11 e
Temperatur Jika temperatur dinaikkan molekul adsorbat akan bergerak lebih cepat
sehinnga kemungkinan untuk menangkap atau mengadsorpsi molekul-molekul akan semakin sulit, akibatnya jumlah adsorbat yang teradsorpsi akan sedikit.
f Kecepatan Pengadukan
Semakin besar kecepatan pengadukan, maka laju adsorpsi akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin besar kecepatan pengadukan,
semakin bertambah kesempatan kontak antara adsorbat dengan adsorben sehingga adsorpsi dapat berlangsung lebih efektif.
g Kelarutan adsorbat solubity of adsorbate
Semakin kecil kelarutan adsorbat, maka laju adsorpsi akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin kecil kelarutan adsorbat, semakin
mudah adsorbat untuk berpindah dari fasa cairan menuju ke fasa padatan adsorben.
h pH
Pengaruh pH terhadap laju adsorpsi dipengaruhi oleh jenis adsorbat. Laju adsorpsi meningkat pada kondisi pH yang menyebabkan penurunan kelarutan
adsorbat dalam cairan. i
Waktu kontak Untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi dan memaksimalkan efisiensi
adsorpsi maka diperlukan waktu kontak yang cukup antara adsorbat dengan adsorben.
2.4.2 Pengukuran Adsorpsi
Adsorpsi suatu larutan dapat diukur melalui mekanismenya. Tujuan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan data penting yang selanjutnya dapat digunakan untuk
mengukur kinetika dan kesetimbangan adsorpsi [28]. Jumlah logam teradsorpsi per satuan massa adsorben pada kesetimbangan , dan
persentasi penghapusan pada waktu t, dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut ini :
2.1 [28], [29]
Universitas Sumatera Utara
12 2.2
[29], [30] Keterangan:
q
e
= massa logam teradsorpsi pada kesetimbangan mgg
R = Persentasi penghapusan logam C
= konsentrasi logam awal mgL
C
e
= konsentrasi kesetimbangan mgL
V= volume larutan L
m
ads
= massa adsorben g
Persamaan-persamaan ini mengasumsikan bahwa perubahan volume fase cair massa diabaikan karena konsentrasi zat terlarut kecil dan volume yang ditempati oleh
adsorben juga kecil [28]. Jumlah logam berat teradsorpsi pada sampel dihitung dengan menggunakan alat AAS Atomic Absorption Spectrophotometer untuk
mendapatkan data analisis yang akurat dan tepat.
2.4.3 Kinetika Adsorpsi
Kinetika adsorpsi dapat memberikan informasi tambahan mengenai efisiensi adsorpsi dan mekanismenya. Pada tingkat penyerapan zat terlarut dalam adsorben
dapat menentukan waktu yang dibutuhkan untuk reaksi adsorpsi dan itu juga dapat diperoleh dari analisis kinetiknya. Kinetika adsorpsi ini diperoleh secara empiris
dengan menggunakan model pseudo orde satu, pseudo orde dua dan intra-partikel model difusi [31].
2.4.3.1 Model Pseudo Orde Satu
Model pseudo orde satu dijelaskan oleh Lagergen merupakan model yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi kinetika adsorpsi berdasarkan kapasitas solid
Yang, et al., 2015. Persamaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: lnq
e
– q
t
= ln q
e
– k
1
t 2.3
[24], [32] Keterangan:
q
e
= massa logam teradsorpsi pada kesetimbangan mgg
q
t
= massa logam teradsorpsi pada waktu t mgg
k
1
= tetapan laju adsorpsi pseudo orde satu min
-1
Universitas Sumatera Utara
13 t
= waktu adsorpsi min
2.4.3.2 Model Pseudo Orde Dua
Persamaan pseudo orde kedua adalah model lain dari kinetika adsorpsi yang dikembangkan oleh Ho dan McKay [30]. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut:
2.4 [24], [32], [33]
Dimana k
2
merupakan tetapan laju adsorpsi pseudo orde dua gmg.min.
2.4.3.3 Intra-Partikel Model Difusi
Intra-partikel model difusi, diusulkan oleh weber dan Morris, yang mengasumsikan bahwa mekanisme adsorpsi terjadi melalui difusi molekul adsorbat
ke dalam pori-pori bahan penyerap atau adsorben [32]. Persamaannya dinyatakan sebagai berikut:
q
t
= K
id.
t
0,5
+ C 2.5
[33] Dimana K
id
adalah konstanta laju intra-partikel difusi model difusi, nilai C dan K
id
dapat ditentukan dari intersep dan garis kemiringan linear yang diplot dari q
t
terhadap t
0,5
masing-masing.
2.4.4 Isotermal Adsorpsi