Pengertian dan Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT

XXI BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian dan Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT

1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT Definisi kekerasan secara etimologi sangat beragam. Pada umumnya, tindak kekerasan dan penggunaannya, dikaitkan dengan tindakan dan bermotivasi individual, walaupun banyak tindak kekerasan dilakukan oleh individu atas nama orang lain. Denan demikian, suatu tindakan baru dapat dikategorikan sebagai kekerasan, jika tindakan itu membahayakan keselamatan orang lain korban.” 11 KDRT Adalah suatu pola pelaksanaan kehendak atas seseorang terhadap pasangannya yang menggunakan serangan dan ancaman, termasuk penyiksaan secara fisik, mental, seksual, bisa juga termasuk penguasaan secara ekonomi. 12 Dari pemetaan yang dilakukan oleh komnas perempuan, diketahui bahwa pengalaman kekerasan dalam rumah tangga sangat massif penyebarannya dan mengambil bentuk yang beragam. 2. Bentuk KDRT 11 Hadidjah dan La Jamaa, Hukum Islam Undang- Undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga Ambon, Cipta Karya Mandiri, 2007, Cet-1- Hal, 37 12 Nina Yusuf Kawan- Kawan, Buku Panduan Tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta, LKP2, 2003 hal, 8 13 XXII Beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga secara yuridis telah ditetapkan dalam undang- undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan Kekerasan Dalam Runah Tangga KDRT.dalam pasal 5 disebutkan, bahwa: “ Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan Fisik, b. kekerasan psikis, c. kekerasan seksual atau d. penelentaran rumah tangga ”. 13 a. Kekerasan fisik Pasal 5 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, menyebutkan bahwa: “Bentuk- bentuk kekerasan dalam rumah tangga mencakup kekerasan fisik, kekerasan psikis atau psikologis, kekerasan seksual dan penelentaran rumah tangga atau kekerasan ekonomi ”. i Karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, sebagai berikut: Dalam pasal 6 undang- undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga tentang karakteristik bentuk kekerasan fisik dalam rumah tangga, bahwa: “ Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat ” 13 Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga Jakarta; 2004, hal. 7 XXIII Lembaga Bantuan Hukun LBH Apik Jakarta menjabarkan lebih luas tentang karakteristik kekerasan fisik yaitu: a Kekerasan fisik berat Yang termasuk kekerasan fisik berat adalah penganiayaan berat seperti menendang, memukul, menyundut, melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yag dapat mengakibatkan; a cedera berat b tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari c pingsan d luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati e kehilangan salah satu panca indera f mendapat cacat g menderita skit lumpuh h terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih i gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan dan j kematian korban b Kekerasan fisik ringan Dalam kekerasan fisik ringan ini terdapat beberapa karakteristik yang dikategorikan kedalam kekerasan fisik ringan yaitu kekerasan yang berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan; a cidera ringan b rasa sakit c dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat XXIV c Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan kedalam jenis kekersan berat. 14 Dalam Undang- Undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga pasal 7, Menyebutkan bahwa: “Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada seseorang ”. 15 b. Kekerasan Psikis Adapun bentuk kekerasan psikis dalam rumah tangga dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu: kekersan psikis berat dan kekerasan psikis ringan 1 Karakteristik bentuk dari kekerasan psikis adalah a kekersan psikis berat 1 Tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan. perendahan dan penghinaan dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial, tindakan ucapan yang merendahkan atau menghina 2 Ancaman kekerasan fisik, seksual, ekonomi yang masing- masing mengakibatkan penderitaan psikis berat misalnya: mengkibatkan gangguan tidur atau gangguan makan, 14 Hadidjah dan La Jamaa, hukum islam undang- Undang Anti kekerasan dalam rumah tangga Ambon, Cipta karya mandiri, 2007, cet- 1- hal. 37 15 Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga Jakarta; 2004, hal. 37 XXV ketergantungan obat, disfungsi seksual, setres, pasca trauma, gangguan fungsi tubuh, seperti tiba- tiba lumpuh, atau buta tanpa indikasi medis, depresi, gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia, dan atau bentuk psikotik lainnya, bunuh diri. b Kekerasan psikis ringan Sedangkan yang termasuk dalam bentuk kekerasan psikis ringan berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan, dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis yang masing- msingnya mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa: 1 Ketakutan dan perasaan terteror 2 Rasa tidak berdaya 3 Hilanganya rasa percaya diri 4 Hilangnya kemampuan untuk bertindak 5 Gangguan tidur atau gangguan makan dan disfungsi seksual 6 Ganguan fungsi tubuh ringan seperti: sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis 7 Fobia atau depresi temporer. XXVI Pembuktian kekerasan psikis harus didasarkan pada dua aspek secara terintegrasi yaitu: tindakan yang diambil pelaku, implikasi psikologis yang dialami korban. diperlukan keterangan psikologis atau psikiatris yang tidak menyatakan kondisi psikologis korban tetapi juga uraian penyebabnya. 16 c. Kekerasan Seksual Sesuai dengan undang- undang penghapusan KDRT, kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak wajar, tidak disukai, untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu. 1 Karakteristik kekerasan seksual dalam rumah tangga Seperti yang dijelaskan dalam pasal 5 huruf c meliputi: a Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga b Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Dari segi tingkatannya, bentuk kekerasan seksual terbagi menjadi tiga bagian yaitu; 1 kekerasan seksual berat 16 Republik Indonesia, undang- undang R.I. Nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga Jakarta; 2004, h. 52 XXVII a Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbibuatan lain yang menimbulkan rasa muak tau jijik, terteror, terhina dan merasa dikemdalikan b Pemaksaaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan c Pemaksaan hubungan dengan orang lain untuk tujuan pelacuran atau tujuan tertentu d Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi; dan e tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan bantuan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka atau cidera. 2 kekerasan seksual ringan Yang termasuk dalam kategori kekerasan seksual ringan adalah pelecehan seksual secara verbal seperti gurauan porno, siulan, ejekan, julukan secara verbal atau non verbal seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, ataupun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan ataus menghina korban. XXVIII 3 Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan kedalam kekerasan seksual berat. 17 d. Penelantaran Rumah Tangga atau Kekerasan Ekonomi Kekerasan Ekonomi adalah tindakan- tindakan dimana akses korban secara ekonomi dihalangi dengan cara korban tidak boleh bekerja tetapi ditelantarkan, kekayaan korban dimanfaatkan tanpa idzin korban, atau korban dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan materi. Karakteristik kekerasan Ekonomi penelelantaran rumah tangga dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 9, bahwa: Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang- orang tersebut; Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat 1 juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantunan ekonimi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut. 18 Kekerasan ekonomi dalam pasal tersebut dirinci oleh LBH APIK Jakarta, antara lain tidak diberi nafkah, diberi nafkah tetapi terbatas kurang, tidak boleh bekerja, harta bersama tidak dibagi, eksploitasi kerja, sampai istri tidak dipercaya memegang uang 19 17 Republik Indonesia, Undang- undang R.I. Nomor 23Ttahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Jakarta; 2004, h. 56 18 Ibid, hal- 56 19 Ibid, hal- 56 XXIX B. Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT Menurut Aina Rumiyati Aziz, beberapa faktor pencetus terjadinya kekerasan dalam keluarga adalah sebagai berikut: 20 1. Pandangan Budaya dan Paham Patriarkhisme Setiap masyarakat memiliki bentuk budaya sendiri- sendiri yang mungkin berada satu sama lainnya. Budaya masyarakat jawa berbeda dengan budaya masyarakat minang,. Budaya masyarakat yang tinggal di pesisir berbeda dengan budaya masyarakat dipedalaman, dan seterusnya.Yang menjadi tanda tanya adalah budaya apakah yang menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga? Bentuk budaya yang menjadi penyebab kekerasan dalam rumah tangga adalah budaya yang bersumber pada paham patriarkhisme. Patriarkhisme adalah paham atau edeologi yang didasarkan pada nilai yang berkembang di lingkungan kaum bapak. Paham patriarkhisme ini mempengaruhi pandangan masyarakat dalam membangun dan menganut budayanya. Oleh karena itu, meskipun bentuknya berbeda, Namun budaya yang ada di dalam masyarakat terebut tampak lebih mengunggulkan kaum lelaki, untuk menentukan keputusan dalam berbagai setruktur sosial; rumah tangga, masyarakat maupun tempat kerja. 20 Hadidjah Laa Jamaa, Hukum Islam Undang- UndangAanti Kekerasan dalam Rumah Tangga Ambon, cipta karya mandiri, 2007 Cet. Ke-1- h. 63 XXX 2. Pandangan Agama Bias Gender Bagaimana mungkin agama yang mempunyai ajaran agung menjadi sebab terjadinya kekerasan dalam rumah tagga. Nabi sebagai utusan Allah mempunyai misi menegakkan keadilan dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Namun demikian, kekerasan terhadap perempuan muncul karena adanya pemikiran dan pandangan yang bersumber pada penafsiran- penafsiran ajaran agama yang tidak adil. Pandangan yang tidak adil terhadap perempuan akan selalu menjadikan ajaran agama, baik yang bersumber dari Al- Qur’an maupun hadist Nabi SAW, sebagai legitimasi tindakan kekerasan terhadap perempuan,. Misalnya, dalam menafsirkan Qs. An- Nisa’4 yang berbunyi, “Ar- Rijalu qawwamuna ‘ala an- Nisa’”. Malalui ayat ini, pandangan tersebut membuat aturan bahwa hanya laki-laki yang berwenang menjadi pemimpin, dan sebagai, jika pandangan yang digunakan lebih adil, maka ayat tersebut tidak akan ditafsirkan secara absolut bahwa kepemimpinan selalu didasarkan pada jenis kelamin sesuai bunyi teks- akan lebih adil jika kepemimpinan didasarkan pada kualitas dan kredibilitas sehingga lelaki dan perempuan, asal memenuhi syarat kualitatif, baik dari segi moral maupun kecakapan, dapat menjadi pemimpin. 3. Peniruan anak laki- laki Anak laki- laki yang hidup bersama ayah yang suka memukul biasanya akan mengikuti perilaku ayahnya. XXXI Menurut Surjadi dan Handayan, beberapa faktor pencetus terjadinya KDRT adalah sebagai berikut: 1 Faktor masyarakat a Kemiskinan b Urbanisasi yang terjadi disertai kesenjangan pendapatan diantara penduduk kota c Masyarakat keluarga ketergantungan obat d Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas tinggi. 2 Faktor keluargaan a Adanya keluarga sakit yang membutuhkan bantuan terus menerus seperti anak dengan kelainan mental b Kehidupan keluarga yang kacau saling mencinta dan mengahargai, serta tidak menghargai peran wanita c Kurang ada keagraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga, 40 Sifat kehidupan keluarga inti bukan keluarga luas. 3 Faktor individu a Wanita yang single, Bercerai atau ingin bercerai b Berumur 17- 28 Tahun c Ketergantungan obat atau alcohol atau riwayat ketergantungan kedua zat itu d Sedang hamil dan e mempunyai partner dengan sifat memiliki cemburu berlebihan. XXXII C. Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga KDRT Kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai bentuk, karakteristik dan sebabnya itu ternyata menimbulkan dampak yaitu: 1 Pada korban a Penderitaan fisik luka pada tubuh atau anggota badan b Penderitan psikologis rasa bersalah, kehilangan, kepercayaan, setres, depresi, trauma dan gila c Penderitaaan seksual kerusakan ogan seksual dan organ reproduksi, gangguan pada hubungan seksual firgiditas, gangguan menstruasi, terjangkit penyakit menular seksual d penderiataan ekonomi terlantar secara ekonomi, kemiskinan e Kematian 2 Pada perkembangan anak Dalam kekerasan dalam rumah tangga, anak laki- laki yang terbiasa melihat ayahnya melakukan kekerasan terhadap Ibunya akan mengaggap kekersan terhadap istri adalah hal yang yang wajar dan biasa,. Sedangkan anak perempuan lebih sering takut pada figur Ayahnya, benci pada laki- laki atau trauma pada lembaga perkawinan. 3 Bagi masyarakat Keluarga adalah unsur penting dalam terbentuknya masyarakat, apabila terjadi kekerasan dalam rumah tangga keluarga otomatis ketentraman masyarkat ikut terganggu, dan dampak yang paling buruk XXXIII adalah membudayanya dan terlembagakannya kekerasan dalam masyarakat. 21 21 Adib Faishol Farid Muttaqin,, Panduan untuk Pendamping Perempuan Korban Kekerasan Berbasis Pesantren, Jakarta; Puan Amal Hayati, h. 39 XXXIV BAB III GAMBARAN UMUM PUAN AMAL HAYATI AQIDAH USYMUNI SUMENEP MADURA

A. Sejarah Berdirinya PUAN Amal Hayati Aqidah Usymuni