ubun besar membonjol, bayi mengalami kejang, keluar pus dari telinga, kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke kulit, suhu 37,7°C atau akral teraba hangat atau
35,5°C atau akral teraba dingin, letargi atau tidak sadar, penurunan aktivitas atau gerakan, tidak dapat minum,tidak dapat melekat pada payudara ibudan tidak mau
menetek. Bervariasinya gejala klinik ini merupakan penyebab sulitnya diagnosis pasti
pada pasien. Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan khusus lainnya perlu dilakukan.
2.7. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk menyusun kriteria sepsis neonatorum ini baik berdasarkan anamnesis termasuk adanya faktor
resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Kriteria sepsis ini berbeda tergantung pada karakteristik kuman penyebab dan respon
tubuh terhadap masuknya kuman ini. Kriteria sepsis juga berbeda antara satu tempat
dengan tempat lainnya.
Bagi pemeriksaan penunjang dilakukan berbagai pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah rutin untuk memeriksa hemoglobin Hb, leuko sit, trombosit, laju
endap darah LED, Serum Glutamic Oxaloacetic TransaminaseSGOT, dan Serum Glutamic Pyruvic TransaminaseSGPT. Analisa kultur urin dan cairan sebrospinal
CSS dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi kuman. Laju endah darah, dan protein reaktif-c CRP akan meningkat menandakan adanya inflamasi. Tetapi sampai saat ini
pemeriksaan biakan darah merupakan baku emas dalam menentukan diagnosis sepsis. Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil biakan baru akan diketahui dalam
waktu minimal 3-5 hari. Hasil kultur perlu dipertimbangkan secara hati-hati apalagi bila ditemukan kuman yang berlainan dari jenis kuman yang biasa ditemukan di
masing-masing klinik. Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun lanjut.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Penatalaksanaan
Penanganan sepsis dilakukan secara suportif dan kausatif. Tindakan suportif antara lain ialah dilakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa, koreksi jika
terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia, atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik, awasi adanya hiperbilirubinemia dan pertimbangkan nutrisi parenteral bila
pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral. Tidakan kausatif dengan pemberian antibiotik sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan penicilin
seperti ampicillin ditambah aminoglikosida seperti gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan,
namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis, diberikan
antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi meningitis, antibiotik diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis.
2.9. Komplikasi