kegiatan usaha perbankan berdasarkan ketentuan standar perbankan yang berlaku.
Penyalahgunaan uang elektronik dapat terjadi karena kelalaian dari pemegang uang elektronik dan oleh pihak-pihak lain yang menggunakan cara-
cara yang melanggar hukum menyalahgunakan uang elektronik. Pada kenyataannya motivasi utama seseorang untuk melakukan penyalahgunaan
terhadap uang elektronik adalah untuk memperoleh keuntungan finansial. Terkait dengan penyalahgunaan uang elektronik karena kelalaian atau kesalahan dari
pemegang uang elektronik, hilang, dicuri, ataupun disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab maka pihak penerbit uang elektronik tidak dapat
diminta pertanggungjawaban oleh pihak pemegang uang elektronik atau pihak mana pun.
46
Muhammad Djumhana,
Hukum Per bankan di Indonesia
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hlm 338.
Universitas Sumatera Utara
Kesalahan sendiri dari pemegang uang elektronik yang menyebabkan kerugian tersebut, Dengan demikian, kewajiban untuk berhati-hati bukan hanya
dibebankan kepada produsen penerbit uang elektronik namun juga kewajiban ini ditujukan terhadap konsumen pemegang uang elektronik sebagai pencegahan
timbulnya kerugian.
47
C. Perlindungan Hukum Bagi Pengguna Uang Elektronik