5. Majalah Sebagai Institusi Bisnis dan Politik
Pada awalnya sumber pendapatan utama majalah adalah dari hasil penjualan majalah itu sendiri. Sumber lainnya adalah dukungan keuangan
dari asosiasi atau perusahaan yang berkepentingan dengan majalah tersebut. Baru belakangan majalah mengandalkan pemasukan dari ikan,
dan ini terkait dengan perannya dalam sistem pemasaran. Besarnya sirkulasi dan cakupan nasionalnnya menjadikan majalah sebagai media
yang baik untuk beriklan. Kini majalah acapkali diterbitkan khusus untuk kelompok konsumen tertentu. Isi editorial dan iklan-iklannya sengaja
disesuaikan terhadapnya. Karena majalah dapat menciptakan pasar sendiri untuk suatu
produk, maka hubungan antara majalah dan khalayaknya juga agak berbeda. Isi majalah lebih diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut,
karena para penerbitnya tidak mau beresiko dengan isi yang belum tentu diterima. Karenanya, majalah sengaja menyediakan diri untuk melayani
khalayak itu saja. Dewasa ini relatif sedikit majalah yang mendominasi pasar.
Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing mewakili berbagai kepentingan atau atau selera pembaca. Meskipun kompetisinya
sangat tajam, namun sirkulasi majalah yang terfokus pada kelompok tertentu menjadikannya tetap menarik bagi para investor. Apa yang paling
penting adalah gagasan.
26
26
William L. Rivers, Jay W. Jensen dan Theodore Peterson, op.cit. hal 193
Selain menjadi institusi bisnis, majalah juga menjadi institusi politik. Peristiwa politik yang selalu menarik untuk diberitakan oleh media
massa sebagai bahan liputan tentunya dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, saat ini politik sedang berada di era mediasi politics in the age
of mediation, yakni media massa hampir mustahil dipisahkan dari kehidupan politik. Bahkan para aktor politik senantiasa berusaha menarik
perhatian wartawan agar aktivitas politiknya diliput wartawan. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor
politik lazimnya selalu mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seperti rapat partai atau pertemuan tokoh politik
dengan pendukungnya. Bahkan jika peristiwa politik itu bersifat luar biasa seperti pergantian presiden di tengah masa jabatan dan pembubaran
parlemen. Alhasil, liputan politik senantiasa menghiasi berbagai media setiap harinya.
27
Pada satu pihak, liputan politik ini memiliki dimensi pembentukan opini publik. Dalam kerangka pembentukan opini publik ini, media massa
umumnya melakukan tiga kegiatan sekaligus. Yaitu, menggunakan simbol-simbol politik language of politic, melaksanakan strategi
pengemasan pesan framing strategies, dan melakukan fungsi agenda media agenda setting function. Saat melakukan ketiga tindakan tersebut,
boleh jadi media dipengaruhi oleh berbagai faktor internal berupa kebijakan redaksional tertentu mengenai suatu kekuatan politik,
27
Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004 hal 1
kepentingan politik para pengelola media, relasi media dengan sebuah kekuatan politik tertentu, dan faktor eksternal seperti tekanan pasar atau
pemirsa, sistem politik yang berlaku, dan kekuatan-kekuatan lainnya. Dengan demikian, boleh jadi satu peristiwa politik bisa menimbulkan
opini publik yang berbeda-beda tergantung dengan cara masing-masing media melaksanakan tiga tindakan tersebut.
28
Di pihak lain, media massa di Indonesia, tidak terkecuali majalah, yang telah menjadi institusi bisnis, mau tak mau harus memikirkan pasar
demi memperoleh keuntungan dari penjualan maupun dari iklan. Tak terkecuali dalam menyajikan berita politik, karena pengaruh modal ini
media massa akan lebih memperhatikan kepuasaan khalayak pelanggan dan pengiklan sebagai pasar mereka mengkonsumsi berita-berita politik.
Keberpihakan yang timbul ini merupakan bagian dari transaksi antara kepentingan politik bagi aktor politik dan bisnis bagi media itu sendiri.
6. Jurnalisme dan Pers