1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak pada peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public
diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di
Badan Pengawas Pasar Modal Subekti dan Widiyanti, 2004. Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi yang berperan penting dalam pengambilan
keputusan dan bertujuan sebagai media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan,
perubahan posisi keuangan, arus kas, serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan atas informasi tersebut
Wicaksono, 2009:3. Informasi ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan, karena banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan. Investor
membutuhkan informasi laporan keuangan untuk mendukung keputusan agar dapat memaksimalkan utilitas investasinya Wirakusuma, 2004.
Informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dapat bermanfaat bilamana disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh
pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak lagi bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu Rachmawati, 2008. Salah satu
kewajiban perusahaan manufaktur yang sudah go public adalah mempublikasikan laporan keuangan yang telah disusun dengan standar akuntansi keuangan dan telah
2
diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar dalam BadanPengawas Pasar Modal Bapepam. Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dan tentunya hal ini
membuat auditor untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme auditor tampak dalam ketepatan waktu penyampaian laporan
auditannya Subekti dan Widiyanti, 2004. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya ketepatwaktuan timeliness penyajian laporan keuangan kepada
publik dan perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangannya yang dapat menyebabkan manfaat informasi yang disajikan
menjadi berkurang. Semakin lama waktu tertunda dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan ke publik, maka semakin banyak kemungkinan
berkembangnya rumor-rumor maupun kemungkinan terdapatnya informasi yang menyesatkan mengenai perusahaan tersebut. Apabila hal ini sering terjadi maka
akan mengarahkan pasar tidak lagi bekerja dengan baik. Untuk itu, regulator memandang perlu menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu
penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh setiap emiten. Wirakusuma, 2004.
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah diatur dalam pasar modal. Undang-undang no. 8 tahun 1995 tentang peraturan pasar modal
menyatakan bahwa semua perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan
mengumumkan kepada masyarakat. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut terlambat menyampaikan laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Bapepam maka dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang.
3
Standar Profesional Akuntan Publik SPAP dari Ikatan Akuntan Indonesia IAI, 2001, khususnya tentang standar pekerjaan lapangan mengatur
tentang prosedur dalam penyelesaian pekerjaan lapangan seperti perlu adanya perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan, pemahaman yang memadai atas
struktur pengendalian intern dan pengumpulan bukti-bukti kompeten yang diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengetahuan, pertanyaan dan
konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pemenuhan standar audit oleh auditor dapat berdampak lamanya penyelesaian
laporan audit, tetapi juga berdampak peningkatan kualitas auditnya. Pelaksanaan audit semakin sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin
pendek waktu yang diperlukan. Kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor.
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu
penyelesaian pekerjaan auditnya. Hal yang penting adalah bagaimana agar dalam penyajian laporan keuangan itu bisa tepat waktu atau tidak terlambat dan
kerahasiaan informasi terhadap laporan keuangan tidak bocor kepada pihak lain yang bukan kompetensinya untuk ikut mempengaruhinya. Tetapi apabila terjadi
hal sebaliknya yaitu terjadi keterlambatan maka akan menyebabkan manfaat informasi yang disajikan menjadi berkurang dan tidak akurat Kartika, 2009.
Menurut Generally Accepted Auditing Standard GAAS khususnya standar umum ketiga menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan
penuh kecermatan dan ketelitian. Selain itu, standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang
dan pengumpulan alat-alat pembuktian yang cukup memadai Boynton dan Kell,
4
2001. Karena adanya standar inilah memungkinkan akuntan publik untuk menunda publikasi laporan audit atau laporan keuangan auditan apabila
dirasakan perlu memperpanjang masa audit. Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan
waktu informasi tersebut dipublikasikan, sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat
ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan Halim, 2000. Kondisi ini sering disebut juga audit delay. Audit Delay adalah
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen Wiwik Utami, 2006.
Semakin panjang audit delay maka semakin lama auditor dala m menyelesaikan pekerjaan auditnya Subekti dan Widiyanti, 2004.
Berdasarkan peraturan Pasar Modal No. KEP 80 PM 1996 mengenai penyampaian laporan keuangan menyatakan bahwa: perusahaan yang terdaftar
dalam pasar modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit kepada Bapepam selambat-lambatnya 120 hari terhitung sejak tanggal
berakhirnya tahun buku. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya keputusan No. KEP 17 PM 2002 oleh Ketua Bapepam tentang
kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala yang mulai berlaku untuk laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember. Dalam keputusan
tersebut disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam
selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
5
Pembaharuan keputusan tersebut mendorong manajemen dan akuntan publik untuk bekerja lebih cepat, sehingga memberikan informasi laporan
keuangan dapat segera dimanfaatkan dan akurat kepada investor mengenai kondisi emiten atau perusahaan publik serta dalam rangka mengikuti
perkembangan pasar modal global. Halim 2000 melakukan penelitian tentang audit delay dengan
menggunakan sampel 287 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1997 menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 84.45 hari. Rustiana 2007
melakukan penelitian tentang audit delay dengan menggunakan semua perusahaan dalam industri keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode
tahun 2002-2004, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 71.62 hari. Ubaidillah 2008 melakukan penelitian tentang audit delay dengan
menggunakan sampel 337 perusahaan di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005, menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 88 hari. Rachmawati 2008
melakukan penelitian tentang audit delay pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003-2005, menunjukkan bahwa audit delay
rata-rata 76 hari. Kartika 2009 dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan-perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
periode 2001 –2005 menunjukkan audit delay rata-rata 69 hari. Subekti dan
Widiyanti 2004 melakukan penelitian tentang audit delay yang terjadi di Indonesia pada tahun 2001 adalah 98,38 hari, dan Wirakusuma 2004
melakukan penelitian tentang audit delay dengan menggunakan perusahaan- perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999-2001,
menunjukkan bahwa audit delay rata-rata 99,92 hari, ini merupakan sebagai
6
permasalahan yang serius jika dibandingkan dengan rata-rata audit delay hanya 84-88 hari.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Ubaidillah 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penelitian
sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pertama, penulis akan menambahkan variabel independen yaitu variabel
reputasi auditor dan variabel labarugi perusahaan. Kedua, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak
pada perbedaan tahun penelitiannya, dimana pada penelitian sebelumnya tahun 2005 sedangkan pada penelitian ini akan diperluas tahun penelitiannya
yaitu pada tahun 2008-2010 dan dibatasi pada perusahaan manufaktur. Alasan dipilihnya perusahaan manufaktur adalah karena jenis perusahaan ini
mendominasi perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Mengingat begitu pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan
tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil topik penelitian di bidang
akuntansi khususnya auditing dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Audit Delay Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 s.d. 2010.
B. Perumusan Masalah