2.8. Penatalaksanaan
Penanganan sepsis dilakukan secara suportif dan kausatif. Tindakan suportif antara lain ialah dilakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa, koreksi jika
terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia, atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik, awasi adanya hiperbilirubinemia dan pertimbangkan nutrisi parenteral bila
pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral. Tidakan kausatif dengan pemberian antibiotik sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan penicilin
seperti ampicillin ditambah aminoglikosida seperti gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan,
namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis, diberikan
antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi meningitis, antibiotik diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis.
2.9. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain ialah meningitis, neonatus dengan
meningitis dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus danatau leukomalasia periventrikular,
hipoglikemia, asidosis metabolik, koagulopati, gagal ginjal, disfungsi
miokard, perdarahan intrakranial dan pada sekitar 60 keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome ARDS.
Selain itu ada komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida, seperti ketulian
danatau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan retardasi mental dan
komplikasi kematian.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10-40 . Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen etiologik, derajat
prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan. Angka kematian pada bayi BBLR adalah 2 kali lebih
besar. Dengan diagnosis dini dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor resiko sepsis neonatorum terlewat, akan
meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat sequele pada 15-30 kasus neonatus.
Rasio kematian pada sepsis neonatorum 2–4 kali lebih tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio kematian pada sepsis awitan dini
adalah 15 – 40 pada infeksi SGB pada SAD adalah 2 – 30 dan pada sepsis awitan lambat adalah 10 – 20 pada infeksi SGB pada SAL kira – kira 2 .
2.11. Faktor Resiko
Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor resiko pada ibu, neonatal
dan lain-lain. Antara faktor resiko ibu ialah ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih
dari 18 jam. Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1 dan bila disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4
kalinya. Infeksi dan demam 38°C pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B SGB, kolonisasi
perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau. Status paritas wanita multipara atau gravida lebih dari 3 kali dan umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Persalinan dan kehamilan kurang
bulan. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya yang padat dan tidak higienis.
Universitas Sumatera Utara
Antara faktor resiko pada neonatal pula ialah prematuritas dan berat badan lahir rendah 2500 gram. Umumnya imunitas bayi BBLR dan tidak cukup bulan lebih
rendah daripada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin
serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. BBLR ini sangat mudah mengalami infeksi. Hal ini
berhubungan dengan keadaan imunoglobulin yang masih rendah, aktivitas bakterisidal, neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih rendah. Resusitasi pada saat kelahiran,
misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan. Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus,
pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal
.
Bayi dengan galaktosemia predisposisi untuk sepsis oleh E. coli, defek imun, atau asplenia. Bayi mengalami
cacat bawaan. Bayi yang tidak diberi air susu ibu ASI. Pemberian nutrisi secara parenteral pada bayi. Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama.
Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded dan bayi kulit hitam lebih
banyak mengalami infeksi daripada bayi berkulit putih.
Antara faktor resiko lain-lain ialah beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa
sepsis neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki-laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam daripada kulit putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan
sering terjadi akibat prosedur cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta buruknya kebersihan di Neonatal Intensive
Care Unit NICU. Semua faktor-faktor di atas sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan
masih menjadi masalah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak adanya perubahan pada angka kejadian sepsis neonatal dalam dekade terakhir ini.
Faktor-faktor resiko ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus terutama bila disertai gambaran klinis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Bayi lahir
Neonatus BBLR BBLR
dengan sepsis neonatorum
di dapat dari :
• Faktor ibu
• Faktor neonatal
• Faktor lain-lain
3.2 Definisi Operasional
Prevalensi adalah proporsi kasus yang sakit dalam suatu populasi pada suatu saat atau kurun waktu. Data prevalensi da1am penelitian ini dikutip
daripada rekam medis yang didapatkan dari Departemen Anak RSUP H. Adam Malik, Kota Medan dari April tahun 2008 hingga Maret 2010.
Universitas Sumatera Utara