Hirarki pengaruh pemberitaan Jokowi pada laporan utama Majalah Tempo edisi April-Juni 2014

(1)

Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi Pada Laporan Utama MajalahTempo Edisi April-Juni 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S.Kom.I)

Oleh :

Nurfajria NIM 1110051100045

KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK Nurfajria (1110051100045)

Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi Pada Laporan Utama Majalah Tempo Edisi April-Juni 2014

Pemilihan Presiden di tahun 2014 merupakan pemilihan kepala negara secara langsung kali ketiga dalam sejarah Indonesia. Banyak tokoh nasional yang mencalonkan diri sebagai calon presiden. Namun, akhirnya hanya ada dua pasang calon yang menjadi calon presiden dan wakilnya, masing-masing Prabowo Subianto-Hatta Rajassa dan Joko Widodo-Yusuf Kalla. Mereka merupakan tokoh yang fenomenal. Semua media memberitakan kedua pasangan ini, majalah Tempo misalnya. Namun, pada April-Juni 2014, porsi pemberitaan Jokowi di laporan Utama majalah Tempo lebih banyak. Laporan utama majalah Tempo merupakan rubrik utama yang tercermin dalam cover majalah dan berita tersebut mendapatkan porsi lebih banyak.

Berdasarkan konteks di atas, timbul pertanyaan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi pemberitaan Jokowi pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014?

Teori yang digunakan untuk menganalisis rumusan masalah di atas, penulis menggunakanTheories of Influences on Media Contentyang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori hirarki media ini menjelaskan bagaimana lima faktor pengaruh bisa memengaruhi sebuah pemberitaan di sebuah media. Lima faktor tersebut masing-masing level individual, level kerutinan media, level organisasi media, level ekstra media, dan level ideologi media.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dengan Jobpie Sugiharto (redaktur desk nasional) dan Anton Septian (reporter) majalah Tempo, penulis analisis dan sepadankan dengan teori hirarki pengaruh.

Kesimpulannya adalah pemberitaan tentang Jokowi pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014 tidak lepas dari kelima faktor level hirarki pengaruh tersebut, baik dari internal maupun eksternal media. Faktor-faktor tersebut di antaranya berasal dari faktor individu, kerutinan media, organisasi media, ekstra media dan faktor ideologi. Namun, faktor level yang paling berpengaruh secara signifikan terdapat pada faktor individual yang dipengaruhi oleh reporter dari latar belakangnya dalam menentukan angle awal pemberitaan, faktor level kerutinan media yang representasikan pada rapat perencanan, faktor ekstra yang dipengaruhi oleh pangsa pasar dan faktor ideologi mediaTempo yang mendukung demokrasi dan antistatusquo. Faktor organisasi tidak berpengaruh. Kebijakan redaksi majalahTempo dalam memberitakan laporan utamanya mengacu pada rapat-rapat redaksi. Pada rubrik laporan utama majalah Tempo mengenai Jokowi edisi April-Juni 2014, kebijakan yang diambil yaitu mengacu pada apa yang terjadi di masyarakat (publik), melihat kebutuhan pasar akan berita yang sedang booming, dan berpedoman pada hasil rapat redaksi.


(6)

ii

Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah album kehidupan yang lebih terarah.

BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh zaman.

Terimakasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung. Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada:


(7)

iii

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed, Wakil Dekan II Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Sunandar Ibnu Noor, M.A.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A.

3. Drs. Helmi Hidayat, MA., dosen pempimbing yang senantiasa selalu berbagi ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.

4. Pihak Tempo Arif Zulkifli sebagai Pemimpin Redaksi, Jobpie Sugiharto (Redaktur) dan Anton Septian (Wartawan) sebagai narasumber peneliti, Andry Setiawan (Bang Joey), Moniq dan Esti sebagai sekretaris redaksi majalah Tempo dan segenap karyawan majalah Tempo yang telah membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.

5. Ayahanda tercinta Hasannudin yang senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga ibunda terkasih Warniah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan tanpa akhir, dan senyum penuh ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhirs. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.


(8)

iv

Az-Zufar Putra, aa Agung beserta istrinya Nida, Wahyu Musthofa dan Zahrotul Munawwaroh dan sepupu Dita Nona Lisa beserta suami dan anaknya Sugiono dan dede Ezar, terimakasih telah membantu meminjamkan jasanya. 7. Ahmad Ghazali yang menjadi kacamata dunia bagi penulis, terima kasih selalu

hadir menemani dan meluangkan waktunya dengan ikhlas. Jangan pernah bosan menjadi penerang untuk jelajahi dunia bersama penulis. Keep smile. 8. Kakak-kakak senior yang berteman dengan baik dengan penulis, Bang Fahdi,

Bang Adit, Bang Adul, Bang Amay, Kak Jali, Kak ajeng, Kak Ajib, Kak Japra, Kak Vija, Kak Momba, Kak Faqih, Kak Bejo terimakasih telah menjadi kakak-kakak senior yang hebat.

9. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2010 Diyah, Stiffani, Cilay, Ika, Ami, Lala, Athifa, Damar, Dwiyan, Tyo, Annisa, Dini, Fiki H, Fauziah, Mae, Anas, Hetty, Welda, Tanti, Viky, Butet, Isye, Oji, Dede, Fajar, Qinoy, Farhan, Rijuan, Farid, Hakim, Imam, Yoga yang telah sama-sama berjuang selama di bangku perkuliahan.

10. Teman seperjuangan di DEMA Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Zikri, Tanto, Ijal, Eki, Chabibullah, Baba, Qipung, Bongkeng, Bimo, Damar, Pacil, Jeje, Gadis, Vivih, Maria, Indah, Alfa, Arum, Widya, Sonya, Rani, Zakia, yang sama-sama berproses di FDIKOM ini.

11. KKN ANJAS yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Ijal, Zikri, Tanto, Bimo, Andika, Surya, Iqbal, Zizah, Indah, Alfa, Putri, Asri Wiwit, Uswah, Maria, Gega.


(9)

v

12. Organisasi teristimewa Komunitas Mahasiswa Lintas Alam (KMLA) Garuda FDIKOM Yudi Jenggot, Sabir Laluhu, Fahdi Fahlevi, Aditya Rizal, Iyung, Unyil, Codet, Togar, Jali, Kuro, Bongkeng, Budi, Putri, Nunu, Sri, Mella, Helmi, Bastian, Mirob, Bitut, Biseng, Tarzan, Luwak, Layu, Cenges, Keris, Pangkat, Iwot, Jomah, Saut, Munye, Kudung, Boyan, Konung, Bontot, Suares, dan Cengo yang telah menjadi rumah kedua bagi penulis dalam suka maupun duka. Tetap“Terbang Tinggi Tak Lupa Bumi”kawan.

13. Bidadari Hutan yang bersedia berubah menjadi bidadari bercariel yang menjajaki keindahan dunia lewat indahnya puncak gunung, Wiwin, Tatoem, Emak ii, Tutuy, Idoy.

14. Kosan Matahari yang selalu memberi pelajaran dan pengalaman anak rantauan. Terimakasih Nunu dan Putri atas semua canda, tawa dan nangis kalian, ini akan selalu saya rindukan. Semoga selalu sukses kawan.

Wal akhirah, terimakasih atas semua dukungan dan bantuan moril dan materil yang di dapat penulis dari berbagai pihak, penulis hanya bisa menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan imbalan yang berlipat ganda. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat untuk civitas akademika dan khususnya untuk penulis pribadi.

Jakarta, 13 April 2015


(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

...

1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Hirarki Pengaruh Media

...

15

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media

...

16

2. Level Pengaruh Kerutinan Media ... 19

3. Level Pengaruh Organisasi Media... 28

4. Level Pengaruh Luar Media

...

32

5. Level Pengaruh Ideologi Media

...

36

BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAHTEMPO A. Sejarah dan Berkembangnya Majalah Tempo

...

40


(11)

vii

C. Struktur Organisasi Majalah Tempo

...

48

D. Penghargaan Majalah Tempo

...

49

E. Laporan Utama Majalah Tempo

...

51

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS A. Analisis Hirarki Pada Pengaruh Pemberitaan Jokowi dalam Laporan Utama Majalah Tempo

...

53

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media

...

53

2. Level Pengaruh Kerutinan Media

...

59

3. Level Pengaruh Organisasi Media

...

74

4. Level Pengaruh Ekstra Media... 79

5. Level Pengaruh Ideologi Media ... 84

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

...

94

B. Saran

...

95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii

Gambar. 1 Media Rutin Sebagaimana Berkaitan Dengan Tiga Sumber

Batasan ... 20

Gambar. 2 Struktur Organisasi Surat Kabar ... 29

Gambar. 3 Hirarki Pengaruh di Media Massa... 39


(13)

ix

DAFTAR GRAFIK


(14)

x

Bagan. 1 Proses Rapat Redaksi dan Alur Pembuatan Berita di Majalah


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemilihan Presiden di tahun 2014 merupakan pemilihan kepala negara secara langsung yang kali ketiga dalam sejarah Indonesia. Banyak tokoh nasional yang mencalonkan diri sebagai calon presiden, seperti Aburizal Bakrie, Suryo Paloh, Wiranto, Hary Tanoe Sudibyo, Prabowo Subiyanto, Anis Matta, Joko Widodo dan lain sebagainya. Namun setelah melewati seleksi politik yang sangat ketat, hanya ada dua pasangan yang tersaring dan mencalonkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai calon presiden dan wakilnya. Pasangan pertama dengan nomor urut satu adalah Prabowo Subiyanto-Hatta Rajasa dan pasangan kedua dengan nomor urut dua yaitu Joko Widodo-Jusuf Kalla, kerap dipanggil Jokowi-JK.

Dua pasang kandidat ini merupakan tokoh nasional yang banyak menyita perhatian publik. Hal ini ditandai dengan pemberitaan yang masif terhadap kedua pasang calon di berbagai media, mulai dari media cetak (surat kabar, majalah), elektronik (televisi, radio) hingga internet pun marak memberitakan mereka. Pemberitaan calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta, lebih sering muncul di TVone, ANTV, Vivanews.com, GlobalTV, RCTI, MNC TV, Koran Sindo, Sindo TV dan Okezone.com. TV One adalah milik Aburizal Bakrie. Dia adalah pemilik Viva Group yang memiliki TV One, ANTV, dan juga Vivanews.com. Sedangkan MNC Group yang menaungi Global TV, RCTI, MNC TV, Sindo TV, Koran Sindo, Okezone.com, dan Trijaya FM dimiliki Hary Tanosoedibjo. Keduanya


(16)

adalah pemimpin dari Partai Golongan Karya (Golkar) dan Hati Nurani Rakyat (Hanura) yang berkoalisi bersama partai calon nomor urut satu, Prabowo-Hatta. Sementara itu, calon nomor dua, Jokowi-JK, lebih sering muncul di MetroTV. Pemilik media tersebut adalah Suryo Paloh. Dia adalah ketua partai Nasional Demokrasi (Nasdem) yang bergabung menjadi bagian koalisi dari partai calon urutan nomor dua, Jokowi-JK.

Tidak dipungkiri bahwa hubungan antara pemilik media dengan para calon presiden sangat terlihat. Hubungan tersebut bisa dimaklumi karena pemilik media tersebut merupakan pemimpin partai yang bergabung menjadi bagian dari koalisi partai kedua pasang calon presiden. Kedua pasang calon yang terdaftar adalah calon presiden dan wakilnya yang terdiri dari gabungan partai-partai yang berkoalisi. Mereka menyatukan suara agar calon presiden bisa masuk kedalam

presidential threshold”.

Keterlibatan media dengan para calon dapat dilihat dari data yang tercatat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama masa kampanye berlangsung di berbagai media. Berdasarkan catatan KPI, pasangan Prabowo-Hatta banyak diwartawakan oleh TV One sebanyak 36.561 detik, MNC TV (5.116 detik), lalu berturut-turut RCTI, ANTV dan Global TV (4.714, 3.223 dan 2.690 detik). Sementara pasangan Jokowi-JK lebih banyak disiarkan oleh Metro TV (37.577 detik), SCTV (6.089 detik) dan Indosiar (3.354 detik). Untuk pemberitaan Jokowi-JK di Metro TV, terdapat 187 item, di antaranya 184 item positif dan tiga item lainnya negatif. Sementara pemberitaan Prabowo-Hatta di Metro TV berisi 90 item dimana sebanyak 86 item di antaranya positif dan empat item negatif. Sementara pemberitaan di TV One, pemberitaan Jokowi-JK ada 79 item, dengan


(17)

3

73 item positif dan enam item negatif. Sedangkan, dalam pemberitaan Prabowo-Hatta ada 157 item, di antaranya 153 item positif dan empat item bersifat netral.1

Dari banyak data yang dipaparkan, terlihat bahwa sosok para calon presiden 2014 memang fenomenal. Hampir semua media memberitakan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK, tak terkecuali majalah Tempo. Sebagai media mainstream, majalah Tempo juga turut hadir dalam menyajikan pemberitaan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Namun peneliti melihat bahwa pemberitaan yang disajikan tidak berimbang. Pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo mendapat porsi yang lebih banyak, bahkan sosok mantan walikota Solo itu pun sering dijadikan sebagai kover majalah di berbagai edisi.

Dari April hingga Juni 2014, tercatat ada 14 edisi majalahTempo, delapan edisi di antaranya berupa laporan utama yang mengangkat berita tentang kedua pasang calon presiden. Masing-masing berjudul Koalisi Hiruk-pikuk, Efek Puan Efek Jokowi, Wakil Sehidup Semati, Berburu Kursi Wapres, Duet Kepepet, Habis Transaksi Terbit Koalisi, Prahara Obor Rakyat, dan edisi khususnya Bowo, Joko, Hatta & Kalla. Judul-judul di atas merupakan laporan utama yang banyak memberitakan Jokowi. Hampir sebagian kover majalahnya pun menggunakan sosok Jokowi dalam edisi majalah tersebut. Sedangkan lima edisi laporan utama lainnya membahas judul lain, masing-masing berjudul Ada Apa Dengan TNI, Hutan Hilang Suap Terbilang, Robek Kocek Tamu Tuhan, Teror Pedofil di Sekolah, dan Akhir Perjalanan Hadi Poernomo. Laporan utama ini tidak mengangkat tentang Jokowi.

1

Kompas.com,”Data KPI Pusat: Tak Ada Berita Negatif Prabowo-Hatta di TV One”, artikel ini di akses pada 14 Oktober 2014 pukul 16:32 WIB dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/06/04/0945271/Data.KPI.Pusat.Tak.Ada.Berita.Negatif. Prabowo-Hatta.di.TV.One


(18)

Sebagai media nasional yang memegang independensi, majalah Tempo harusnya berimbang dalam menyajikan berita, tidak memihak kepada siapapun. Hal ini juga menjadi ketertarikan peneliti untuk membahas majalah Tempo dalam memberitakan tentang Jokowi dalam edisinya. Ada apa dengan Tempo dalam menyajikan berita tentang Jokowi? Apakah ada keberpihakan? Atau hanya pengaruh dari faktor-faktor media lainnya?.

Faktor-faktor yang memengaruhi media adalah faktor internal dan eksternal media. Pengaruh faktor-faktor ini disebut sebagai Teori Hirarki Pengaruh Media yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Pandangan ini merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media.

Menurut Pamela dan Reese, faktor-faktor yang memengaruhi pemberitaan di media adalah pengaruh individual level (individual level), pengaruh kerutinan media (routine level), pengaruh organisasi level (organizational level), pengaruh ekstra media level (extra media level), dan pengaruh ideologi (ideology level).2

Dari kelima faktor pengaruh tersebut, faktor internal yang memengaruhi media biasanya berasal dari dalam media. Faktor individual level, datang dari pekerja media (reporter, wartawan), faktor kerutinan media muncul dari keseharian sebuah media dalam pengemasan sebuah berita, dan faktor organisasi level yang biasanya berkaitan dengan struktur organsasi di media (ownership) atau kepemilikan yang berpengaruh besar atas pemberitaan di media tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat memengaruhi sebuah pemberitaan di media biasanya berasal dari luar media. Faktor pengaruh ekstra media level

2

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message; Theories of Influences on Mass Media Content (New York: Longman Publisher, 1996), h. 64.


(19)

5

berasal dari pengiklan, penonton, kontrol pemerintah, pangsa pasar atau sumber berita dan faktor pengaruh ideologi level diakibatkan oleh cara pandang yang dipegang oleh sebuah media.

MajalahTempojuga tidak luput dari lima faktor pengaruh yang dijelaskan oleh Pamela dan Reese dalam meyajikan berita. Bagaimana faktor internal dan eksternal media memengaruhi pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo dan seberapa besar keberpihakan media yang dapat memengaruhi pemberitaan Jokowi di majalahTempo.Hal inilah yang menjadi menarik untuk diteliti.

Tempoadalah media nasional yang belum diketahui keberpihakannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Kun Waziz dalam bukunya Media Massa dan Konstruksi Realitas yang mengatakan bahwa tidak semua media sudah terlihat jelas ke arah politik mana media berlabuh, seperti kelompok Tempo dan Kompas yang masih menjadi bola liar. Secara formal sulit mendifinisikan kedekatan politik mereka.3 Di sinilah ketertarikan peneliti untuk meneliti media Tempo sebagai media mainstream yang masih menjadi bola liar.

MajalahTempoadalah majalah berita yang terbit mingguan dan selama ini terlihat independen. Edisi pertama Tempo berhasil diterbitkan pada Maret 1971. Majalah ini bertahan cukup tangguh dalam menjalani masa kejayaannya. Media ini pada zaman Soeharto pernah dibredel.4

Laporan utama merupakan salah satu rubrik di majalah Tempo. Laporan utama ini membahas isu-isu besar yang akan dijadikan headline dan kover majalah pada edisi terbitan majalah Tempo. Kover yang dipakai oleh suatu media

3

Kun Wazis,Media Massa dan Konstruksi Realitas(Malang: Aditya Media Publishing, 2012) Cet. pertama, h. 24.

4

Fahcrul Khoirudin,Sejarah Majalah Tempo : Konflik dan Pemberedelan,artikel ini diakses pada 30 April 2014 pukul 14.00 dari http://id.Wikipedia.org/majalahTempo.


(20)

cetak harus menarik karena isu besar yang disajikan media dengan kover atau headlineyang biasa-biasa saja tidak akan memikat para pembaca. Ini adalah salah satu strategi media untuk memikat pembaca pada pandangan pertama.

Hal ini juga disampaikan juga oleh Tom E. Rolnicki dalam bukunya Pengantar Dasar Jurnalisme bahwa selain kover, faktor yang sangat penting dalam sebuah media massa adalahheadline atau judul utama.Headline atau judul utama menjadi penting sebab;pertama, ia menyebut atau meringkas fakta penting dari berita. Headlinememudahkan pembaca mencari dan memilih berita di koran, majalah atau yearbook. Kedua, ia mengomunikasikan mood berita. Headline memberi pembaca semacam pemahaman nada berita. Berita utama atau feature berita akan menggunakan headline yang langsung dan informatif. Ketiga, peran headline dalam membantu pembaca menentukan pilihan untuk membaca berita yang dianggapnya lebih penting. Umumnya adalah bahwa semakin besar hurufnya, semakin penting beritanya.5

Dalam pembahasan di atas peneliti ingin melihat bagaimana pemberitaan tentang Jokowi bisa menjadi kover bahkan sebagian menjadi laporan utama di berberapa edisi majalah Tempo. Ketertarikan penulis dalam masalah ini adalah ingin mengetahui faktor apa yang paling memengaruhi pemberitaan tetang Jokowi di majalahTempo pada April hingga Juni 2014 dan bagaimana kebijakan majalah Tempodalam menentukan laporan utama.

Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul “Hirarki Pengaruh Pemberitaan Jokowi pada Laporan Utama Majalah Tempo Edisi April–Juni 2014”

5


(21)

7

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal: a. Penelitian ini memfokuskan diri pada pengaruh hirarki yang

berlangsung atas pemberitaan majalahTempo.

b. Pemberitaan yang diteliti adalah pemberitaan tentang Jokowi di majalahTempopada April hingga Juni 2014.

2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor hirarki apa saja yang berpengaruh pada pemberitaan tentang Jokowi di majalahTempo?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui faktor-faktor hirarki yang memengaruhi pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo dan menangkap kebijakan redaksi majalah Tempo saat menentukan laporan utama khususnya di bulan April–Juni 2014.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis: Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pembaca terkait dengan pendekatan teori hirarki pengaruh bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(22)

b. Manfaat Praktis: Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian serupa, memberi gambaran terhadap masyarakat mengenai pengaruh-pengaruh hirarki yang terjadi pada pemberitaan di sebuah media, dan mendorong khalayak bersikap kritis terhadap berita yang dimunculkan media massa.

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma dalam buku filsafat Ilmu Komunikasi oleh Dani Vardiansyah dilihat sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang tak lain akan mempengaruhi dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku.6 Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis yang memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi dari hasil konstruksi. Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosial.7

Paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Paradigma ini lebih menekankan kepada empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk menkonstruk realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.8

6

Dani Vardiansyah,Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar(Jakarta: PT Indeks, 2005), h. 27.

7

Burhan Bungin,Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), cet. Ke-3 h. 204.

8

Rachmat Kriyantoro,Teknik Praktis Riset Kominukasi(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 52.


(23)

9

2. Metode Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan model deskriptif. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo dan rekaman-rekaman resmi lainnya.9 Tujuan dari pendekatan ini adalah menjelaskan fenomena yang sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannnya maupun dalam peristilahannya.10

Bogdan dan Taylor dalam buku Metode Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Peneliti menganalisis menggunakan metode kualitatif ini dengan cara menjelaskan sedalam-dalamnya data dengan teori yang digunakan yaitu hirarki pengaruh media.

Menurut Crasswell, beberapa asumsi dalam pendekatan kualitatif adalah pertama, peneliti kualitatif lebih memerhatikan proses daripada hasil. Kedua, peneliti kualitatif lebih memerhatikan interpretasi. Ketiga, peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data

9

Emzir,Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), Cet. ke-3, h. 11.

10

Nurul Hidayat,Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. ke 1, h. 7.

11

Lexy J. Moeleng,Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. ke 10, h. 3.


(24)

serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi di lapangan. Keempat, peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.12

Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan instrument wawancara dan pengamatan (observation).13

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik anatara lain: a. Wawancara: Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode wawancara, suatu teknik yang dianggap tepat dalam mendapat informasi. Ini karena data yang didapatkan secara langsung diperoleh dari orang yang bersangkutan dan lebih akurat. Karena itu, peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin (semi structured interview), yaitu wawancara dengan menggunakan interview guide atau pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan.14 Wawancara dilakukan secara bebas, tetapi menggunakan pedoman wawancara yang baik dan benar agar pertanyaan lebih terarah. Data yang diperoleh bisa dengan cara tanya jawab secara lisan, ataupun melalui surat elektronik (email). Peneliti melakukan wawancara dengan Reporter majalahTempo, Redaktur Pelaksana majalahTempo.

12

Agus Salim,Teori dan Paradigma Sosial dari Guba dan Penerapannya, h. 303.

13

Antonius Birowo,Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,(Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2.

14

Denzin, Norman K, Lincoln, Yonna S,Handbook of Qualitative Research,Dariyanto dkk (edisi terjemahan Indonesia.), (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009).


(25)

11

b. Dokumentasi: Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.15 Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah dokumen yang dimiliki majalah Tempo pada bagian laporan utama yang diteliti baik tertulis, gambar atau foto, grafik dan lain sebagainya. Ada juga data yang bersumber dari buku, majalah, dan internet berupa artikel-artikel media massa yang ada relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti.

4. Informan Penelitian

Peneliti menggunakan informan yang akurat untuk melakukan wawancara dengan pihak media terkait. Informan yang akurat dan tepat untuk menjadi data yaitu seorang reporter dari majalah Tempo yang ikut membertitakan mengenai Jokowi saat itu dan seorang redaktur pelaksana yang terlibat dalam pembuatan berita Jokowi tersebut pada April-Juni 2014. Peneliti menggunakan kedua informan tersebut agar data yang didapatkan akurat dan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan wawancara pada kedua informas tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya, peneliti menyusun data yang ada agar sistematis, lalu mengklasifikasi data itu untuk dianalisis sesuai masalah dan tujuan penelitian, kemudian menyajikan dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif deskriptif. Penulis menganalisis dan membandingkan data deskriptif yang telah

15

Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar,Metodologi Penelitian Sosial,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) cet. ke-4 h. 73.


(26)

diperoleh, dan merelevansikannya dengan teori hirarki pengaruh yang dikenalkan oleh Pamela dan Reese.

6. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, da Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negari Sayarif Haidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Analisis ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku yang membahas tentang analisis hirarki pengaruh pada media massa, salah

satunya adalah skripsi dengan judul “Hirarki Pengaruh Pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo” yang ditulis oleh Fahdi Fahlevi, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaan Islam tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemberitaan Ahmadiyah di Majalah Tempo selama sebulan. Sedangkan peneliti meneliti laporan utama di majalah Tempoterkait pemberitaan Jokowi selama tiga bulan terhitung mulai April hingga Juni 2014. Bedanya dengan peneliti sebelumnya yaitu Fahdi Fahlevi menggunakan observasi untuk teknik pengumpulan data dan objek yang dipilihnya yaitu isu mengenai kekerasan terhadap agama, sedangkan peneliti mengangkat isu tentang sosok tokoh baru yang sedang tenar dikalangan masyarakat. Sosok ini dianggap punya pengaruh besar terhadap rakyat Indonesia untuk menjadi kepala negara.


(27)

13

Penelitian lain juga dilakukan oleh saudari Halimatus Sa’diyah dengan skripsinya berjudul “Hirarki Pengaruh Dalam Proses Penyeleksian Berita Studi Pada Kebijakan Redaksi Liputan 6 SCTV”. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif fenomenologi, sementara jenis penelitian yang akan peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis analisis deskripstif. Penelitian yang dilakukan oleh Halimatus Sa’diyah lebih kepada

faktor apa yang memengaruhi proses penyeleksian berita yang terjadi di media elektronik yaitu pada program Liputan6, sedangkan peneliti lebih kepada faktor-faktor apa saja yang memberi pengarih pada pemberitaan Jokowi yang terjadi di media cetak yaitu pada laporan utama majalah Tempo edisi April-Juni 2014

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah. Pembatasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sitematika Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI mengurai tentang kajian teori Hirarki Pengaruh yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dan Kebijakan Redaksional.

BAB III GAMBARAN UMUM menjelaskan profil tentang sejarah berdirinya majalah Tempo, struktur organisasi majalah


(28)

Tempo, visi dan misi majalah Tempo, laporan utama majalahTempo.

BAB IV TEMUAN DAN HASIL ANALISIS mengulas analisis data yang diperoleh dari Majalah Tempo terkait faktor-faktor apa saja yang memengaruhi majalahTempopada tiga bulan edisi mulai dari April – Juni 2014 pada pemberitaan tentang Jokowi.


(29)

15

BAB II KAJIAN TEORI

A. Teori Hirarki Pengaruh Media

Teori Hirarki Pengaruh (Hierarchy of influence) pertama kali diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media. Teori ini membahas tentang isi media merupakan suatu pemberitaan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal media. Pamela dan Reese membaginya dalam lima level yaitu level individu (Individual level), level kerutinan media (Media routine level), level organisasi (Organization level), level ekstra media (Extra media level) dan level ideologi (Ideological level).

Asumsi dari teori ini adalah bagaimana pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh dari internal media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, dan kerutinan media sehari-sehari. Pengaruh faktor eksternal media yang ikut menwarnai konten media adalah para pengiklan, pangsa pasar, kontrol pemerintah, dan faktor eksternal lainnya.

Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda setting merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media.1 Dengan kata lain isi dari konten media adalah kombinasi dari program

1

Stephen D. Reese,Setting the media’s Agenda: A power balance perspektive(Beverly Hills: Sage, 1991), h. 324.


(30)

internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang berasal dari sumber-sumber nonmedia, seperti individu-individu yang berpengaruh pada sosial, petinggi pemerintah, pemasang iklan dan pengaruh luar lainnya.

Dalam teori ini akan terlihat seberapa berpengaruhnya sebuah berita pada tiap-tiap level yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Walaupun faktor organisasi media dan faktor kepemilikan merupakan level yang paling kuat, namun level individu, level kerutinan media, dan level ekstra media tidak boleh mengesampingkan, karena satu sama lain dari kelima level tersebut ikut memengaruhi berita di media. Lebih lanjutnya peneliti akan membahas setiap level dalam teori hirarki pengaruh media yang dijelaskan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, yaitu:

1. Level Pengaruh Individu Pekerja Media

Pengaruh ini biasa direpresentasikan kepada seorang jurnalis atau wartawan. Level individu ini juga biasa disebut sebagai pekerja media, karena mereka sendirilah yang terjun langsung mencari bahkan membuat berita. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa memengaruhi sebuah pemberitaan karena faktor latar belakangnya, seperti latar belakang pendidikan, karakteristik atau kompetensi si wartawan. Sebagai contoh wartawan yang ahli dibidang hukum jika mendapati meliput berita tentang olahraga, maka otomastis berita yang disajikan tidak mendalam. Akan berbeda dengan wartawan yang meliput sesuai dibidang ahlinya.

Faktor individu dari seorang pekerja media sedikit banyaknya sangat memengaruhi pemberitaan di sebuah media. Hal tersebut bisa terjadi karena seorang jurnalis atau wartawan sebagai pencari berita dapat juga


(31)

17

mengkonstruk pemberitaan sebuah media. Seorang jurnalis adalah sosok dibalik berita, yang mengumpulkan dan membuat berita yang dapat dilihat dari segi personalnya. Salah satu faktor yang memengaruhi level individu dari teori hirarki pengaruh ini adalah faktor latar belakang dan karakteristik.

Faktor latar belakang dan karakteristik dari pekerja media menurut Shoemaker dan Reese dibentuk oleh beberapa faktor, yaitu masalah gender atau jenis kelamin dari jurnalis, etnis, orientasi seksual dan faktor pendidikan dari sang jurnalis.2

Fokus peneliti saat ini adalah faktor latar belakang dan karakteristik seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikannya. Banyak perdebatan mengenai kompetensi seorang jurnalis dilihat dari segi pendidikan. Hal ini dikarenakan tingkat intelektual atau disiplin ilmu yang diambil oleh seorang jurnalis pada masa pendidikannya di bangku perguruan tinggi sangat dapat memengaruhi pemberitaan sebuah media.

Salah satu perdebatan yang terjadi ada di Amerika Serikat. Dalam hal tersebut membahas mengenai lebih kompeten mana seorang jurnalis dengan latar pendidikan secara professional daripada seorang jurnalis dengan latar belakang yang mengenyam pendidikan dari disiplin ilmu lainnya diluar ilmu jurnalistik. Tapi kini mayoritas pekerja media justru berasal dari disiplin ilmu yang lain, seperti sejarah, ilmu politik, dan disiplin ilmu lainnya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan antara seorang pekerja media yang mendapatkan ilmu jurnalistik dan disiplin ilmu lainnya. Kelebihan seorang pekerja media yang mendapat ilmu jurnalistik di bangku

2

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content(New York: Longman Publishers, 1996), h. 64.


(32)

perkuliahannya yaitu lebih unggul dalam teknik penulisan berita, baik dalam penulisan straight news, feature atau jenis berita lainnya. Sedangkan seorang pekerja media yang mendapat disiplin ilmu lain di luar dari ilmu jurnalistik, lebih unggul dalam materi atau bidang berita yang digelutinya.

Faktor pendidikan dan karakteristik ini sangat memengaruhi individu seorang pekerja media kepada penulisan berita yang akan disajikan. Ilmu yang didapatkan oleh seorang jurnalis sangat memengaruhi hasil penulisan sebuah berita yang disajikan olehnya, karena ilmu yang didapat sebelumnya dapat menentukan kualitas sebuah pemberitaan. Dalam atau tidaknya sebuah pemberitaan juga ditentukan oleh latar belakang pendidikan dan karakteristik sang jurnalis.

Faktor kedua yang dapat membentuk faktor individual level adalah faktor kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku pada seorang jurnalis. Faktor ini juga dapat memengaruhi sebuah pemberitaan yang dibentuk oleh seorang jurnalis karena banyaknya pengalaman yang pernah dirasakan, nilai-nilai serta perilaku yang didapat secara tidak langsung sangat berefek pada pemberitaan yang dikonstruk oleh jurnalis. Aspek kepercayaan dan nilai-nilai dalam level individual ini memang tidak terlalu kuat untuk membentuk efek kepada seorang jurnalis dalam mengkonstruk berita, karena aspek yang lebih kuat dalam mengkonstruk jadinya berita adalah kekuatan aspek organisasi level dan rutinitas media. Walaupun aspek kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku tidak bisa lebih berpegaruh kuat membentuk efek pada seorang jurnalis, tetapi sedikit banyaknya faktor tersebut dapat memengaruhi sebuah pemberitaan.


(33)

19

2. Level Pengaruh Kerutinan Media

Level ini memelajari tentang efek pada pemberitaan dilihat dari sisi kerutinan media. Kerutinan media adalah kebiasaan sebuah media dalam pengemasan sebuah berita. Dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang sudah terpola, sudah dipraktekan oleh pekerja media, dan terjadi secara berulang-ulang. Sebagai contoh, seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya menggukanan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan oleh media ditempatnya bekerja, misalnya media yang menggunakan aturan penulisan dengan gaya bahasa yang frontal dalam membuat naskah berita, bagi produser tidak akan meloloskan naskah berita yang tidak memenuhi strandarisasi di media tersebut. Apa yang dilakukan oleh sang jurnalis dangatekeepertersebut sesungguhnya bukan kehendak mereka, melainkan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh media. Mereka hanya menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku di media massa tersebut. Hal inilah yang disebut dengan media routineyang memengaruhi konten media.

Kerutinan media terbentuk oleh tiga unsur yang saling berkaitan yaitu sumber berita (suppliers), organisasi media (processor), dan audiens (consumers).3 Tiga unsur ini saling berhubungan, berkaitan dan membentuk kerutinan media yang membentuk pemberitaan pada sebuah media, seperti skema gambar dibawah ini:

3

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 109.


(34)

Media Organization Producer

Audience Consumers Sources

Suppliers


(35)

21

Ketergantungan media terhadap audiens yang akan menghasilkan keuntungan bagi media, turut menjadi penyebab kenapa media sangat memerhatikan unsur audiens dalam pemilihan berita. Media sangat memerhatikan unsur nilai berita yang akan disajikan sebuah media dimana media tersebut sangat tergantung pada audiens.

Kedua, unsur organisasi media (supplier) yang bisa disebut juga sebagai pengolahan pemberitaan. Unsur organisasi media yang paling berpengaruh adalah editor media atau biasa disebut gatekeeper (penjaga gawang). Seorang editor pada setiap media adalah orang yang menentukan mana berita yang layak untuk diterbitkan mana yang tidak. Hasil pencarian berita oleh wartawan akan diputuskan oleh editor di meja redaksi. Sang editorlah yang menentukan berita mana yang layak untuk diterbitkan. Kebijakan dari editorlah yang menentukan kerutinan sebuah media dalam menentukan pemberitan. Jenis dari media juga ikut memengaruhi kerutinan sebuah media yang pada akhirnya juga berpengaruh pada isi dari media.

Ketiga, unsur sumber berita. Sumber berita adalah berita atau informasi yang didapatkan oleh jurnalis dalam pencarian berita di lapangan. Sumber berita biasanya adalah lembaga pemerintah, swasta, lembaga swadaya masyarakat, partai politik dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini ikut memengaruhi pemberitaan sebuah media, karena terkadang lembaga yang menjadi sumber berita memberikan pesanan kepada wartawan agar berita yang keluar dari sebuah media tidak bertentangan dengan lembaganya. Disinilah terjadinya sebuah simbiosis mutualisme antara sumber berita dengan media yang mencari berita. Sebuah media mendapatkan bahan berita dengan mudah


(36)

sedangkan lembaga yang menjadi sumber berita mendapat pencitraan yang baik.

Dalam teori hirarki pengaruh media yang dikenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, level kerutinan media ini di dalamnya juga terdapat kebijakan redaksi yang mengatur segala kebijakan redaksional media massa. Untuk lebih lanjut mengetahui yang dimaksud kebijakan redaksional, peneliti menjelaskan pengertiannya sebagai berikut:

a) Kebijakan Redaksional

Penyampaian sebuah berita yang disajikan oleh seorang jurnalis ternyata sedikit banyaknya menyimpan subjektivitas. Seorang jurnalis mempunyai andil atas berita yang disajikannya, mulai dari mencari dan mengelola berita pun tidak luput dari campur tangan jurnalis. Hal inilah yang membuat terjadinya sebuah subjektifitas dari jurnalis terhadap sebuah berita.

Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita tidak akan dinilai lebih dalam makna yang terkandung di dalamnya. Bagi mereka berita yang disajikan merupakan informasi yang akurat dari media untuk masyarakat. Namun pandangan ini dinilai berbeda bagi para kalangan tertentu yang memahami ruang gerak media. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan yang disajikan, yaitu dalam setiap penulisan berita, penyampaian ideologi secara implisit atau latar belakang dari media tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang jurnalis dalam


(37)

23

menulis berita. Dalam hal ini tentunya sebuah media harus bersifat adil dan bijaksana dalam menaati peraturan pers yang berlaku. Media massa harus memiliki kebijakan yang arif, dan memiliki seorang redaktur yang mempunyai kebijakan redaksional yang bijaksana.

Kebijakan redaksional bisa dimaknai sebagai pedoman yang menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi media massa yang bersangkutan. Kebijakan redaksional ini disamping berkaitan dengan substansi pemberitaan, juga meliputi tujuan mengapa berita tersebut disajikan. Biasanya kebijakan redaksional dipimpin oleh seorang pimpinan redaksi yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan pelaporan berita. Dalam pemahaman tentang kebijakan redaksional, peneliti akan merinci dari kalimat kebijakan dan redaksional, agar bisa lebih dipahami dan lebih dimengerti apa itu kebijakan redaksioanl dan bagaimana cara mengambil kebijakan dalam suatu media.

b) Pengertian Kebijakan

Dalam kamus bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak, pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, dan maksud sebagai garis pedoman untuk menejemen dalam usaha untuk mencapai sasaran.4

Kebijakan biasanya merupakan suatu aturan atau pedoman untuk menentukan suatu tindakan dan tujuan, agar semuanya tercapai sesuai

4


(38)

dengan apa yang diinginkan, biasanya kebijakan diatur atau dibuat oleh seorang atasan atau pimpinan dalam suatu organisasi dalam mengambil suatu kepuasan.

Kebijakan secara umum juga diartikan sebagai kearifan dalam mengelola sesuatu. Dalam ilmu-ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Proses pembuatan kebijakan melibatkan beberapa elemen yang ada, diantaranya yaitu, saluran-saluran komunikasi dalam proses penyampaian informasi mengenai isu-isu kebijakan, baik vertikal, horizontal maupun diagonal dan gerbang-gerbang kritis serta titik pusat keputusan dimana sifat-sifat isu berproses. Kecenderungan-kecenderungan kontinuasi dan dekontinuasi produk kebijakan yang menjadi isu utama, bahwa dalam merealisasikan kebijakan diperlukan seperangkat faktor atau stakeholdersyang menjadi peran pengaruh sebagai perubahan.5

c) Pengertian Redaksional

Redaksional berasal dari kata redaksi yang bermakna suatu bagian penting dalam organisai media komunikasi massa, yang tugas pokoknya mengelola isi atau acara media massa elektronik atau cetak. Bagian redaksional merupakan bagian yang mengurus pemberitaan.

Menurut Maskun Iskandar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang: pertama, pemimpin redaksi yang bertanggung jawab pada kebijakan isi media. kedua, redaktur pelaksana yang dibebani tanggung

5

Sudirman Danim,Pengantar Studi Penelitian Kebijakan(Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 72.


(39)

25

jawab pelaksanaan keredaksian, sehari-hari, dan biasanya yang mengatur isi berita para wartawan atau reporter. Ketiga, editor atau redaktur yang bertugas menyunting naskah dan halaman. Keempat, wartawan atau reporter yang mencari dan yang membuat berita.6

Bagian redaksional ini dipimpin oleh seorang pemimpin redaksi yang bertanggung jawab atas setiap pekerjaan yang berkaitan dengan pencarian dan pelaporan berita. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan, penampilan, dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut.

d) Pengertian Kebijakan Redaksional

Kebijakan redaksioanal merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberikan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam tajuk rencana.7

Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak disiarkannya suatu peristiwa. Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama mapun nilai-nilai yang dihayati.8

Kebijakan mengatur segi-segi usaha agar perusahaan mencapai kemajuan dan keuntungan maksimal. Kebijakan redaksional lebih

6

Maskun Iskandar,Ensiklopedia Nasional Indonesia(Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 125.

7

Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru(Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150. 8


(40)

memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian bahasa jurnaslitik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada media bersangkutan.9

Kebijakan redaksional juga bisa dimaknai sebagai serangkaian pedoman yang menjadi dasar di bidang redaksional sesuai visi dan misi media massa. Kebijakan redaksional juga memengaruhi terjadinya headline news pada sebuah pemberitaan. Sebuah berita utama dalam surat kabar harian dan majalah merupakan laporan utama di setiap edisinya. Dalam pandangan ini, berita utama tentu mempunyai nilai berita yang paling tinggi diantara sekian berita yang masuk ke meja redaksi. Maka dari itu kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa harus sesuai dengan hukum media massa yang berlaku di negara masing-masing dan teori pers yang dianut oleh negara tersebut, karena para penguasaha yang menguasai media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakatnya atas berita yang disajikan.

Dalam pemberitaan, terutama pemilihan headline media dituntut untuk bersikap adil, netral serta objektif. Pemilihan headline sangat berpengaruh pada khalayak pembacanya karena setiap media dalam

9

Haris Sumadiria,Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis(Bandung: Simbioasa Rakatama Media, 2008), h. 23.


(41)

27

memandang suatu peristiwa mempunyai peluang berbeda dalam mengkonstruksikannya. Sehingga jika seorang jurnalis meliput terjadinya satu peristiwa yang sama, bisa berbeda dalam penyajiannya. Hal ini disesuaikan dengan sudut pandang yang dianut oleh media tersebut atau mungkin karena faktor ideologi dan kepentingan tertentu. Sehingga peristiwa satu bisa dianggap penting oleh media yang satu, tetapi tidak untuk media yang lain, tergantung pada kebijakan yang diambil oleh media yang bersangkutan.

Kebijakan redaksi juga ditentukan oleh pemilik lembaga media massa yang bersangkutan. Setiap lembaga media massa ada pemiliknya dan dia memiliki berbagai kepentingan yang harus dijaga, seperti kepentingan bisnis, politik dan sosial. Kepentingan bisnis misalnya dia memiliki kegiatan bisnis di tempat lain; kepentingan politik misalnya dia menjadi pengurus partai politik atau anggota legislatif; dan kepentingan sosial misalnya dia menjadi pengurus organisasi masyarakat (ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yayasan, dan sebagainya.

Sebagai pusat pemberi informasi, media menyapaikan banyak berita kepada khalayaknya, ada berita yang mempunyai nilai tinggi, sedang hingga rendah. Dari banyak peristiwa yang disajikan, mungkin peristiwa yang mengandung nilai berita yang tinggi tidak boleh disiarkan karena bertentangan dengan kepentingan pemilik lembaga media massa yang bersangkutan, dan sebaliknya ada peristiwa yang tidak menarik dan tidak penting harus disiarkan karena sejalan atau mendukung kepentingan


(42)

pemilik lembaga media massa tersebut.10 Dalam hal inilah mengapa kebijakan redaksional dalam sebuah media harus diterapkan dengan baik dan bijaksana.

3. Level Pengaruh Organisasi Media

Pada level ini peneliti akan membahas pengaruh organisasi pada sebuah media kepada sebuah pemberitaan, didalamnya juga akan dibahas seberapa kuat pengaruh level organisasi pada sebuah pemberitaan yang disajikan oleh media. Level ini berkaitan dengan struktur menejemen organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Berkaitan dengan level sebelumnya, pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya.11

Bicara tentang level pengaruh organisasi, biasanya bicara tentang kepemilikan. Sebuah struktur menejemen media yang biasanya dijatuhkan pada owner, misalnya contoh media televisi tvOne yang notabennya dimiliki oleh Abu Rizal Bakri. Ia adalah penanam saham lebih banyak di media tersebut, secara tidak langsung dapat menguasai media. Berita-berita yang bersangkutan tentangnya harus berita yang positif dan menaikkan ratingnya, tidak ada berita negatif yang akan disajikan oleh media tentangnya. Hal demikian bisa terjadi karena pemegang kekuasaan tertingggi yang sekaligus ikut memengaruhi isi media adalah owner. Pengaruh dari kepemilikan media terhadap konten media ini menjadi perhatian penting dalam studi mengenai

10

Sudirman Tebba,Jurnalistik Baru(Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 156.

11

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 140.


(43)

29

konten media.12Hal ini bisa dilakukannya juga karena ia punya kuasa lebih di media. Demikian juga dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media, seperti alur struktur organisasi media yang digambarkan oleh skema di bawah ini:

Gambar. 2

Struktur Organisasi Surat Kabar

(Sumber: Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, 1996)

12

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences

on Mass Media Content,h. 140-173.

Owner/ Publisher

Editor Advertising Circulation

Editor Editor Editor


(44)

Level pengaruh organisasi ini lebih besar memengaruhi dibandingkan dua level pengaruh sebelumnya dikarenakan berhubungan dengan suatu pengaruh yang lebih besar, lebih rumit dan struktur yang lebih besar. Kebijakan dari pemimpin sebuah organisai media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas media.13

Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari media tersebut. Tujuan dari sebuah media pada sistem kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Dalam hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan individu, pengejaran untuk yang berkaitan dengan kepentingan pengusaha dan pasar bebas.

Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda organisasi dan kelangsungan sebuah media, juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media. Faktor ekonomi yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini contohnya seperti iklan. Iklan merupakan sumber utama untuk menghidupi media. Dari iklan juga media bisa melangsungkan hidupnya untuk terus terbit dan memproduksi berita.

Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Hal inilah yang memengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Kemungkinan besar pemberitaan

13

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 140.


(45)

31

yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media.

Dalam kebanyakan organisasi media, mereka memiliki tiga tingkatan umum. Garis depan karyawan, seperti penulis, wartawan, dan staf kreatif, mengumpulkan dan mengemas bahan baku. Tingkat menengah terdiri manajer, editor, produser, dan lain-lain yang mengkoordinasikan proses dan memediasikan komunikasi antara bagian bawah dan bagian atas organisasi. Tingkat atas eksekutif perusahaan dan berita membuat kebijakan organisasi, anggaran yang ditetapkan, membuat keputusan penting, melindungi kepentingan komersial dan politik perusahaan, dan bila perlu mempertahankan karyawan organisasi dari tekanan luar.14

Jadi menurut Shoemaker dan Reese ada tiga tingkatan pada struktur sebuah media yaitu tingkatan pertama yang terdiri dari pekerja lapangan seperti penulis berita, reporter dan tim kreatif. Sedangkan tingkatan menengah terdiri dari manager, editor, produser dan lembaga yang berhubungan dengan tingkatan pertama dengan tingkatan ketiga. Dan level yang teratas adalah korporasi media yang membuat kebijakan dan keputusan pada sebuah media.

Walau level ini tidak terlalu dikaji lebih dalam pada teori hirarki pengaruh media tetapi level organisasi pada teori ini memiliki banyak unsur yang harus dikritisi, seperti struktur organisasi media, kebijakan pada sebuah media dan metode dalam menentapkan kebijakan. Hal ini dikarenakan kebijakan perusahaan yang bersifat mengikat dan dapat memengaruhi konten dari sebuah media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan

14

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 151.


(46)

turut memengaruhi konten dari sebuah media, di sisi lain sifatnya juga mengikat pada pekerja media yang mengharuskan mereka mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus pada level organisasi ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media.

4. Level Pengaruh Luar Media

Level keempat dari teori hirarki Pengaruh Media adalah level pengaruh dari luar organisasi media yang biasa disebut juga extra media level. Extra media level adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi.15

a. Sumber Berita

Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu.16 Hal ini disebabkan juga karena seorang jurnalis mendapatkan berita dari berbagai macam sumber, bisa dari sumber resmi pemerintah, laporan masyarakat, konferensi pers, dan lain sebagainya. Dalam setiap sumber inilah informasi yang didapat berbeda-beda, kemungkinan sumber berita yang didapat juga tidak akurat. Disinilah keahlian seorang jurnalis dituntut untuk bisa mensinkronisasikan informasi-informasi yang berbeda tersebut menjadi sebuah berita yang lengkap dan terpercaya.

15

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 175.

16

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 178.


(47)

33

b. Pengiklan dan Penonton

Unsur selanjutnya dari extra organisasi level adalah pengiklan dan audiens atau penonton. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media selain dari iklan. Kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media. Menurut J. H. Altschull yang dikutip oleh Shoemaker dan Reese:

Sebuah konten dari pers secara langsung berhubungan dengan kepentingan yang membiayai sebuah pers. Sebuah pers diibaratkan sebagai peniup terompet, dan suara dari terompet itu dikomposisikan oleh orang yang membiayai peniup terompet tersebut. Ini bukti secara substansial bahwa isi dari media secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh pengiklan dan pembaca”.17

Pengaruh pemasangan iklan juga terlihat pada isi media yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki pola-pola yang sama dengan pola konsumsi target konsumen.18 Dalam hal ini media mencoba menyesuaikan pola konsumen yang ingin dicapai oleh para pengiklan untuk mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Iklan yang dipasang juga menggunakan kekuatan modal dari pengiklan yang secara langsung ikut membiayai sebuah media, agar konten dari media tidak bertentangan dengan kepentingan citra dari produk yang diiklankan.

17

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content, h. 190.

18


(48)

c. Kontrol dari Pemerintah

Dalam dunia penyiaran, ada istilah regulasi penyiaran yang ditetapkan oleh pemeritah untuk mengatur media di Indonesia. Aturan-aturan tersebut harus dipatuhi oleh media, karena sedikit banyaknya Aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dapat memengaruhi konten media, misalnya tentang pelarangan menampilkan berita yang mengandung unsur kekerasan, pornografi, kriminalitas, sara dan lain sebagainya.

Kontrol dari pemerintah biasanya berupa kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara yang mengatur segala hal tentang penyiaran media seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Penguasa atau pemerintah memberikan pengaruh besar kepada isi pesan media. Kekuatan media dalam membentuk agenda publik sebagian tergantung pada hubungan media yang terjalin oleh elit-elit penguasa pusat. Jika media memiliki hubungan yang dekat dengan kelompok elit di pemerintahan, maka kelompok tersebut akan memengaruhi apa yang harus disampaikan oleh media.19

Biasanya kontrol dari pemerintah berlaku pada negara-negara yang tidak terlalu demokratis dalam penerapan pemerintahanya. Faktor ini dikarenakan negara yang lebih demokratis memberikan kebebasan kepada media dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, hal ini disebut sebagai kebebasan pers. Sedangkan negara-negara yang tidak demokratis, media biasanya masih ketat dalam pengawasan pemerintah.

19


(49)

35

Hal demikian diperkuat oleh Shomaker dan Reese yang mengatakan bahwa pada sebagian negara dimana media dimiliki oleh swasta, kontrol yang dilakukan oleh pemerintah antara lain melalui hukum, regulasi, lisensi dan pajak. Sedangkan pada negara yang medianya sebagian besar dimiliki oleh pemerintah, kontrol pemerintahnya melalui keuangan media itu sendiri.20

d. Pangsa Pasar Media

Unsur keempat yang dapat memengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, dimana media harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.21 Hal ini yang membuat media berlomba-lomba merebut dan menarik perhatian para audiens dan pengiklan untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan penonton lewat konten media tersebut.

e. Teknologi

Unsur terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media pada sebuah pemberitaan adalah teknologi. Teknologi yang digunakan oleh media juga dapat memengaruhi konten media. Kemajuan teknologi kini juga dapat memberikan pengaruh bagi konten media. Teknologi seperti komputer, televisi, radio, satelit dan lainnya dapat memudahkan sebuah media untuk memberi dan menyalurkan informasi secara cepat kepada masyarakat.

20

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content(New York: Longman Publisher, 1996), h. 199.

21

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content,h. 209.


(50)

Terdapat empat alasan mengapa teknologi dapat memengaruhi sebuah media terutama media cetak. Pertama, komputer membantu editor dan penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan komputer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, dan editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman.22

Media harus memerhatikan isi berita yang disajikan agar tetap sejalan dengan faktor-faktor dari luar media. Hal tersebut harus dilakukan demi mempertahankan kelangsungan hidup media. Faktor-faktor dari luar media yang telah disebutkan diatas memiliki kekuatan yang tidak hanya bersifat profit namun juga politik yang pada akhirnya akan memengaruhi bagaimana seharusnya berita disajikan.

5. Level Pengaruh Ideologi Media

Level terakhir dalam teori Hirarki Pengaruh Media adalah level ideologi. Level ini membahas ideologi yang diartikan sebagai kerangka berpikir tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Level ideologi ini berbeda dengan level-level sebelumnya, jika level-level sebelumnya tampak lebih konkret, maka pada

22

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content(New York: Longman Publisher, 1996), h. 216.


(51)

37

level ini ideologi terlihat abstrak. Level ini berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas dalam sebuah media.

Sebelum membahas level ideologi lebih dalam, peneliti akan menjabarkan terlebih dahulu arti kata dari ideologi. Secara epistimologi, ideologi berasal dari bahasa Greek, Yunani, terdiri atas kata idea dan logia. Idea berasal dar kata idein yang berarti melihat. Idea dalam Webster’s New Colligiate Dictionary berarti “something exiting in the mind as the result of the formulation of an opinion a plan or the like” (sesuatu yang ada di dalam pikiran sebagai hasil perumusan suatu pemikiran atau rencana). Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legeinyang berarti to speak(berbicara). Selanjutnya katalogiaberarti science (pengetahuan atau teori). Jadi ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran.23 Sedangkan ideologi menurut pemikir Marxis klasik dan Raymond William, yaitu sebagai sistem artikulasi makna yang dikuasai oleh kelompok dominan yang dibuat ide palsu atau kesadaran palsu.

Setiap media massa memiliki ideologi yang mereka pegang sebagai landasan pedoman dalam berpikir dan mengambil keputusan. Ideologi bukanlah sebuah sistem kepercayaan yang dianut oleh individu, namun ia merupakan fenomena level sosial. Pada level ini terlihat bagaimana media berfungsi sebagai penyalur dari sebuah kepentingan tertentu yang di monopoli oleh politikus media. Bagaimana media rutin, nilai-nilai, dan struktur

23


(52)

organisasi bersatu untuk mempertahankan ideologi yang dominan yang dapat membentuk karakter sebuah media.

Kata kunci dari teori ini adalah hegemoni. Konsep dari teori tentang hegemoni ini sendiri digagas oleh pemikir Marxis dari Italia yaitu Antonio Gramsci.24Pengertian dari hegemoni adalah dominasi ideologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya, ideologi tidak disebabkan oleh sistem ekonomi saja, tetapi ditanamkan secara mendalam pada semua kegiatan masyarakat. Jadi ideologi tidak dipaksakan oleh satu kelompok kepada yang lain, tetapi bersifat persuasif dan tidak sadar.25 Jadi suatu kelompok atau masyarakat secara langsung tidak menyadari bahwa sebenarnya media telah mentransmisikan ide-ide kelompok dominan kepadanya.

Pada level ini juga akan dibahas lebih luas mengenai bagaimana kekuatan-kekuatan yang bersifat abstrak seperti ide memengaruhi sebuah media terutama ide kelas yang berkuasa. Lebih jauh lagi tentang bagaimana ideologi kelas yang berkuasa memengaruhi sebuah pemberitaan bukan dengan kepentingan yang bersifat individu atau yang bersifat mikro tetapi kepentingan kelas yang berkuasa. Kelas yang berkuasa yang melaggar sistem kapitalis secara struktural melalui media.26

24

Listiyono Santoso, dkk.,Epistemologi kiri(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 71.

25

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9thed. (Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 433.

26

Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese,Mediating The Message: Theories of influences on Mass Media Content,(New York: Longman Publisher, 1996), h. 224.


(53)

39

Individual level Media routines level Organization level Extra media level


(54)

40

A. Sejarah dan Berkembangnya MajalahTempo

PT Tempo Inti Media tergabung dalam satu korporasi Tempo Media Group yang bergerak di bidang industri penyedia jasa informasi, di dalamnya bernaung beberapa perusahaan, yaitu PT TempoInti Media Tbk., PT Temprint dan PT Tempo Inti Media Impresario. Majalah Tempo berada di bawah naungan PTTempoInti Media Tbk.

PT Tempo Inti Media Tbk sudah berstatus perusahaan terbuka. Perusahaan ini tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 8 Januari 2001. Meski masih tergolong pemain baru dalam bursa, sebagai sebuah perusahaan media, Tempomemiliki sejarah yang panjang.

Berawal dari sekelompok anak muda yang berangan memiliki majalah sendiri, Goenawan Muhamad, Fikri Jufri, Christianto, Wibisono, dan Usmanah mendirikan majalah Tempo dibawah PT. Grafiti Pers sebagai penerbitnya. Mereka adalah mantan karyawan majalah Ekspres yang bekerjasama dengan para mantan karyawan majalah Djaja milik Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) yang dulu sempat macet terbit. Untuk merembukkan berdirinya majalah Tempo, para mantan karyawan majalah Ekspres dan Djaja itu juga bekerjasama dengan Yayasan Jaya Raya yang


(55)

41

dipimpin oleh Ir. Ciputra.1 Yayasan ini berada di bawah naungan pemerintah DKI.

Dalam perwajahah, Tempo meniru Time. Sesuatu yang tak disebutkan pengelola Tempo bahwa mereka terpengaruh oleh majalah Amerika. Tempo dibagi ke dalam beberapa rubric seperti Nasional, Ekonomi, Film, Foto, Luar Negeri, Kota & Desa, Pokok & Tokoh. Bahkan kata “Tempo” berarti “Time

(waktu).2

NamaTempodipilih sebagai nama majalah mingguan yang diterbitkan pada 1971. Nama Tempo dipilih karena nama ini mudah diucap dan diingat, hal ini diutarakan oleh Goenawan Muhamad selaku Pemimpin Redaksi saat itu. Selain cocok dengan sifat medianya yang berkala mingguan, nama tersebut juga mungkin lebih dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat, Time.3 Majalah Time yang notabennya sudah terkenal diharapkan akan berkilau juga pada majalahTempo.

Ada empat alasan kenapa nama “Tempo” dipilih. Pertama, kata

“Tempo” merupakan kata yang singkat dan bersahaja. Kata ini mudah diucapkan oleh semua orang Indonesia yang berasal dari berbagai macam jurusan dan golongan. Kedua, kata ini terdengar netral, tidak mengejutkan, dan tidak merangsang. Ketiga, kata ini bukan merupakan sebuah simbol ataupun dapat mewakili suatu golongan. Terakhir, makna sederhana dari kata

“Tempo”adalah “waktu”. Kesederhanaan makna ini jugalah yang membuat

1

http://korporat.Tempo.co/tentang/sejarah, artikel ini diakses pada 30 April 2014 pukul 14:00 WIB

2

Janet Steele,Wars Within: Pergulatan Tempo, Majalah Berita Sejak Zaman Orde Baru (Jakarta: Dian Rakyat, 2007), h. 60.

3


(56)

kata yang memiliki arti sama dipakai oleh beberapa penerbitan di negara lain sebagai nama majalah.4

Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang fokus utamanya menyoroti pemberitaan hukum dan politik. Tempo juga merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintahan. Majalah Tempo juga belum diketahui keberpihakannya. Hal tersebut ditegaskan oleh Kun Wazis dalam bukunya Media Massa dan Konstruksi Realita yang menyatakan bahwa tidak semua media sudah terlihat jelas ke arah mana politik mana media berlabuh, contohnyaTempoyang masih menjadi bola liar.5 Majalah ini cukup independen dalam memberitakan peristiwa yang terjadi, tidak dipengaruhi oleh pihak lain, baik itu dari pribadi maupun lembaga.

Edisi perdana majalah Tempoterbit pada 6 Maret 1971. Edisi pertama Tempo laku sekitar 10.000 eksemplar. Disusul edisi kedua yang laku sekitar 15.000 eksemplar. Oplah Majalah Tempo terus meningkat pesat hingga pada tahun ke-10, penjualan majalahTempomencapai sekitar 100.000 eksemplar.6

Majalah Tempo memiliki SIT tertanggal 31 Desember 1970, namun baru terbit perdana pada tanggal 6 Maret1971. Tiga tahun setelahTempolahir, keluarlah Keputusan Menteri Penerangan RI No. 061068 PEM 1/SK Dirjen PPGSIT 1974. Akibat perubahan peraturan pemerintah, SIT kemudian diubah

4

Sopian, Agus. dkk ,Jurnalisme Sastrawi: Atologi Liputan Mendalam dan Memikat (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.95.

5

Kun Wazis,Media Massa dan Konstruksi Realitas(Malang: Aditya Media Publishing, 2012), Cet. I, h. 24.

6

Fahcrul Khoirudin,Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pemberedelan,artikel ini diakses pada 30 April 2014 pukul 14:00 WIB dari http://id.Wikipedia.org/majalah-Tempo.


(57)

43

dan diganti SIUPP dengan SK Menpen RI 025/SK/MENPEN/SIUPP/C.1/1985 tanggal 25 Desember 1985.7

Menurut Goenawan Muhammad sebelum ada Tempo, hanya ada dua jenis penulisan dalam koran dan majalah di Indonesia: berita yang lempeng (straight news) seperti koran, atau artikel, seperti “kolom”. Tempo lahir dengan menyajikan cara penulisan yang berbeda sama sekali, yang sekarang menjadi pola di penulisan jurnalistik di Indonesia (dan sering tidak pada tempatnya dipakai): bagaimana menyusun sebuah berita tentang sebuah kejadian sebagai sebuah cerita pendek.8 Hal demikianlah yang membuat Tempo tetap konsisten dalam penyajian penulisan berita dan menjadikan majalah ini tetap bertahan ditengah ketatnya persaingan industri informasi.

Secara konseptual, Tempo merupakan majalah mingguan yang padat rubriknya (lebih dari 30 rubrik), dan selalu mengutamakan berita dari peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi, yang berarti selalu tepat, akurat, dan selalu baru. Tempo mencanagkan konsep peliputan berita yang sedapat mungkin dilakukan secara jujur dan tanpa a priori. Semua fakta diliput, baik yang disukai maupun tidak. “Penjelasan ide atau gagasan kepada pembaca berusaha dihindari sejauh mungkin oleh Tempo”. kata Evan selaku kepustakaan majalah Tempo. Jika mengetengahkan persoalan yang menyangkut perbedaan pendapat antara dua pihak, keduanya diberi kesempatan yang sama untuk menampilkan opini atau fakta masing-masing dengan variasi yang cukup. Tempomerupakan majalah independen yang tidak dipengaruhi pihak lain, baik itu sebagai pribadi maupun lembaga. Majalah ini

7

Company Profile majalahTempo 8

Goenawan Muhammad,Seandainya Saya Wartawan Tempo:edisi revisi (Jakarta: InstitutTempo, 2007) h. ix.


(58)

juga merupakan forum yng memperjuangkan hak bicara seua orang atau lembaga-lembaga tanpa pengecualian.9

Di tahun 1994-1998, penerbitan majalahTemposempat terhenti selama empat tahun karena dibredel. Pemberedelan terjadi karena pada masa rezim Orde Baru media dikontrol penuh oleh pemerintah. Pemerintahan Soeharto pada waktu itu memiliki kekuasaan yang otoriter. Hal ini ditunjukkannya ketika majalah Tempo meliput kampanye partai Golkar di Lapangan Banteng, Jakarta, yang berakhir rusuh. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim Orde Baru dan kendaraan politiknya, Golkar. Saat itu tengah dilangsungkan kampanye dan prosesi Pemilihan Umum. Presiden Soeharto, yang notabenenya berasal dari partai Golkar, tidak suka dengan berita tersebut. 10 Majalah Tempo

dianggap telah melanggar kode etik pers. Ide pembredelan itu sendiri datang dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang saat itu dipimpin oleh Harmoko, wartawan harianPos Kota.

Setelah terjadi pembredelan kali kedua, pada 1998 majalah Tempo kembali terbit dan bersinar. Bersama runtuhnya pemerintahan Soeharto pada 21 Mei 1998 dan naiknya B.J Habibie, saat itulah kejayaan majalah Tempo mulai bersinar kembali. Presiden B.J Habibie saat itu mencabut pembredelan Tempo dan mengizinkannya kembali terbit. Majalah Tempo kembali terbit pada 6 Oktober 1998 setelah pembredelan dicabut.11

Majalah Tempo terbit kembali setelah pembredelan kali kedua pada tahun 1998 dengan perubahan desain dan isi yang lebih dalam, tajam dan

9

Company Profile majalahTempo 10

Khoirudin,Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pemberedelan 11

Janeet Steele,Wars Within: Pergulatan Tempo sejak jaman Orde Baru(Jakarta: Dian Rakyat, 2007), h. xvi


(59)

45

akurat. Tempo mencoba menulis jujur, jelas, jernih, dan jenaka pun bisa, seperti yang dikatakan Goenawan Muhammad dalam bukunya Seandainya Saya Wartawan Tempo.12

Maka sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo memasuki babak baru. Tempo terbit kembali. Tempo kembali kehadapan pembaca setianya. Sampai saat dibredel, majalah ini telah 1.151 kali terbit. Satu eksemplar Tempo dari tiap nomor, bila disambung vertikal akan setinggi 316,5 meter atau 2,3 kali tinggi Monumen Nasional (Monas). Saat itu, pembaca lebih kurang sampai angka sejuta (satu majalah Tempo, menurut survey, dibaca oleh lima orang), punya 10 ribu agen dan pengecer, dari Meulaboh (Aceh) sampai Nabire (Irian Jaya).13

Menapaki tahun 2013, PTTempo Inti Media Tbk, memasuki usia yang ke dua belas. Hal itu jika dihitung ketika pada tahun 2001, perseroan masuk ke bursa saham, menjadi perusahaan publik. Saatgo publicitu, sebanyak 725 juta lembar saham ditawarkan ke masyarakat. Dari aksi korporat tersebut, komposisi kepemilikan saham perusahaan yang sebelumnya bernama PT Arsa Raya Perdana - lalu menjadi PT TIM Tbk., sebagai berikut: PT Grafiti Pers memiliki 21,02%, PT Jaya Raya Utama (16,28%), Yayasan Jaya Raya (8,54%), Yayasan Tempo 21 Juni 1994 (25,01%), Yayasan Karyawan Tempo (12,09%) dan masyarakat (17,24%).14

Penerbit majalah Tempo kini bukan hanya PT Grafiti Pers, melainkan gabungan saham anatara Jaya Raya (30%), PT Grafiti Pers (20%), dan Yayasan Karyawan-Yayasan Alumni Tempo (50%). Selain menerbitkan

12

Goenawan Muhammad,Seandainya Saya Wartawan Tempo,h. x.

13

Company Profile majalahTempo 14


(1)

No. Kategori Dimensi Kategori Temuan

2. Level Pengaruh Kerutinan Media Organisasi Media (Processor)

3. Rapat kompartemen

Rapat Kompartemen adalah rapat terakhir checking sekali lagi untuk setiap kompartemen sebagai final. Rapat ini dihadiri oleh anggota kompartemen. Semua kompartemen menyelidiki kembali bahan-bahan yang sudah dikumpulkan. Setelah bahan terkumpul, angle sudah ditentukan dan cover story telah disepakati, maka dibuatlah deadline. Dalam rapat tersebut wartawan yang ditugaskan untuk menulis dan segera mengeksekusi bahan tersebut hingga menjadi sebuah berita. 4. Final Deadline

Deadline atau batas akhir yang ditentukan majalah Tempoyaitu pada Jumat. Jumat merupakan batas akhir pengumpulan berita yang telah ditulis oleh setiap kompartemen, mulai Jumat pagi hingga sore. Setalah jadi, berita lalu masuk ke bagian pengeditan oleh redaktur pelaksana. Laporan utama dicek kembali oleh pemimpin redaksi. Berita yang sudah diedit oleh redaktur, diedit kembali oleh bagian bahasa. Pengeditan pada bagian bahasa fungsinya untuk membenarkan bahasa yang digunakan dalam penulisan berita. Setelah itu masuk ke bagian design untuk pembuatan layout, kover.


(2)

2. Level Pengaruh Keriutinan Media

Jokowi pada April-Juni 2014. Publik menginginkan sosok baru dalam pemerintahan Indonesia. Sosok Jokowi yang dianggap baru bisa memperbaiki Indonesia. Dengan latar belakang yang menunjukkan bahwa ia lahir dari rakyat dan untuk rakyat dan dikenal dengan blusukannya, publik menggap ia adalah sosok dari perwujudan rakyat. Menurut sejumlah survey, sosok Jokowi juga menjadi tranding topic dikalangan masyarakat. Sosoknya unggul menjadi orang nomor satu yang dipilih publik. Oleh karena itu majalah Tempo lebih banyak memberitakan Jokowi dari pada Prabowo sebagai calon lawan. Secara tidak langsung audiens juga memberi pengaruh pada pemberiaan Jokowi saat itu.

3. Level Pengaruh Organisasi Media

a. Pekerja lapangan

b. Menejer, edior dan produser

a. Pekerja lapangan direpresentasikan pada wartawan. Pekerja media yang melaksanakan tugasnya mencari dan membuat berita, punya pengaruh besar pada pemberitaan yang terjadi di media. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari pengaruh individu sebagai reporter yang langsung terjun ke lapangan. Ini juga masuk dalam pengaruh individu

b. Sebagai pemimpin redaksi punya tanggungjawab itu iya. Bahwa dia punya otoritas, iya. Bahwa dia sebagai penanggungjawab ikut menghela


(3)

No. Kategori Dimensi Kategori Temuan

3. Level Pengaruh Organisasi Media

c. Koorporasi Media

rapat, iya. Tetapi dia tidak bisa memonopoli harus begini harus begitu, tidak bisa sesuai keinginan pribadinya. Hal ini yang menjadi indikator bahwa atasan tidak mempunyai kewenangan pribadi dalam menghela rapat. Semua usulan dan keputusan disepakatai oleh peserta rapat. c. Tempoitu satu perusahaan media pertama yang pertama kali melakukan

Initial Public Offering (IPO) atau sahamnya yang dimiliki publik. Jadi penawaran saham perdana ke publik. Tidak ada owner atau pihak yang dominan dalam kepemilikan perusahaan. Tidak ada owner individual dalam kepemilikan saham di majalah Tempo, sehingga mungkin di Indonesia satu-satunya media yang paling independen itu adalahTempo. Jadi pengaruh owner dalam pemberitaan diTempoitu tidak berpengaruh sama sekali.

4. Level Pengaruh Ekstra Media

a. Kontrol pemerintah a. Pengaruh dari pemerintah dalam konteks pemberitaan Jokowi di majalah Tempo tidak ada. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya teguran atau peringatan dari pemerintah terhadap pemberitaan mengenai Jokowi di laporan utama majalah Tempo April-Juni 2014. Hal ini juga yang menjadi indikator bahwa campur tangan dari pemerintah atas pemberitaan Jokowi terbilang nihil, tidak ada inetervensi atau semacamnya.


(4)

4. Level Pengaruh Ekstra Media

b. Narasumber

c. Pembaca

d. Iklan

b. Narasumber ikut memengaruhi dalam proses jadinya sebuah berita itu artinya perolehan bahan (narasumber) yang didapatkan oleh wartawan adalah salah satu pengaruh untuk terjadinya pemuatan pemberitaan di majalahTempo.

c. Pengaruh ini tidak terlalu berdampak signifikan pada pemberitaan Jokowi di majalahTempopada saat itu. Peneliti melihat bahwa tidak ada opini atau protes dari pembaca mengenai pemberitaan Jokowi di majalahTempo pada bulan April hingga Juni 2014. Walaupun dari segi pembaca dapat memengaruhi pemberitaan di majalahTempo, itu hanya sedikit dan itu hanya pada faktor perencanaan awal, namun tidak berdampak pada proses jadinya berita. Pembaca hanya memberikan tanggapan tetapi tidak dapat merubah konten pemberitaan pada majalah Tempo.

d. Iklan yang ada di majalah Tempo tidak memengaruhi sama sekali pada pegangkatan pemberitaan di majalah Tempo mengenai Jokowi Pemberitaan Jokowi di laporan utama pada majalah Tempo ketika itu tidak memiliki pengaruh sama sekali pada iklan, karena hal tersebut tidak memiliki kepentingan terhadap iklan yang ada diTempo.


(5)

No. Kategori Dimensi Kategori Temuan

4. Level Pengaruh Ekstra Media

e. Pangsa Pasar e. Salah satu faktor yang ikut memengaruhi konten pada pemberitaan Jokowi saat itu adalah pangsa pasar. Pangsa pasar merupakan acuan majalahTempo dalam mencari berita. Mereka melihat keinginan publik (pangsa pasar) untuk mencari berita yang sedang dibutuhkan. Apa saja yang sedang dibutuhkan oleh pangsa pasar, itulah yang akan menjadi acuan majalahTempo mencari berita, walaupun demikian bukan berarti menjadi panduan. Meskipun pangsa pasar memengaruhi pemberitaan ketika itu, majalahTempo tetap memberitakan yang sebenarnya, sesuai fakta yang ada, tidak ada tekanan atau intervensi dari pangsa pasar itu sendiri. Kebijakan majalah ini hanya memberitakan fakta jurnalistik. Fakta jurnalistik adalah fakta yang sesungguhnya terbukti secara jurnalistik. Fakta tersebut terjadi pada pemberitaan tentang Jokowi yang dibutuhkan oleh publik.

5. Level Pengaruh Ideologi Media

Ideologi Majalah Tempo sendiri sangat besar dipengaruhi oleh pemikiran sosok Pemimpin Redaksi MajalahTempo saat itu, Goenawan Mohamad. Bagi para wartawan maupun karyawan Majalah Tempo sosok Goenawan Mohamad dianggap sebagai guru. Hal tersebut dapat menjadi indikator bahwa pandangan yang dianut Tempo adalah pandangan Goenawan Mohammad.


(6)

5. Level Pengaruh Ideologi Media

Di masa orde baru dan status quo kepemimpinan Soeharto, Goenawan Mohamnad berusaha untuk melawan kekuatan otoriter yang dianggap menekan gerak-gerik media pada masa itu. Di sinilah dianggap pandangan Tempo menjadi acuan perlawanan yang berseberangan dengan pemerintahan Soeharto, sehingga menjadikan Tempo media yang memiliki ideologi anti-status quo.

Ideologi dari majalah Tempo sedikit banyak memengaruhi semua elemen pekerja majalah Tempo untuk membentuk sebuah pemberitaan di media mereka. Karena ideologi adalah hal yang abstrak dan tak dapat digambarkan secara konkret, ideologi para pekerja media di majalah Tempo tertuang dalam tulisan dan pemikiran mereka dalam bentuk berita. Misalnya pada pemberitaan tentang Jokowi di majalah Tempo pada April-Juni 2014 yang mengatakan bahwa mereka mendukung demokrasi.