Namun karena WAIS berseting tes individual maka kurang cocok

karena itu keadaan ini bermanfaat untuk mempertahankan karyawan retention agent Salah satu bentuk tes psikologi yang sangat sering digunakan dalam industri adalah tes inteligensi atau sering disebut dengan tes IQ yang bisanya digunakan pada proses seleksi dan rekrutmen. Tes inteligensi seringkali digunakan pada tahap awal yaitu tahap penyaringan. Namun peningkatan penggunaannya tidak dibarengi dengan pengembangan alat tes inteligensi baru sehingga sering kali alat tes yang sama diggunakan berulang kali. Akibatnya, beberapa peserta hafal dengan pertanyaan dalam tes tersebut. Apalagi kalau sampai terjadi pembocoran kunci jawaban. Salah satu alat tes intelegensi yang dapat menangkap gambaran inteligensi seseorang dengan mendalam dan menyeluruh adalah alat tes Weschler Adult Intelligence Scale WAIS yang diciptakan oleh David Weschler pada tahun

1955. Namun karena WAIS berseting tes individual maka kurang cocok

digunakan dalam setting industri. Tes individual memerlukan kehadiran tenaga professional ahli pada pelaksanaan tes dan juga untuk interpretasinya. Akibatnya, biaya tes menjadi mahal dan memakan waktu. Pada tahun 1967, Douglas N. Jackson, Ph.D mengadaptasi WAIS dari tes berformat individual menjadi menjadi klasikal yang cocok digunakan dalam setting industri dengan nama Multidimensional Aptittude Battery MAB. Keuntungan dari metode klasikal adalah lebih mudah proses administrasinya. Selain itu juga memudahkan interpretasi karena skoring dapat dilakukan secara manual dengan bantuan matematika sederhana yang hanya menjumlahkan jawaban benar. Bahkan dapat dipermudah dengan bantuan aplikasi software sederhana. Item-item yang terdapat dalam alat tes ini juga dapat digeneralisir dalam berbagai kelompok umur dan budaya. Keuntungan lain adalah tes ini lebih aman dari kebocoran kunci jawaban. Pada tahun 2005, Hendy Ginting, Ph.D dari Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha menterjemahkan tes MAB-II, yang merupakan edisi revisi dari MAB ke dalam Bahasa Indonesia dengan nama Tes Inteligensi Multidimensional TIM. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PPM Manajemen, TIM masih memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya, karena TIM merupakan adaptasi dari MAB II, padahal patokan norma MAB II dari populasi orang Amerika dan Kanada. TIM sendiri belum pernah membuat patokan norma berdasarkan populasi orang Indonesia. Bila norma orang Amerika dan Kanada rata-rata lebih tinggi dari Indonesia maka tingkat kelulusan peserta di Indonesia akan lebih rendah. Selain itu belum pernah dilakukan uji validitas validity dan keandalan reliability. Padahal alat tes yang tidak valid dan tidak andal, akan berdampak sangat besar misalnya dalam hal menentukan nasib seseorang. Menggunakan alat tes yang kurang cermat dan teliti dapat menimbulkan berbagai kesalahan. Kesalahan itu dapat berupa hasil yang terlalu tinggi overestimate atau yang terlalu rendah underestimate. Dalam istilah statistika, disebut variance error. Anastasi 1997 mengatakan bahwa tes psikologis yang baik seharusnya memenuhi persyaratan: reliabel, valid, memiliki item yang baik, baku memiliki norma dan terstandarisasi. Alat ukur yang valid adalah memiliki hasil variance error yang kecil karena berarti hasilnya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya. Hal ini didukung oleh Munandar 2001 yang menyatakan bahwa alat tes yang digunakan dalam seleksi dan assessmen serta berbagai tujuan lainnya haruslah menggunakan kaidah- kaidah ilmiah yang benar.Kenyataan ini menunjukkan sangat perlu mengadakan berbagai penelitian yang berkaitan dengan keabsahan keabsahan ramalan, keabsahan konstruk, keabsahan isi, keabsahan sintetik dari perangkat tes psikologik. Kondisi di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian studi validitas konstruk alat tes TIM. Pada penelitian ini yang dianalisis hanya bagian sesi performance karena pada sesi performance ini terjadi perubahan bentuk soal. Sesi performance lebih menarik diteliti untuk mengetahui apakah perubahan bentuk soal ini akan merubah konstruk teori yang sebelumnya ada pada WAIS sebelum diadaptasi menjadi TIM yang berseting klasikal. Data penelitian diperoleh dari Asesmen SDM PPM Manajemen yang sejak tahun 2007 telah menggunakan TIM dalam proses rekrutmen dan seleksi di seluruh Indonesia. Bebrapa perusahaan yang telah menggunakan TIM melalui PPM Manajemen antara lain Altivis, Bank Syariah Mandiri, Bukit Asam, Danar Hadi, Garuda Indonesia, Hadji-Kalla, Indomobil Group, Jasa Marga, Kimia Farma, KPK, Medco, Pelindo, Sahid Jaya ,Sinar Sosro, Yamaha, dan lain-lain.

1.2 Batasan Masalah