Pengereman Motor Induksi Tiga Fasa

B = kerapatan fluks magnetik Wbm2 i = besar arus pada konduktor A l = panjang konduktor m θ = sudut antara konduktor dan vektor kerapatan fluks magnetik Gaya F ini adalah hal yang sangat penting karena merupakan dasar dari bekerjanya suatu motor listrik. Arah dari gaya elektromagnetik tersebut dapat dijelaskan oleh kaidah tangan kanan right-hand rule. Kaidah tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari vektor arus i dan jari tengah menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks B, maka ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada konduktor tersebut. Gaya F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan menghasilkan torsi τ. Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar daripada torsi beban τ0 τb, maka rotor akan berputar searah dengan putaran medan putar stator. Bila n r = n s , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada belitan rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan timbul apabila n r n s [1].

2.1.4 Pengereman Motor Induksi Tiga Fasa

Pengereman dalam motor listrik adalah suatu usaha untuk mengurangi atau menahan kecepatan putaran rotor motor listrik hingga putaran rotor berhenti pada 13 Universitas Sumatera Utara sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Dalam perancangan sebuah pengereman pada motor induksi tiga fasa perlu diperhatikan beberapa aspek yang dapat mempengaruhi sistem kerja motor induksi tiga fasa. Beberapa diantaranya adalah waktu yang diperlukan relatif singkat sehingga tidak mempengaruhi waktu operasi motor, pengereman yang baik diusahakan tidak menimbulkan rugi – rugi mekanis yang dapat menghasilkan panas pada motor. Ada beberapa sistem pengereman yang dapat diterapkan pada motor induksi tiga fasa, yaitu pengereman mekanis dan pengereman elektrodinamis. Pada pengereman elektrodinamis dibagi atas tiga jenis, yaitu pengereman dinamis, pengereman regeneratif, pengereman plugging. • Pengereman Mekanik Pada sistem ini pengereman dilakukan dengan menahan putaran rotor menggunakan sepatu rem atau drum rem. Sepatu rem atau drum dipasang pada poros rotor. Sepatu rem ditekan untuk menghasilkan torsi yang menahan putaran rotor. Dalam hal ini akan terjadi gesekan antara poros rotor dengan sepatu rem. Gesekan ini akan menimbulkan panas dan debu di sekitar komponen – komponen motor. Oleh karena itu untuk sistem pengereman yang baik, pengereman mekanis tidak dianjurkan [1]. • Pengereman Dinamis Pengereman dinamis Dynamic braking dilakukan dengan cara menginjeksikan arus dan tegangan DC pada belitan stator motor induksi tiga fasa sesaat setelah dilepaskan dari sumber tegangan tiga fasa. Arus searah yang diinjeksikan pada kumparan stator akan mengembangkan medan stasioner untuk menurunkan tegangan pada rotor dan menghasilkan medan Universitas Sumatera Utara magnet. Medan magnet akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang berlawanan untuk menjadikan stasioner terhadap rotor. Interkasi medan resultan dan gaya gerak magnet rotor akan mengembangkan torsi yang berlawanan dengan torsi motor sehingga pengereman terjadi [3]. • Pengereman Regeneratif Pada prinspnya mesin listrik dinamis dapat bekerja sebagai motor ataupun generator. Dalam sistem pengereman regeneratif, motor induksi tiga fasa akan beralih fungsi sebagai generator. Saat pengereman dilakukan, energi yang tersimpan pada putaran rotor dikembalikan ke jala – jala. Kondisi yang harus dicapai agar pengereman ini terjadi ialah ketika E a V t , yang mengakibatkan daya kembali kepada sistem jala – jala untuk keperluan lain. Pada saat daya dikembalikan ke jala – jala, kecepatan menurun dan proses pengereman berlangsung seperti pada pengereman dinamis [1]. • Pengereman Plugging Metode pengereman plugging dilakukan dengan cara membalikkan arah putaran rotor sehingga motor dapat menghasilkan torsi penyeimbang dan membentuk daya perlambatan. Medan magnet yang dihasilkan akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotor tetapi dengan arah yang berlawanan. Interaksi antara medan resultan dan gaya gerak magnet rotor akan mengembang torsi yang berlawanan dengan torsi awal rotor sehingga pengereman terjadi [4]. 15 Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengereman Regeneratif