Teknik Analisis Data Data Hasil Penelitian Analisis Data

commit to user 36

J. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Oneway ANOVA Analysis of Variant. Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 Riwidikdo, 2007. commit to user 37 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian pengaruh sari buah kiwi terhadap kerusakan histologis sel hepar mencit akibat pemberian parasetamol, didapatkan hasil pengamatan pada masing – masing kelompok. Hasil pengamatan jumlah inti sel hepar yang mengalami piknosis, karyoreksis, dan karyolisis untuk masing- masing kelompok dan jumlah total sel hepar yang rusak disajikan pada lampiran 1- 4. Rata-rata jumlah sel hepar mencit yang mengalami kerusakan pada masing-masing kelompok disajikan pada tabel2. Tabel 2 . Rata-rata Jumlah Sel Hepar Mencit yang Mengalami Kerusakan pada Masing-masing Kelompok. Kelompok Jumlah sel yang rusak SD K P I P II 33,63 60,83 39,07 5,690 4,450 6,302 Keterangan : K : Kelompok kontrol PI : Kelompok perlakuan 1 PII : Kelompok perlakuan 2 commit to user 38 Rata-rata jumlah sel yang mengalami kerusakan paling tinggi adalah pada kelompok P I yaitu 60,83 ± 4,450 dan paling rendah adalah pada kelompok K yaitu 33,63 ± 5,690. Gambaran histologis fotomikrograf zona sentrolobuler lobulus hepar mencit kelompok kontrol K, kelompok perlakuan I PI dan kelompok perlakuan II PII dapat dilihat pada lampiran 9.

B. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan diuji dengan uji One-Way ANOVA dengan menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solution SPSS 17.0 for Windows. Adapun syarat untuk uji One-Way ANOVA adalah : 1. Variabel data berupa variable numerikkontinu rasio. 2. Sebaran data harus normal, dibuktikan dengan nilai uji kolmogorov- Smirnov atau Saphiro-Wilk yang memiliki nilai p lebih besar daripada nilai alfa. Misal, α = 0,05 maka nilai p untuk uji sebaran data harus 0,05. 3. Varians data harus sama. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji homogenity of variances, di mana untuk varians data yang sama akan memiliki nilai p nilai α Skala ukuran variabel yang dianalisis pada penelitian ini adalah rasio, sehingga syarat pertama terpenuhi. commit to user 39 Metode analitik yang dapat digunakan untuk menentukan sebaran data normal atau tidak normal adalah uji Kolmogorof-Smirnov atau uji Saphiro-Wilk. Pada penelitian ini karena n untuk tiap kelompok 30 ≤ 50 maka uju normalitas yang digunakan adalah Saphiro-Wilk. Hasil uji Saphiro-Wilk dapat dilihat pada lampiran 4, tabel 7. Uji Saphiro –Wilk, nilai p berturut-turut untuk kelompok kontrol, perlakuan 1 dan perlakuan 2 adalah 0,921; 0.851;0,701. Di mana nilai di atas lebih besar dari α 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa sebaran data kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1, dan kelompok perlakuan 2 normal. Sehingga syarat kedua untuk menggunakan uji One-Way ANOVA terpenuhi. Syarat ketiga untuk menggunakan uji One-Way ANOVA adalah varians data harus sama. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan uji Homogeneity of Variances, di mana untuk varians data yang sama akan memiliki nilai p nilai α. Sebaran data secara deskriptif, dan hasil uji Homogeneity of Variances dapat dilihat pada lampiran 5. Nilai p yang didapatkan dari uji Homogeneity of Variances adalah 0,122 di mana nilai ini lebih besar dari 0,05 dan dapat diartikan bahwa varians data antarkelompok sama. Syarat ketiga untuk menggunakan uji One-Way ANOVA terpenuhi sehingga uji One-Way ANOVA bisa dilakukan. commit to user 40 Hasil uji One-Way ANOVA dapat dilihat pada lampiran 5, tabel 10. Nilai p dari hasil uji One-Way ANOVA adalah 0,000 p0,05, jadi terdapat perbedaan rerata jumlah kerusakan sel hepar yang bermakna antara kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Karena didapatkan adanya perbedaan yang signifikan dari tiga kelompok tersebut maka uji statistik dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk mengetahui antar kelompok mana perbedaan dapat ditemukan dan uji Post Hoc yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji LSD. Hasil uji Post Hoc Multiple Comparisons LSD dapat dilihat pada lampiran 6. Adapun ringkasan hasil uji LSD dapat dilihat pada table 3. Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji LSD α = 0,05 Kelompok p Perbedaan K-PI K-PII PI-PII 0,000 0,000 0,000 Bermakna Bermakna Bermakna Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji statistik LSD tampak adanya perbedaan yang signifikan pada semua pasangan antarkelompok. commit to user 41 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini kerusakan histologis sel hepar dievaluasi dari perubahan inti sel hepar berupa inti piknotik, karioreksis dan kariolisis. Sel yang mengalami piknotik intinya kisut dan bertambah basofil, berwarna gelap batasnya tidak teratur. Sel yang mengalami karioreksis intinya mengalami fragmentasi atau hancur dengan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Sel yang mengalami kariolisis menunjukkan kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja. Secara teoritis, sel hepar mencit yang dipapar parasetamol akan mengalami kerusakan yang digambarkan dengan terdapatnya inti sel yang piknotik, karioreksis dan kariolisis. Sedangkn pemberian parasetamol ditambah sari buah kiwi, derajat kerusakan sel hepar yang didapatkan akan lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian parasetamol tanpa sari kiwi karena sari buah kiwi memiliki efek hepatoprotektif terhadap efek toksik yang disebabkan parasetamol. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding terhadap kelompok parasetamol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya diberikan aquades sebagai placebo. Dari uji One-Way ANOVA α = 0,05 didapatkan perbedaan yang bermakna antara ketiga kelompok perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok K-PI, K-PII, PI-PII. commit to user 42 Dari hasil uji LSD jumlah kerusakan sel hepar didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok K dan kelompok P I. Hal ini disebabkan karena pada kelompok perlakuan I terjadi kerusakan sel hepar akibat pemberian parasetamol dosis toksik. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa parasetamol pada dosis toksik mampu menginduksi kerusakan sel hepar. Mekanisme kerusakan sel hepar akibat dosis toksik parasetamol dapat terjadi akibat reaksi toksik dan radikal bebas. Reaksi toksik disebabkan langsung oleh ikatan antara NAPQI dengan gugus nukleofilik yang terdapat pada makromolekul sel seperti protein sehingga mengakibatkan kematian sel atau nekrosis sentrolobuler. Selain itu, radikal bebas hidroksil yang terbentuk akibat dosis toksik parasetamol juga dapat merusak rantai poly unsaturated fatty acid PUFA menjadi lipid hidroperoksida COOH. Radikal ini akan memisahkan atom hidrogen dari rantai PUFA dalam membran sel hepar, sehingga terjadi peroksidasi lipid. Penimbunan zat tersebut pada membran sel akan mengakibatkan gangguan fungsi sel sehingga akhirnya terjadi nekrosis sel hepar Santoso, 2004. Pada kelompok K didapatkan pula gambaran inti sel hepar yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis. Hal ini kemungkinan dikarenakan proses penuaan dan kematian sel secara fisiologis setiap 150 hari serta karena pengaruh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan.Gartner and Hiatt, 2007. Hasil analisis data antara kelompok PI dan kelompok PII didapatkan perbedaan bermakna. Hal ini berarti pemberian sari buah kiwi dengan dosis yaitu 0,78 g20gBB mencit selama 14 hari berturut-turut dapat mengurangi jumlah inti sel hepar yang mengalami kerusakan akibat pemberian parasetamol. Menurut commit to user 43 Kumas et al.2005, hepatotoksisitas dapat dikurangi dengan pemberian antioksidan. Sari buah kiwi mengandung banyak antioksidan seperti vitamin C, vitamin E dan fitokimia tertentu, seperti: karoten, lutein, xanthophyll, flavonoid dan klorofil Astawan dan Leomitro, 2008. Fitokimia bertindak secara sinergis untuk meningkatkan kapasitas antioksidan, sehingga efek antioksidannya lebih besar dibanding jika fitokimia itu berdiri sendiri Ming-Wei, 2006 Kandungan vitamin C yang tinggi pada buah kiwi menyebabkan kiwi memiliki efek antioksidan yang kuat. Vitamin C membantu tubuh memproduksi pendetoks glutathione. Kadar glutathione dapat meningkat sampai 50 bila buah kiri dikonsumsi dalam 2 minggu Ide, 2010. Melalui mekanisme antioksidan ini sari buah kiwi dapat mencegah kerusakan histologis sel hepar. Kelompok PII merupakan kelompok perlakuan setelah pemberian sari buah kiwi dosis 0,78 g20gBB mencit dan parasetamol dosis 5,07 mg20gBB mencit. Hasil analisis kerusakan sel hepar pada kelompok PII menunjukkan perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol dan kelompok PI, dimana kerusakan sel hepar pada kelompok PII lebih sedikit dari pada kelompok PI tetapi masih lebih banyak dari pada kelompok K. Hal ini berarti pemberian sari buah kiwi dengan dosis 0,78 g 20gBB mencit dapat mengurangi kerusakan sel hepar mencit akibat pemberian parasetamol, tetapi tidak dapat mengembalikan sel hepar pada kondisi seperti kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terbukti adanya efek proteksi sari buah kiwi terhadap sel hepar mencit berupa pengurangan jumlah kerusakan sel hepar mencit yang diinduksi parasetamol pada dosis commit to user 44 5,07g20gBB mencit, meskipun hasilnya belum optimal karena hasilnya belum sebanding dengan kelompok kontrol. Efek antioksidan buah kiwi ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astawan dan Leomitro 2008 dimana buah kiwi hijau Hayward mempunyai peran penting sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas. commit to user 45 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan