Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Melalui analisis faktor dua tingkat second order confirmatory analysis ditemukan bahwa seluruh subtes secara signifikan mengukur skor performance. Namun perlu juga diperhatikan bahwa dalam analisis ini yang digunakan adalah skor faktor true score. Skor faktor diambil karena subtes dalam TIM seluruhnya bersifat multidimensional. Terdapat banyak korelasi kesalahan anatar item. Maka pada penelitian ini muatan error pada setiap item harus disingkarkan terlebih dahulu untuk mendapatkan skor faktor yang murni. Dalam analisis ini item-item yang berkoefisien negatif dan tidak signifikan pada setiap subtes juga telah disingkirkan terlebih dahulu karena hanya akan mengganggu hasil perhitungan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa setiap subtes secara signifikan memberikan kontribusi kepada skor performance. TIM memang belum pernah diuji validitasnya, namun alat tes yang diterjemahkanya, yaitu MAB, sudah pernah diteliti. Jackson 2003 menghitung iterkorelasi antara raw score dari 10 subtes dalam MAB Tabel 5.3. Sample yang digunakan sebanyak 3121 siswa dan siswi SMA dengan kisaran usia antara 16-19 tahun. Dari penelitian ini dapat terlihat bahwa subtes pada sesi verbal cenderung berkorelasi lebih tinggi dengan subtes sesi verbal lainya, begitu pula subtes pada sesi performance. Tabel 5.3 Matriks Interkorelasi Sumber : Jackson 2003, Hlm 42 Setelah menghitung interkorelasi antar raw score, Jackson juga melakukan analisis faktor dengan sample yang sama. Hasil analisis faktor ini menunjukan bahwa setiap subtes berkorelasi tinggi dengan faktor General Intelligence G dan setiap subtes dalam sesi verbal berkorelasi tinggi terhadap skor verbal dan subtes sesi performance juga berkorelasi tinggi dengan skor performance. Tabel 5.4 Muatan Faktor Sumber : Jackson 2003, Hlm 42 Analisis faktor yang dilakukan oleh Jackson ini sejalan dengan hasil penelitian, yaitu bahwa setiap subtes dalam TIM sesi perfomance memang memberikan informasi yang signifikan terhadap skor performance. Namun perlu digaris bawahi bahwa hasil ini diperoleh dengan cara menghilangkan muatan error pada setiap item terlebih dahulu. Jackson juga belum pernah meneliti validitas MAB dengan menggunakan CFA sehingga belum ada penelitian yang membuktikan bahwa data yang diperoleh dilapangan sesuai dengan model pengukuran yang diteorikan. Belum ada pengujian mengani kontribusi per item terhadap faktor dari per subtes.

5.3 Saran

1. Bagi pengembang alat tes sebaiknya berhati-hati bila ingin melakukan adaptasi terhadap suatu tes. Dalam penelitian ini ternyata dengan merubah setting WAIS yang pada dasarnya adalah tes individual menjadi TIM yang dirancang klasikal ternyata belum valid untuk digunakan sebagai alat tes. Ada kemungkinan faktor-faktor yang tadinya terukur oleh WAIS menjadi berkurang, bertambah, atau bahkan berubah. Ada baiknya di masa mendatang dilakukan penelitian dengan menggunakan data orang yang pernah mengikuti tes WAIS dan juga pernah mengikuti tes TIM. Dari hasil data tersebut dapat dilakukan penelitian dengan membandingkan faktor yang diukur oleh WAIS dengan faktor yang diukur TIM. Dengan begini dapat diketahui apakah TIM sebenarnya berhasil atau gagal dalam mengadaptasi WAIS. 2. Dalam menetapkan alokasi waktu tes, sebaiknya dilakukan penelitian terlebih dahulu. Waktu yang telalu lama atau terlalu cepat dapat mempengaruhi hasil tes. Seperti yang terjadi pada subtes SPA. Alokasi